Shinichi menghela nafas sejenak lalu turun dari ranjangnya dan berjalan ke arah jendela. Ia buka sebentar jendela tersebut lalu ia jatuhkan tubuhnya pada kursi yang tepat berada di bawah jendela kamarnya, ia duduk dengan perasaan dan fisik yang lelah. Angin musim dingin menyapu tubuh Shinichi yang masih lemah. Shinichi menatap kosong ke luar jendela. Jiwanya seolah mati, Shinichi merasa saat ini ia seperti kehilangan energi untuk hanya sekedar menghirup udara. Ia merasa hampa dan kebahagiaan seperti melayang dari ruh serta tubuhnya.
"Ran..."
Nama itu kembali meluncur pelan dari bibir Shinichi, kemudin gaungan nama tersebut seperti hilang dan terbang tersapu angin yang tidak bosan-bosannnya memberikan rasa sejuk untuk tubuh dan jiwa Shinichi yang seperti kehilangan semangat hidup.
Yeah, saat ini Shinichi memang telah kehilangan gairah hidupnya. Ran, satu-satunya perempuan yang bagi Shinichi pembawa spirit serta semangat untuknya kini telah tidak bisa ia miliki. Jangankan untuk ia miliki, untuk bertemu saja ia tak akan bisa lagi.
Ran yang akhir-akhir ini menjadi penghibur bagi hidup Shinichi, akan segera menjadi kakak iparnya dan itu sangat tidak adil serta menyakitkan untuk di terima oleh seorang Shinichi.
Shinichi meringis dalam sunyinya malam dan dengan menahan kesakitan pada fisik serta hatinya, pangeran yang arogan tersebut kini tertidur kembali di bawah jendela, di dalam pelukan langit malam yang memantulkan dengan terangnya sinar rembulan setengah. Langit malam seolah sengaja megirimkan cahaya bulan tersebut hanya untuk sekedar menyelimuti hati Shinichi yang terasa gelap, pekat, dan semakin jauh akan berkah cahaya kebahagiaan.
***
-
-
Pagi hari telah datang dan dalam ruangan itu masih di selimuti kesenyapan, tanpa suara, tanpa adanya bunyi-bunyian. Di atas tempat tidur sana, tubuh belia Ran terlihat masih memeluk bantal dengan mata terpejam rapat dalam buaian tidur pulasnya. Tidur lelap Ran seperti tidak terganggu oleh sinar matahari yang pelan-pelan mulai menyapu sedikit betisnya.Semalam Ran hampir semalaman, memang tidak bisa tidur. Banyak hal yang ia pikirkan dan cemaskan, selain keadaan sakitnya pangeran yang mau tidak membuat Ran ikut mengkhawatirnya juga serta yang paling utama adalah tentang Sonoko. Sampai jelang dini hari Ran menunggu kepulangan Sonoko yang sedang keluar bersama Kaito dari tadi siang tapi bahkan sampai Ran tertidur saat itu, Sonoko dan Kaito belum juga terlihat batang hidungnya.
"Huaammm."
Ran menguap kecil sambil menggeliatkan tubuhnya. Cahaya matahari yang tadi hanya menyinari sekitar betis Ran saat ini sudah mulai merambahkan cahaya ke arah wajah Ran seiring dengan semakin tingginya letak matahari di langit biru sana.
Sapuan panas sinar mentari di wajah putihnya, tentu saja membangunkan Ran yang dari tadi masih terbuai dalam mimpi.
Ran perlahan-lahan membuka matanya, sambil mengusap-usap pelan kelopak mata, Ran bertanya pada Sonoko--
"jam berapa sekarang, Sonoko?"
Tidak ada sahutan.
"Sonoko..."
Tetap tidak ada sahutan.
"SONOKOOO...."
Ran mengeraskan suaranya sambil meraba-raba ke sampingnya, untuk membangunkan sahabat baiknya tersebut.
"So--- Sonoko...?"
Ran langsung terduduk ketika menyadari bahwa rabaan tangannya tidak menyentuh tubuh sahabatnya tersebut yang biasa tidur di sampingnya.
"So--- Sonoko, Sonoko...!!"
Kembali Ran memanggil Sonoko, tapi tetap tak ada suara. Ran lalu berdiri dan melangkah ke kamar mandi, menurut Ran, bisa saja saat ini Sonoko sedang mandi, akan tetapi ketika Ra sampai di kamar mandi, tak ada juga sosok Sonoko ia temukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
☆ Vampire's Heart☆
De TodoMenceritakan tentang Ran Mouri. Seorang gadis biasa dan murid dari SMA Teitan yang terjebak di dunia Vampire, tepatnya di Land Darkness. Yang memaksanya harus berurusan dengan Prince Of Vampire. Land Darkness berada di bawah kekuasaan raja Vampire Y...