47. Hutan Ilusi??

264 20 7
                                    

"Ran... Raann...!!"

Dalam keputus-asaan dan mata yang masih terpejam, Kaito menyuarakan nama Ran.

"Ran, apakah aku benar-benar merupakan pangeran yang tak berguna dan terbuang. Apakah aku benar-benar----,"

"Tidak, bukan seperti itu----,"

Kaito terkesiap ketika mengingat kembali ucapan ayahnya dan langsung menyangkal keputus-asaanya sendiri.

"Bukankah saat itu ayah berkata bahwa Ran merupakan Goddes yang telah ditakdirkan untuk bersamaku? Dan apapun yang terjadi, aku harus membawanya kembali padaku."

Dengan kekuatan dan semangat yang mendadak muncul kembali, pelan-pelan Kaito membuka matanya.

"Aku harus bangkit, akan aku buktikan bahwa aku bukan seorang yang tak berguna. Akan aku buktikan bahwa meski benar hal-hal yang diucapkan oleh iblis teesebut, tak akan membuatku terjatuh. Karena apabila aku jatuh, itu sama saja aku menyerah dan menghancurkan takdirku bersama Ran pada permainan iblis itu. Akan aku buktikan bahwa aku kuat dan mampu membawa Ran kembali bersamaku.
Dan, untuk pembuktian bahwa aku ini seorang yang berguna. Maka yang harus aku lakukan pertama kali adalah menyelamatkan----,"

"Hey, Sonoko... Sonoko....!! Mana dia?"

Dengan bingung, Kaito menebarkan pandangannya ke sekiling ruangan.

"Bukankah tadi ia ada di si---,"

Kaito tidak melanjutkan kebingungannya akan tetapi ia memukul pelan kepalanya sendiri setelah menyadari suasana.

"Aku lupa, kalau iblis itu menbawa Sonoko sesaat sebelum aku terpuruk tadi. Baiklah Sonoko."

Dengan mengepalkan tangan dan menggeratakkan giginya, Kaito berdiri tegap.

'Hal pertama yang akan aku lakukan adalah menyelamatkanmu dan membuatmu bisa kembali ke sisi Ran."

Kaito kini terlihat berdiri tegap lagi di depan pintu yang sudah ia ingat akan mengeluarkan sinar jingga dengan daya setrum yang sangat mematikan apabila tersentuh.

"Aku harus mencari cara untuk membuka pintu ini tanpa harus menyentuhnya."

Kaito mulai berpikir keras, tapi sia-sia. Seberapa keraspun ia memikirkan jalan lainnya, tetap saja tak ia temukan. Sihir pada pintu tersebut terasa begitu kuat dan susah untuk di tembus meskipun Kaito harus menjelma menjadi sosok Elang sekalipun.

Ia sadar, bila saat ini ia merubah dirinya menjadi burung Elang, pasti dalam sekejao, tubuhnya akan mati terbakar sihir di pintu itu.

"Aku harus bisa menghancurkan sihir yang menyelimuti pintu ini apabila aku ingin membukanya."

Dengan kekuatan penuh dan terus menerus, Kaito mulai berusaha menghancurkan sihir tersebut.
Pukulab demi pukulan tak henti-hentinya Kaito layangkan ke sekitar pintu, begitu juga dengan mantera-mantera sihirnya, dengan cepat dan keringat yang bercucuran, berusaha ia lafalkan.

Pukulab beruntun dari Kaito membuat pintu teesebut memercikkan api merah dan---

"Tuingg...."

Meski tak terlihat, sangat jelas terdengar oleh telinga Kaito, suara gemerincing seperti kunci yang jatuh ke lantai. Bersamaan dengan itu, Kaito merasakan aura sihir di sekitarnya mulai melemah. Dan tali sihir yang seperti tak habis-habisnya menyerang Kaito, mulai melonggar. Lalu dalam beberapa detik, pintu di hadapan Kaito, terbuka dengan sendirinya.

Untuk menyamarkan keberadaannya dari beberapa penjaga yang terlihat ada di sudut-sudut lorong, Kaito mulai menggunakan sihir ringannya yang membuat para penjaga tersebut tertidur.

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang