Seisi dunia seperti berhenti berputar di sekitar Ran dan pangeran muda. Udara menjadi terasa tidak nyaman dan menyesakkan. Semua orang yang di sana gemetar melihat tatapan mereka berdua yang seolah sama-sama ingin menerkam.
"Ran. Ini adalah putra mahkota, pangeran Kudo Shinichi dari kota suci the Shadow. Mari kau beri hormat pada pangeran." Ucap Ery mendekati Ran dan pangeran untuk memecahkan keheningan yang mengerikan itu.
Ran tergagap mendengar ucapan ibunya. "Pangeran?" Bisik Ran dalam hati.
"Orang ini merupakan pangeran? Bocah yang aku hajar beberapa hari lalu itu adalah pangeran?". Ran mencoba untuk tidak mempercayai pendengarannya sendiri.
Ran tidak bisa habis fikir, bagaimana mungkin bocah seperti ini yang di anggap Ran sangat lemah itu merupakan seorang pangeran. Ran benar-benar merasa bingung dan terkejut.
Sementara Shinichi tampak memamerkan senyum penuh kemenangan di depan Ran. Shinichi tidak akan melupakan pukulan tangan Ran yang membuat memar sekitar matanya.
"Bagaimana? Mengapa kau diam? Dan juga? Kenapa kau tidak ikut membungkuk, memberi hormat seperti yang lainnya padaku? Apakah kau tidak tahu tatakrama bangsawan?" Tanya Shinichi bernada mengejek.
Shinichi terus menatap penuh kemenangan pada Ran. Ia menunggu reaksi Ran tetapi sama seperti tadi Ran hanya mematung dan masih berdiri di sana.
"Ran, cepat beri salam pada pangeran." Ery mengingatkan Ran lagi, tetapi Ran tidak mendengarkan apapun.
Shinichi tersenyum lagi.
"Hmmm ... Apakah seorang gadis galak seperti anda tidak tahu apa artinya tatakrama upacara sambutan?"
Setelah mengucapkan kata-kata tajam tersebut sang pangeran tertawa keras meski Ran memerah karena marah di hadapannya.
Melihat wajah pongah sang pangeran di hadapannya, Ran merasa tidak tahan lagi.
"Pangeran? Apa tidak salah kau ini seorang pangeran? Seorang pangeran yang begitu lemah dan lamban seperti siput, bahkan seorang wanita pun tak bisa ia hadapi. Apa itu yang namanya pangeran?"
Ran tersenyum mengejek kemudian ikut tertawa pelan.
Shinichi tercengang dengan ucapan Ran. Ekspresinya sekarang malu bercampur marah.
"Apa yang baru saja kau katakan?" Teriak Shinichi. Mata tajamnya menatap Ran dengan penuh amarah.
"Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya terkejut dan merasa senang bisa bertemu dengan seorang pamgeran." Ucap Ran tersenyum manis tetapi dari nada suaranya seperti meremehkan Shinichi.
Amarah Shinichi benar-benar sudah sampai puncak tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena terlalu banyak orang di sana dan sebagai putra mahkota, ia tidak boleh asal tuduh apabila orang tersebut tidak mengakui seperti yang di tuduhkan. Itu bisa di anggap sebagai tindakan menekan dan tidak bijak.
Ran menghentikan tawanya. Ia seperti memikirkan sesuatu lalu kemudian ia membungkuk. Sikapnya yang tadi seperti menentang berubah 180' derajat menjadi sopan.
"Salam untuk pangeran. Selamat datang di kastil kami. Maafkan saya terlambat menyambut sang pangeran." Ucap Ran memberi hormat.
Sikap Ran yang tiba-tiba menjadi ramah membuat api di hati Shinichi pelan-pelan mendingin.
Shinichi melangkah lebih mendekat ke arah Ran dan ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa jengkal, Ia berhenti dan menatap tajam pada Ran
"Bagus lah bila kau sudah menyadari kesalahanmu. Kau cepat belajar juga rupanya." Sungut Shinichi sambil berlalu menuju kamar yang sudah di sediakan untuknya.
"Terinakasih atas pujian pangeran. Kau juga pangeran. Jika benar kau adalah pangeran sang putra mahkota, belajar lah bagaimana cara menbela dirimu sendiri." Ucap Ran sambil tertawa kecil yang membuat Shinichi kembali harus menghentikan langkahnya.
Shinichi mengerutkan kening dan berpaling ke arah Ran. Ran tau tatapan mata Shinichi sekarang benar-benar tatapan kemarahan. Ran sudah menyalakan kembali api yang tadinya mulai padam.
Dengan kesal, akhirnya Shinichi mempercepat langkahnya masuk ke kamar. Sementara dari arah belakang masih terdengar tawa Ran dan tatapan kagum semua orang di kastil.
***
Keesokan harinya.
____________________Ran berada di taman kastil. Ia berlari-lari kecil berusaha mengejar kupu-kupu yamg melayang-layang di sekelilingnya. Langit cerah dan angin sepoi yang bertiup pelan serta bunga-bunga yang wangi membuat Ran merasa nyaman. Lalu Ran bernyanyi dengan riangnya.
"Bunga berseri merah merona
Harum mewangi sepanjang masa
Tiada terusik apapun jua
Hanya tertiup semilir anginWalau aku di lahirkan
Bagai bunga merah
Yang ceria dan slalu tegar
Tuk hadapi kejamnya duniaMawar oh mawar
Mekar bersemi dengan indahnya
Mawar oh mawar
Gugur dengan mulianya"Ran terus saja bernyanyi gembira tanpa ia sadari, di belakang sana di suatu tempat yang agak menyudut dan tertutup rimbun bunga-bunga indah sepasang mata dengan tajam dan tanpa berkedip menatap takjub padanya. Sedetikpun pandangan tersebut tidak mau beralih dari sosok Ran seolah ini moment langka dan bagus yang ia dapatkan.
" Mirip sekali, yah sangat mirip." Gumam orang tersebut pada dirinya sendiri.
Sosok Ran saat ini sangat mirip dengan sosok gadis yang selalu muncul dalam mimpinya.
Yah setiap tidurnya, ia selalu memiliki mimpi yang sama. Melihat seorang gadis bersayap putih dengan rambut panjang dan hitam yang sangat halus dan berkilau. Gadis itu selalu tersenyum dan bermain di taman bunga. Dan ketika di taman bunga sebuah nyanyian selalu ia senandungkan dengan suaranya yang indah itu.
Gadis bersayap putih tersebut seolah bernyanyi untuk menebarkan kebahagiaan bersama dengan bunga-bunga yang bermekaran di sekelilingnya.
Dan gadis bersayap putih itu. Mirip, sangat mirip wajahnya dengan gadis yang sekarang sedang ia pandangi dengan seksama.
"Kreekk"
Ran terkejut dan menghentikan sebentar nyanyiannya ketika telinganya menangkap sayup bunyi. Ran menoleh ke arah sumber bunyi tersebut dan mendapati Shinichi sedang berdiri di sudut sana sambil menatap lekat ke arahnya.
Shinichi terkesiap mendapatkan tatapan balasan dari Ran. Rupanya tadi karena keasikan melihat Ran dan menikmati alunan nyanyian Ran membuat Shinichi tanpa sadar menginjak daun kering yang akhirnya menghasilkan suara gemerisik dan di dengar oleh Ran.
Untuk menutupi rasa malunya karena tertangkap basah oleh Ran, Shinichi langsung berbalik sambil berkata.
"Sepertinya kau harus banyak berlatih dalam bernyanyi. Apa kau tahu ketika kau bernyanyi tadi, suaramu sangat fals dan bising sehingga membangunkanku yang masih enak dalam tidur." Teriak Shinichi sambil melangkah pergi.
"Apa kau bilang? Hei, aku bernyanyi untuk diriku sendiri bukan untuk kau. Jadi kau tidak perlu mengurusiku." Teriak Ran kesal.
"Bagaimanapun telingaku yang peka ini menjadi mendengar nyanyianmu yang terlalu sumbang. Jadi bagaimana bisa aku tidak boleh terlibat." Sahut Shinichi lalu tertawa keras. Shinichi merasa senang karena bisa membalas perlakuan Ran kemarin.
Dengan kesal Ran mengepalkan tinju ke udara. Ia merasa lebih baik mengalah daripada harus meladani pangeran Vampir yang bagi Ran tidak waras itu.
Ran sudah duduk kembali untuk meneruskan nyanyiannya ketika tiba-tiba Shinichi berbalik lagi ke arahnya.
"Dan kau. Aku ingin kau membawakan makanan ke kamarku." Ucap Shinichi berlalu.
" Apa? Kenapa harus aku?" Tanya Ran kesal.
"Kerjakan saja. Ini perintah dari seorang pangeran tahu." Sahut Shinichi lantang sambil mempercepat langkahnya. Dan detik berikutnya. Ia tersenyum. Senyum penuh kemenangan.
"Ya, pangeran kodok yang di kutuk." Rutuk Ran kesal.
☆☆☆☆☆☆☆☆
^bersambung^
KAMU SEDANG MEMBACA
☆ Vampire's Heart☆
DiversosMenceritakan tentang Ran Mouri. Seorang gadis biasa dan murid dari SMA Teitan yang terjebak di dunia Vampire, tepatnya di Land Darkness. Yang memaksanya harus berurusan dengan Prince Of Vampire. Land Darkness berada di bawah kekuasaan raja Vampire Y...