The Nightmare ( Part -3 )

819 73 0
                                    

"Huih .. huihh..." Ran berusaha mengatur nafasnya yang berhembus dengan cepat. Ran baru saja terbangun dari tidur setelah tadi mendapatkan mimpi buruk. Air mata tak terasa mengalir dari kelopak mata Ran. Mimpi yang ia alami tadi seolah-olah nyata dan merupakan satu kebenaran. Ran merasa sangat ketakutan. Setelah beberapa saat, Ran menghela nafas. Ia mulai bisa menenangkan dirinya sendiri. Perlahan Ran duduk dan melangkah ke arah meja belajar. Ran memutuskan untuk membuang cermin☆ tersebut.

Ran berfikir mimpi yang ia alami tadi pasti karena buku yang di tunjukkan Sonoko tadi siang yang akhirnya terbawa ke otak bawah sadar Ran. Dan untuk menghilangkan rasa parno Ran, cermin☆ tersebut juga harus di buang. Ran yakin sebenarnya tidak ada yang istimewa maupun hal-hal yang aneh pada cermin tersebut. Tetapi untuk lebih menenangkan dirinya sendiri yang saat ini benar-bemar di liputi ketakutan, cermin☆ itu harus di ungsikan dari kamarnya.

Pelan Ran buka tas sekolahnya dan mengambil cermin☆ itu. Samhil duduk di kursi belajar, Ran pandangi dan timang-timang cermin☆ kecil tersebut. Biasa dan wajar saja seperti cermin pada umumnya. Tidak ada perasaan aneh yang Ran rasakan maupun sesuatu yang berubah dari cermin☆ tersebut.

"Fix ini hanya parnoku saja," bisik hati Ran. "Semua ini gara-gara Sonoko. Awas kau Sonoko. Besok kau akan membayar ketakutanku malam ini," gerutu hati Ran.

Meskipun masih ada perasaan takut, Ran berusaha melawan ketakutannya pada mimpi buruknya barusan dengan mengultimatum otaknya sendiri. Bagi Ran wajar bila seseorang bermimpi aneh dan seram bila habis membaca ataupun mendengarkan cerita-cerita horror.

"Tapi," Ran terpaku sambil meletakkan cermin☆ di pangkuannya. Ia seolah ingat sesuatu.

"Siapa pria itu? Mengapa aku merasa begitu akrab? Yah .. aku seperti pernah bertemu dengan orang itu di suatu tempat."

Setelah beberapa saat berfikir, Ran menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang tiba-tiba muncul lagi di kepalanya. Ran kembali meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu tadi hanya mimpi bunganya tidur Ran malam ini.

"Nggak! Itu hanya mimpi. Ya, satu mimpi. Dan didalam mimpi wajar bila menimbulkan rasa dejavu." Bisik Ran pelan.
-
-
Ran kemudian meraih secangkir air di atas meja. Ran bermaksud minum untuk mengembalikan ketenangannya, tetapi...

"Praanggg". Tangannya yang masih gemetar membuat cangkir yang ia pegang jatuh ke lantai dan pecah menjadi potongan serpihan kecil.

Ran membungkuk untuk memungut pecahan cangkir tetapi otomatis menjatuhkan cermin☆ yang masih ada di pangkuannya ke tumpukan serpihan cangkir yang tersebar di lantai.

"Apa itu Ran?" Terdengar suara cemas dari ibunya yang saat itu berada di lantai bawah.

Ran kaget, tetapi kemudian Ran berusaha untuk menenangkan nada nada suaranya untuk menenangkan ibunya.

"Tidak apa-apa bu. Hanya saja, aku tidak sengaja menjatuhkan gelas!"

Terdengar gerutu ibunya tetapi ia juga masih menyatakan keprihatinannya pada putrinya.

