45. Kaito Kuroba

358 22 25
                                    

Rantai besi sihir yang mengikat tangan dan tubuh Kaito, mulai melonggar setelah dari tadi dan dengan sisa-sisa maginya, ia berusaha melepaskan ikatan kuat yang tak terlihat itu.

Beberapa tetesan darah tampak mengalir dari wajah Kaito danjatuh ke lanrai. Menggunakan kekuatan magi yang cukup besar membuat Kaito merasa ingin pingsan. 

Kaito terengah-engah. Ia merasa bahwa kekuatannya sudah mulai melemah. Bukan hanya tali sihir yang begitu kuat mengikat tubuhnya yang membuat Kaito merasa tak bertenaga lagi, tapi setiap ucapan tentang identitasnya yang di katakan oleh Gin tadi tidak bisa ia hilangkan di kepalanya. Kaito merasa kacau dan merasa bahwa ia akan gila ketika mencoba membuang pikiran-pikiran buruknya atas perkataan Gin tadi. Ia jadi merasa lelah dan mengantuk. Ia ingin tidur untuk bisa melupakan semua yang ia dengar, akan tetapi ketika ia mengingat lagi bahwa Sonoko, teman Ran, gadis yang ia cintai saat ini ada dalam sanderaan Gin, rasa kantuk dan lelah, ia abaikan.

Kaito memutuskan untuk tidak menyerah maupun tidur hanya untuk ke-egois-annya semata. Kaito berpikir untuk secepatnya menyelamatkan Sonoko dari tangan Gin. Sebelum penguasa jahat tersebut membawa Sonoko pada Vampire yang lain.

"Itu tidak boleh terjadi. Aku harus bisa mengeluarkan Sonoko dari sini dalam keadaan baik-baik saja. Aku harus cepat bergerak. Karena terlambat sedikit saja aku membiarkan Gin memberikan darah Sonoko pada Vampire lain, kemalangan yang sangat tragis yang akan di dapatkan Sonoko di masa depannya. Aku tak mungkin membiarkan kebaikan Sonoko padaku, menjadi penderitaan berkepanjangan untuknya. Aku harus bergerak dan melepaskan diri dari sini."

Kembali Kaito memfokuskan pikirannya. Kali ini, seluruh sisa dari kekuatannya, ia satukan sekali lagi, agar rantai sihir pada tubuhnya benar-benar lenyap.

Kaito tidak perduli dengan tiap tetesan darah dan kesakitan yang ia rasakan ketika oa berusaha mengumpulkan magi terbesarnya. Yang ia pikirkan saat  ini hanya keselamatan Sonoko dan secepatnya mencegah darah Sonoko di hisap Vampire lain.

Kaito tahu pasti jika darah seorang gadis manusia murni telah terhisap oleh satu vampire dan kemudian Vampire lainnya ikut menghisap darah manusia tersebut, maka setiap hari gadis itu akan mendapatkan rasa kesakitan serta siksaan yang amat sangat. Karena sudah kutukan dari dunia Vampire dua racun tak bisa di satukan dalam satu tubuh.

Bila lebih dari satu Vampire yang menghisap, itu artinya dua racun berbeda yang di miliki setiap spesies vampire bercampur menjadi satu dan bergerak berlawanan pada aliran darah gadis manusia tersebut. Pertentangan jalannya darah ini membuat tubuh yang tak punya magi tidak akan mampu mengontrolnya sehingga membuat tubuh mereka penuh luka yang pelan-pelan akan membusuk kemudian membawa pada kematian tragis.

Dengan susah payah akhirnya Kaito bisa melepaskan rantai sihir tersebut dari tubuhnya. Meski terasa sangat lerih dan terseok, Kaito mencoba untuk menegakkan rubuhnya dan berdiri.

Mata lelah Kaito melihat ke sekeliling untuk menemukan jalan keluar. Dan setelah beberapa saat menebarkan pandangan, matanya berhenti di pintu utama.

"Tidak rerkunci?"

Kaito terregun.

"Aneh sekali."

Kaito melangkah pelan ke arah pintu meski hatinya masih merasa janggal pada pintu yang tak terkunci

Ketika sudah sampai di depan pintu, Kaito mendekat dan menyentuh handlenya. Ketika ia berusaha membuka handle, kekuatan tak terihat menghentikan tangan Kaito.

Cahaya jingga yang tiba-tiba datang secepat kilat dan hampir tak tertangkap oleh matanya seolah menyetrumnya seperti aliran listrik berkekuatan dahsyat sehingga menyebabkan rasa sakit luar biasa.

Kaito mengigit bibirnya dengan kuat untuk menahan rasa sakit tersebut. Ia mengatakan pada dirinya sendiri untuk  tidak menyerah karena bila ia menyerah maka Sonoko akan mati sia-sia dan Kaito tidak ingin itu terjadi.

Kaito mulai mencoba lagi membuka pintu tersebut, akan tetapi sebanyak dia mencoba, pintu tersebut masih belum terbuka.

Keringat dan darah kembali mengucur. Kali ini Kaito berjongkok sesaat di depan pintu. Kelelahan sangat jelas terlihat pada riak wajahnya. Kaito menarik nafas dalam. Matanya luruh menatap lantai dan menumpuk dalam pandangan sedih yang dalam dan seperti tak ada habisnya.

"Apakah benar aku pangeran yang tak di inginkan? Apakah benar aku sengaja di tinggalkan? Apakah benar aku seorang yang terbuang?
HAHAHAAA.... Semua ini konyol sekali."

Dalam rasa terpuruknya,  Kaito menertawakan dirinya sendiri.

Ketika kecil dulu, bukannya Kaito tidak pernah menanyakan pada ayahnya mengapa dia memiliki semua jenis sihir padahal ia tak pernah belajar sihir. Kaito hanya ingat ketika ayahya mengajarkan sulap padanya saja dan sulap itu hanya merupakan jenis tipuan serta manipulasi yang sangat berbeda jauh dengan sihir

Kala itu sebanyak apapun ia bertanya, jawaban ayahnya hanya satu dan sana bahwa:
"Itu merupakan hadiahku untuk kelahiranmu dan aku turunkan sihirku padamu, sesaat setelah kau lahir sebagai bentuk suka cita aku karena di berkahi Goddes seorang putera. Selain itu berkah Goddes membuatmu jadi spesial dan berbakat!"

"Berbakat ya?

Bibir Kaito tiba-riba tersenyum miris.

Kaito sebenarnya telah menyadari keanehan ini sejak lama, karena tidak peduli seberapa berbakatnya dia, tidak mungkin sihir kerajaan dapat diperoleh tanpa garis keturunan langsung dari raja. Sedangkan ayahnya yang ia tahu hanyalah seorang pedagang dan pesulap keliling yang di anugerahi gelar bangsawan oleh raja.

Tiba-tiba Kaito memikirkan alasan mengapa ia ditinggalkan.
Menurut hukum negara, setiap keluarga kerajaan hanya dapat memiliki satu ahli waris dan yang terpilih sebagai ahli waris serta penerus kerajaan harus menjadi pangeran agung, jadi jika itu masalahnya. Apa alasan dia ditinggalkan? Bukankah raja bisa memilih salah satu menjadi pangeran agung tanpa menbuang pangeran mahkota lainnya?

Bagi Kaito, bila itu di jadikan alasan, itu  akan jadi sebuah alasan yang terlalu enteng dan sangat tidak masuk akal.

Kaito berpikir lagi, mencoba menebak-nebak kenapa ia di buang. Kenapa ia tak di akui.

Sebuah pikiran terlintas di benak Kaito

"Tidak berguna. Apakah alasan aku ditinggalkan karena aku tak berguna?"

Memikirkan hasil kesimpulannya tersebut, Kaito tertawa lagi. Dan di bibirnya senyum sinis penuh kesedihan  tersungging.

"Mungkin aku memang tidak berguna, bahkan seorang gadispun tidak bisa aku lindungi ... Bukannya menjaga Sonoko, dengan buasnya aku  malah yang menghisap darahnya ... Aku----,"

Kaito tiba-tiba menutup mukanya dengan kedua tangannya yang penuh darah. Hatinya tiba-tiba saja merasa tersiksa. Ia merasa tak berguna, ia merasa sia-sia melakukan apapun. Ia ingin menyerah pada takdir dan semuanya.

Belum sempat keputusan menyerah ia lontarkan, tiba-tiba ingatan masa lalunya muncul. Kenangan lama yang selalu ia simpan selama sepuluh tahun ini, datang kembali.

Suara lembut, senyum manis, mata ungu yang indah, nama yang telah dilupakannya dan hampir seperti tenggelam datang lagi dan membawanya pada kejadian sepuluh tahun silam.
***

^bersambung^

Sampai sini dulu ya, mata udah ga kuat ngetik, ini juga banyak typo n tanpa koreksi langsung publish. Maaf yaaa, insyaAllah bsk lanjut lagi🙏🙏

Dan untuk tiap coment n like, makasih banyak. Koment kalian jadi semangat tuk aku lanjut nulis. Padahal kemarin2 udh mau ta unpublish n ga lanjut karena sibuk. Makasih banyak tuk viraminnya🙏🙏🙏🙏❤❤❤

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang