Jam sudah menunjukkan pukul 10:45.pm. sekilas Ran menolehkan pandangannya ke luar jendela. Langit di sana terlihat sangat gelap. Meskipun tidak ada tanda-tanda akan turunnya hujan, tetapi sepertinya bintang dan bulan sedang enggan untuk keluar pada malam ini.
Ketika memandang pekatnya langit, tiba-tiba Ran bergidik sendiri mengingat obrolannya dengan Kazuha dan Sonoko di sekolah tadi. Buru-buru Ran menuju tempat tidurnya dan meraih selimut.
Belum selesai Ran menutupi tubuhnya dengan selimut, secara tidak sengaja mata Ran mencapture tasnya yang saat ini berada di meja belajar. Bukan tasnya yang membuat Ran terpaku tetapi sekilas Ran seperti melihat sesuatu yang menyala dari dalam tasnya.
Dengan perasaan takut bercampur penasaran, Ran turun dari tempat tidur dan melanggkah pelan ke arah meja belajar.
Ketika Ran membuka tasnya, mata Ran terpaku, tubuh Ran menggigil dengan tangan menutup ke mulutnya. Ran tampak seperti sangat ketakutan.
Di dalam tas sana, Ran melihat sebuah cahaya kecil yang tiba-tiba melintas membentuk garis pada permukaan cermin☆ yang masih tergeletak di dalam tas Ran.
Lama Ran terdiam dalam ketakutan sambil terus menatap cermin☆ yang masih menciptakan percikan-percikan cahaya sampai akhirnya Ran memberanikan diri untuk meraih cermin☆ tersebut. Setelah dengan gemetar Ran ambil cermin☆ dari dalam tasnya lalu buru-buru Ran letakkan cermin☆ tersebut pada posisi telungkup di atas meja.
-
-Ran menemukan dirinya berada di sebuah ruangan serba putih dengan titik-titik cahaya yang sangat indah yang entah mengapa walau hanya titik-titik kecil cahaya tersebut tetapi seperti memberikan rasa hangat pada tubuh Ran.
Sesaat Ran menatap seisi ruangan tersebut. Ran tidak tahu bagaimana bisa ia berada di ruangan asing ini. Tadi setelah ia memegang cermin☆ yang mengeluarkan percikan aneh, Ran merasa seperti melayang dan entah bagaimana Ran sudah berpindah di ruangan ini.
Kejadiannya yang begitu cepat membuat Ran tidak mampu untuk memikirkan apa yang terjadi sebenarnya.
"Kemari lah." Suara hangat seseorang laki-laki tiba-tiba terdengar oleh telinga Ran. Ran berbalik tetapi tidak menemukan siapapun.
"Siapa?" Ran bertanya dan menunggu jawaban. Tetapi yang Ran dapatkan hanyalah keheningan yang menakutkan.
"Si ... siapa ...? Siapa yang bersuara itu?" Kembali Ran mengulangi pertanyaannya dengan gemetar. Ran terus bertanya sambil mencari darimana asal suara itu datang.
"Kemari lah ... Kenari lah..." Suara itu terdengar lagi.
Seperti ada kekuatan tak terlihat yang menarik dan terus mendesak Ran untuk melangkah. Ran berjalan, melangkah kan kakinya tanpa tahu ke mana ia pergi sampai akhirnya Ran merasakan dingin dan sadar bila sekarang Ran berada di sebuah tempat di mana salju dingin turun.
Dan di tempat bersalju tersebut, tepat beberapa langkah di depan Ran, tiba-tiba muncul seorang pria tetapi Ran tidak bisa melihat wajahnya sebab laki-laki tersebut berdiri membelakangi Ran.
"Si .. siapa?" Dengan wajah pucat pasi Ran memberanikan diri untuk bertanya. Anak lelaki tersebut tidak menjawab.
"Siapa kamu?" Ran ulangi lagi pertanyaannya. Kali ini dengan suara yang sangat keras dan jelas.
Orang tersebut berbalik lalu tersenyum. Senyum yang hangat dan anehnya terasa akrab bagi Ran. Kemudian orang itu mengulurkan tangannya di depan Ran seperti menunggu dalam diam sambutan tangan Ran.
Entah mengapa mata Ran tidak bisa berhenti menatap hangat pada orang di depannya itu. Seorang bocah laki-laki yang Ran perkirakan seumuran dengannya.
Tanpa sadar dalam pelan, Ran menggerakkan tangannya untuk menyambut uluran tangan anak lelaki tersebut.
Tetapi ketika tangan mereka hampir bersentuhan satu sama lainnya. Ran tiba-tiba merasa nyeri pada dada kirinya. Ran menyentuh dadanya dan tiba-tiba menyadari bahwa pada dada kirinya tertancap sebuah pedang tajam. Belum sempat Ran bersuara tiba-tiba tubuh bocah laki-laki tersebut membias seperti bayangan dan memghilang seperti udara. Beberapa detik setelah itu, Ran seperti nelayang dan tiba-tiba saja berada di ruangan putih itu kembali.
Ran memekik seolah ingin menahan kepergian anak lelaki tersebut. Rasa sakit mendadak terasaa di ulu hati Ran.
Kembali Ran memegangi dadanya yang masih tertancap pedang tajam. Ran gemetar ketakutan. Lebih takut lagi ketika ia melihat tangannya yang sudah di kotori oleh darah. Ran menjerit histeris. Dan ruangan putih itu berangsur-angsur berubah menjadi hitam dan tenggelam dalam kegelapan.
☆☆☆☆^Bersambung^
KAMU SEDANG MEMBACA
☆ Vampire's Heart☆
DiversosMenceritakan tentang Ran Mouri. Seorang gadis biasa dan murid dari SMA Teitan yang terjebak di dunia Vampire, tepatnya di Land Darkness. Yang memaksanya harus berurusan dengan Prince Of Vampire. Land Darkness berada di bawah kekuasaan raja Vampire Y...