"Tik .. tikk .. tesss..."
Bunyi hujan jatuh di tanah yang gersang bercampur dengan suara desiran angin yang bertiup melalui rongga-rongga alam sehingga tercipta satu simfoni yang sangat menyeramkan.
"Dingin!" Ran perlahan sadar ketika ia merasakan tetesan air hujan jatuh dan membasahi kulitnya. Perasaan hangat, nyaman yang tadi ia rasakan kini telah hilang meninggalkan ruang dingin sampai ke tulangnya.
Ran berusaha membuka matanya yang berat. Sekarang ketika ia membuka mata, segala sesuatu di depannya saat ini terlihat samar yang membuat Ran terkejut tetapi pelan-pelan kemudian menjadi jelas. Dan kemudian tatapan keterkejutan Ran berubah menjadi kaget.
Di depan matanya terpapar jelas bila saat ini ia sedang berada di sebuah hutan yang sepi. Hutan tersebut terlihat gersang dengan ranting-ranting kering kasar tanpa adanya satu dedaunanpun yang menempel baik pada ranting, cabang maupun pohon-pohonnya.
Kalaupun ada terlihat daun, itu hanyalah daun-daun yang sudah jatuh ke tanah menjadi kering dan lapuk.
Ran mencoba untuk berdiri di atas sebuah pohon gundul yang telah tumbang. Dari pijakannya Ran bisa melihat sejauh mata memandang semua pohon-pohon yang tertancap kokoh di tanah sana gundul seperti sedang menunggu hari kematian.
Suara hujan yang bertabrakan dengan batu dan suara teriakan serangga dengan harmoni kacau menciptakan adegan seperti kuburan.
"Fiuh," Ran menarik nafas lelahnya sambil duduk di batang kayu itu. Ia tebarkan lagi matanya ke sekeliling berharap akan menemukan jejak kehidupan. Tetapi semua yang Ran lihat masih tetap sama, hutan yang lengang dengan kegersangannya.
"Di mana ini?" Bisik Ran lirih dengan suara bergetar dan ketakutan.
Sekarang Ran tidak lagi bisa tenang, ia berteriak
"Heii .. seseorang .. siapapun yang mendengarkan suarakuuuuu .. tolong balaaasss."
Meskipun Ran berteriak sekeras mungkin bahkan sampai mengeluarkan jeritan terkencangnya tetap tidak ada reaksi. Suara Ran hanya bisa tenggelam dalam hujan dan suara serangga yang bersahut-sahutan.
Hutan tetap bisu dan sepi yang Ran dapatkan. Hutan masih mempertahankan penampilan suramnya. Dan hujan masih terus menurunkan airnya yang dingin seolah tidak puas membasahi tubuh mungil Ran yang sudah mulai menggigil.
Perasaan takut dan lelah yang Ran rasakan membuat Ran tidak mampu lagi menutupi kepanikan yang membuat butiran air hangat jatuh mengalir ke sudut pipinya.
"Ibu, Sonoko, Kazuha!" Ran menggumam kan nama-nama orang yang ia cintai dalam isakan tertahan. Ia berdoa ini hanya lah salah satu mimpi buruk dan berharap ia akan segera di bangunkan oleh suara-suara orang-orang yang ia cintai. Tetapi kebenaran selalu bertentangan dengan mimpi.
"Seerrr."
Tiba-tiba angin yang begitu kencang dan intens datang mengguncangkan setiap pohon dan ranting di hutan tersebut menyebabkan Ran terkejut dan refleks melonpat dari batang kayu yang ia duduki.
Dan entah dari mana datangnya tiba-tiba segerombolan makhluk besar muncul. Makhluk seperti iblis berbentuk manusia dengan taringnya yang panjang dan bola matanya yang merah menyala seperti haus darah menatap sangar ke arah Ran.
Makhluk besar tersebut menyeringaikan taringnya dan tertawa dengan sombongnya menyambut tamu yang tidak mereka inginkan datang yang sudah membangunkan mereka dari tidur.
Dengan pelan dan seringai yang mengerikan, makhluk-makhluk tersebut melangkah mendekati Ran yang membuat Ran tidak bisa bergerak karena ketakutan.
Belum sempat makhluk iblis tersebut mampu menjangkau tubuh Ran, sepasukan kelelawar tiba-tiba datang menukik ke arah Ran, seperti ingin memangsa Ran.
Sambil berdiri, Ran menjerit ketakutan. Ran berusaha betlari, tidak memperdulikan hujan yang masih sangat deras menurunkan airnya yang dingin. Ia berlari melewati pepohonan dan terus berlari entah ke jalan yang mana. Ran sendiri tidak mengetahui arah jalan ia berlari. Yang Ran tahu, ia harus terus berlari menjauh dari segerombolan makhluk aneh mengerikan dan dari kelelawar yang terus saja mengejar Ran.
Ran terus berlari dan berlari dalam gemuruh hujan petir serta kilat yang menyambar-nyambar. Ran berlari memasuki lebih jauh lagi ke dalam hutan dengan harapan ia bisa menyingkir dari kelelawar yang sangat menjijikan itu bagi Ran.
Tetapi tanpa Ran sadari, ketika ia berlari tadi. Bersamaan dengan sambaran kilat dan petir, satu cahaya gemerlap memancarkan kilatannya yang sangat kuat mengejar dan menghadang gerombolan kelelawar. Cahaya tersebut seolah mencoba untuk melindungi Ran.
-
-"Huuu .. huu.." Ran bernafas agak berat. Kelelahan, itu lah yang saat ini Ran rasakan. Ia kemudian duduk di bawah sebuah pohon di dekatnya berhenti. Ia telah berhasil melarikan diri dari kejaran kelelawar. Tetapi sekarang, semua yang ada di sekitarnya bahkan lebih aneh.
Hutan memang masih berupa hutan. Tetapi hutan ini tidak seperti hutan sebelumnya. Di hutan ini sangat hijau dan padat dengan pohon-pohon besar dan daun-daunnya yang rimbun. Bahkan saking rimbun dan besarnya pohon-pohon itu membuat sinar matahari tidak bisa menjangkaukan cahayanya.
Hujan telah berhenti tetapi dinginnya masih tersisa. Sekarang dapat di katakan bahwa Ran benar-benar kesepian. Ingatan akan orangtua dan teman-temannya sekali lagi menbuat Ran meneteskan air matanya.
"Ibu, selamatkan aku."
Ran menggumam dalam tangisan putus asa. Suara Ran melemah, matanya tiba-tiba terasa berat dan kemudian tertutup perlahan.
Ran tidak tahu seperti apa besok. Tetapi sekarang ia merasa sangat lelah. Ia pasrah dan menerima untuk mempercayakan nasibnya ke syurga.
Ran terdiam lunglai. Ia pingsan, gadis karate yang kuat itu pingsan dalam ketidak-berdayaan.
::::::::::::::::::
☆bersambung☆
KAMU SEDANG MEMBACA
☆ Vampire's Heart☆
AcakMenceritakan tentang Ran Mouri. Seorang gadis biasa dan murid dari SMA Teitan yang terjebak di dunia Vampire, tepatnya di Land Darkness. Yang memaksanya harus berurusan dengan Prince Of Vampire. Land Darkness berada di bawah kekuasaan raja Vampire Y...