"Ya sudah, cepat pergi tidur. Ini sudah terlalu malam, besok pagi kau harus sekolah kan!" Ucap ibunya lagi.
-
-
Ran membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Setelah beberapa menit, Ran merasa tidak mendengar suara ibunya lagi, ia memerosotkan tubuhnya lagi ke lantai lalu ia membungkuk mengumpulkan pecahan-pecahan gelas yang tadi belum selesai ia bereskan.

Pada saat memungut potongan-potongan gelas itu, tanpa sengaja sepotong kecil serpihan gelas menggores tangannya dan berdarah.

Ran merintih pelan, lalu ia melihat jarinya yang terkena serpihan kaca dan menghela nafas sambil merogoh saku kecil pada depan tas sekolahnya. Dengan sedikit menjinjit, Ran mengeluarkan hansaplast pada saku tas tersebut.

Dengan tersenyum puas, Ran tutup goresan kecil pada jarinya dengan plester tersebut. Tetapi ada satu yang Ran tidak tahu bahwa tadi ketika ia berjinjit untuk memgambil plester di dalam tas, ujung jari yang berdarah jatuh melunglai dan darahnya jatuh ke bawah tepat menetes pada cermin☆, lalu perlahan-lahan darah tersebut meresap ke dalam cermin dan menghilang dalam sekejap mata.
-
-
"Serrr,' sebuah suara kecil seperti hembusan tertangkap oleh telinga Ran.

Ran berbalik tetapi di belakangnya tidak ada apa-apa. Hanya warna hitam dari bayangannya sendiri dengan cahaya remang-remang dari lampu tidur yang memantul pada dinding ruang kamarnya.

"Sepertinya ada masalah dengan pendengaranku," gumam Ran lalu kembali melanjutkan pekerjaannya membersihkan serpihan kaca gelas.

"Seerrr." Suara itu terdengar lagi tetapi kali ini nyaring dan lebih jelas.

Ran berbalik lagi. Kali ini ia sangat yakin mendengar sebuah suara. Ran mencari-cari sumber dari suara aneh tersebut dan akhirnya ia menemukan jawabannya.

Dari tumpukan pecahan gelas, terlihat cermin☆ melayang-layang di udara. Dari cermin☆ tersebut memancarkan sinar yang sangat indah dan terasa megalirkan perasaan hangat. Sinar tersebut seperti melingkari ruangan kamar Ran.

Setelah beberapa lama terpaku, Ran tiba-tiba menyadari bahwa perasaan hangat yang di bawa cermin☆ ini sama persis dengan perasaan hangat pada mimpinya tadi. Sebagai salah satu refleks alami, Ran melangkah maju lebih mendekat ke arah cermin☆ dan meletakkan tangannya menyentuh ringan pada cermin☆ tersebut.

"Sama seperti tadi. Mimpi, ya ini hanya mimpi. Jangan takut Ran. Kau barusan tertidur lagi dan mimpi itu kembali mendatangimu," bisik hati Ran.

Cermin☆ seperti memperbanyak menbiaskan lingkaran cahayanya tetapi kali ini lingkaran cahaya tersebut hanya berputar-putar di sekitar Ran saja.

Ran tersenyum, merasakan kehangatan cahaya yang menyelimuti tubuhnya dan bersinar di sekitar tubuhnya. Pelan Ran menutup matanya untuk sekedar merasakan perasaan hebat yang Ran anggap masih terjadi di alam mimpinya ini.
Perlahan Ran tenggelam dalam tidur.

Lingkaran cahaya pada cermin☆ memudar dan ruangan itu kembali ke suasana ruangan seperti semula. Cahaya lampu tidur yang remang-remang masih setia memberikan penerangan mungilnya dan serpihan pecahan gelas tetap berserakan pada lantai seperti semula. Kamar tersebut juga tetap terlihat lengang dan tenang.

Hanya pemilik kamar ini dan cermin☆ saja yang tidak terlihat di ruangan tersebut. Menghilang seperti tanpa meninggalkan jejak apapun.
-
                        :::::::::::::::

^bersambung^

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang