48. Kuil Kematian

213 19 12
                                    

Dalam wujud burung Elang, Kaito terbang di sepanjang lorong kastil. Di sepanjang jalan sempit pada loromg tersebut tak tampak satupun pelayan yang berjaga. Suasana kastil terlihat lengang dan sepi. Akan tetapi di balik keheningan tempat tersebut, insting tajam Kaito menyadari bahwa sangat banyak jebakan-jebakan magic dengan kekuatan tinggi tepasang di setiap lorong kastil. Meski dalam wujud elang, Kaito tau bahwa ia harus tetap waspada bahkan tingkat kewaspadaannya, ia naikkan berkali-kali lipat dari biasanya karena ia sadar bahwa kali ini ia sedang berada di sarang iblis yang pasti benar-benar tak memiliki hati nurani.

Kaito hanya berani membuka sedikit sayapnya untuk menghindari wujudnya terjerat jaring-jaring magic yang pasti siap untuk memusnahkannya.

Setelah terbang beberapa saat dengan penuh kehati-hatian dan tanpa arah di lorong tersebut, insting Kaito akhirnya membawanya ke persimpangan lorong yang menuju ke arah selatan kastil tersebut. Di ujung persimpangan kastil terlihat hamparan luas menyerupai taman. Pelan-pelan, Kaito terbang ke arah tanam tersebut. Ketika Kaito sudah berada di taman itu, hidung tajam Kaito mencium bau darah yang sangat kuat dan ketika ia menunduk ke bawah sana, baru ia sadari bahwa taman yang sekarang ia lewati bukanlah sebuah taman bunga indah dengan warna warni pesona aneka bunga yang menyebarkan wangi semerbak. Akan tetapi sebaliknya, taman yang kali inu ia lewati merupakan taman persembahan untuk orang-orang yang telah mati atau lebih tepatnya ini merupakan tempat pembuangan dari jasad-jasad makhluk hidup yang darahnya telah habis terhisap oleh penguasa tanah bayangan.

Kaito hampir pingsan dan memuntahkan isi perutnya ketika aroma anyir darah segar maupun yang sudah mengering menyatu dengan bau busuk mayat-mayat yang berserakan di bawah sana membuat perasaan jijik yang sangat menyengat di tenggorokan, penglihatan serta penciuman Kaito. Pikiran Kaito beberapa detik lalu untuk kembali pada wujud asalnya bila sudah berada di taman ini urung ia lakukan ketika ia melihat tumpukan serempangan mayat yang mulai membusuk. Perasaan jijik, mual yang menyatu dengan bau menyengat membuat Kaito ingin cepat-cepat pergi dari tempat mengerikan ini.

"Benar-benar seorang iblis."

Kaito menggerutu sambil mengepakkkan sayapnya lebih tinggi untuk menghindari aroma yang tak tertahankan.

"Atau jangan-jangan orang itulah yang sebenarnya merupakan jelmaan raja iblis?"

Kaito terregun sejenak. Sayap yang tadi terbuka dan siap mengepak lagi perlahan mengatup. Dan tanpa ia sadari, dirinya kini telah kembali ke wujud asalnya.

"Apa yang harus aku lakukan apabila orang itu benar merupakan jelmaan raja iblis? Bukankah dalam buku ramalan telah tertulis bahwa kekuatan iblis itu tak terkalahkan? Hanya darah dan pengorbanan jiwa malaikat yang bisa melumpuhkan kekuatan raja iblis. Lalu bagaimana caraku untuk menyelamatkan Sonoko?"

Kaito mulai merasa khawatir. Sambil terus berjalan, ia berusaha mencari cara atas kemungkinan terburuk yang ia lalui kedepannya.

"Berhenti, siapa kau berani melewati taman terlarang ini? Kau----"

Kaito terkejut mendengar sebuah suaea yang besar dan sangar terdengar jelas di telinganya. Ia lalu menatap ke depannya yang kini telah berdiri seorang laki-laki berbadan tinggi serta berpakaian serba hitam. Yang pastinya itu merupakan salah satu dari penjaga kastil bayangan.

"Kenapa aku sampai lengah, ini pasti karena aku terlalu berspekulasi tentang jati diri iblis tersebut." Kaito menyesali keteledorannya.

Ia tatap lagi penjaga yang berdiri dengan siaga di hadapannya. Dalam hati, Kaito mulai mengumpulkan sisa-sisa sihirnya.

Laki-laki di hadapan Kaito tampak mengangkat tangan dan meletakkan jarinya di samping telinga. Kaito tahu betul apa yang ingin laki-laki itu lakukan yakni memberi laporan lewat telepati pada bosnya.

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang