Hujan dan Sore (Part- 30)

422 39 3
                                    

Hujan....

Sore ini......

Hujan deras terlihat turun di Darkness Land sore ini. Dan hujan itu seperti menenggelamkan kastil yang megah dalam guyurannya.

Di sana, di taman, tempat biasanya Ran dan Sonoko menghabiskan waktu santai dan melepas penat setelah ia selesai mengerjakan semua perintah dari pangeran tampak basah oleh limpahan air hujan.

Dan sekarang, di sana. Bersamaan dengan basahnya jutaan kuntum bunga, tampak Shinichi dengan tubuh yang basah pula. Buliran titik-titk air hujan yang jatuh dalam skala cepat dan banyak, berguling-guling d wajah putih Shinichi yang tanpa cacat. Rambut hitam Shinichi basah kuyup tersiram jutaan butir hujan.

Air hujan yang turun di tanah Vampire hari ini, seperti berusaha menghapus luka di hati pangeran muda. Akan tetapi kesakitan dari luka itu tetap tak berkurang sedikitpun meski guyuran hujan sudah berusaha menghapus jejak luka itu.

Dengan beku, Shinichi menatap kosong ke buliran air yang berjatuhan di kelopak-kelopak bunga yang terlihat menebarkan warna suram di mata Shinichi.

Karena dia seorang laki-laki dan Pangeran agung, tentu saja air mata tidak bisa tumpah di bola matanya sana. Setidaknya itulah yang ada di fikiran Shinichi saat ini, meski ia sadar benar bahwa air yang jatuh dari langit sana sebenarnya sudah tidak murni lagi, tercampur dengan beberapa titik air yang ia ciptakan lewat dua bola mata es yang ia miliki.

Akan tetapi Shinichi selalu meyakinkan dirinya, yang mata bekunya ciptakan itu bukanlah air mata maupun bentuk tangisan sebab pantang bagi Shinichi untuk menangis.

Shinichi meyakini, ia tidak bisa menangis bukan karena tidak ada rasa sakit, akan tetapi rasa sakit itu begitu besar dan sangat besar sehingga saking besarnya kesakitan itu membuat luka itu tidak bisa di buang dan di sapu dengan tangisan.

Shinichi menjatuhkan pandangannya pada deretan kerikil yang ada di bawah kakinya sana, tak ada warna, suara dan benda yag terlihat di kerikil itu selain bunyi tetesan air hujan yang bening.

Tempat ini, taman yang saat ini ia berada. Di sinilah ia biasanya memberi perintah pada Ran untuk membersihkan dan menyapu sampah-sampah di sini. Lalu ia dengan diam-diam akan memandangi punggung Ran dari atas jendela di kamarnya sana.

Kini sosok gadis itu tak bisa lagi ia lihat maupun ia usilin seiring dengan ciuman terakhirnya kala itu.

"Ciuman??"

Shinichi meraba-raba pelan bibirnya dengan jari yang membeku dingin terkena air hujan.

"Hangat."

Yah, kehangatan ciuman itu masih melekat di bibirnya. Ia seperti kembali merasakan wangi bibir Ran pada bibir yang kini dalam rabaan jarinya. Dan ciuman perpisahan yang penuh gairah itu kini berputar lagi di otaknya membentuk satu nostalgia.

"Dan ciuman ini juga, tolong kau lupakan saja karena aku juga akan melupakan tentang ciuman serta tentang kebersamaan kita hari ini."

"Bagaimana? Apa bisa aku melupakan semua itu?" Suara pelan Shinichi terdengar perih di antara derasnya gemuruh hujan.

"Apakah permintaanku untuk dia melupakan semua itu merupakan hal yang benar?  Apakah situasi seperti ini menenangkan untukku? Apakah dengan memaksanya tidak muncul di hadapanku lagi akan mempermudah untuk meghapus sosok gadis itu dari hatiku? Lalu.. Lalu apabila semua menjadi mudah, mengapa luka ini sedikitpun tidak berkurang? Mengapa luka ini semakin lebar sakit terasa padahal gadis itu sudah berhenti berada di sekitarku."

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang