The Signal ( Part -4 )

750 71 0
                                    

"Krex ... krexx .. kreok."

Sayup-sayup terdengar suara kecil yang berasal dari sebuah cermin bintang lima☆ berukuran raksasa. Cermin tersebut terletak di sebuah ruangan yang redup dan remang-remang tanpa tersinari oleh cahaya apapun kecuali cahaya lampu yang sangat kecil. Lima batang lilin berukuran besar di letakkan di samping kiri-kanan cermin tersebut.

Tepat di tengah-tengah ruang tersebut, lilin-lilin kecil di susun dalam lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran lilin tersebut tampak seoramg laki-laki tua dengan jenggot panjang sampai menyapu lantai. Lelaki tua tersebut tampak menggunakan kostum abad pertengahan berwarna gelap.

Ia duduk melingkar. Matanya tertutup, wajahnya pucat, nafasnya bergerak sangat pelan, tubuhnya diam tanpa ada gerakan sedikitpun. Dan jika ada orang lain hanya melihat dia sekilas lewat saja pasti mereka semua akan  mengira kalau orang tua itu sudah meninggal. Dan terlebih lagi, tidak akan ada yang percaya bahwa ia telah duduk di sana selama ratusan tahun.

Tetapi hari ini, suara gemerisik dari cermin besar tersebut telah membangunkannya yang sedang tenggelam dalam tidur tak berujung.

Ia perlahan membuka matanya yang tertutup sangat rapat. Matanya biru, dan terlihat pucat karena termakan waktu tetapi masih sangat tajam.

Orang tua itu mengambil tongkatnya dan berdiri dengan keras. Untuk pertama kalinya sejak 800 tahun lalu, dia keluar dari lingkaran lilin dan datang ke sisi cermin☆.

"Krekk .. klenteng .. klenteng .. krecek."

Suara bising dari cermin semakin keras dan kemudian cahaya terang muncul menyinari ruangan yang selama ratusan tahun ini telah di selimuti oleh kegelapan.

Lelaki tua tersebut tampak tidak merasa kesilauan oleh cahaya meskipun cahaya itu juga membias ke matanya dengan sangat terang.

Lelaki tua itu menghela nafas, wajahnya yang pucat berubah menjadi sedih.

"Aku tahu cepat atau lambat, hari ini pasti akan datang. Tetapi aku tidak memgharapkan -hari ini- datangnya secepat ini. Aku sudah ratusan tahun berjaga di sini hanya untuk menghentikan datangnya -hari ini-. Tetapi tampaknya aku tidak berhasil."

Masih dengan wajah sedih, orang tua itu mengangkat tangannya ke cermin.

"Ini sudah tiba waktunya kau mengambil tuan yang asli dari orang itu."

Cermin itu tiba-tiba mengeluarkan bunyi seperti bersuara seolah mengerti apa yang dikatakan orang tua tadi dan apa yang saat ini orangtua itu fikirkan.

Cermin itu kemudian menghentikan bias cahayanya dan laki-laki tua itu seperti mencerna ucapan yang keluar dari cermin besar barusan. "Membawa tuannya yang sebenarnya ke sini!"

"Crekk," terdengar suara handle pintu di gerakkan. Dan pintu yang telah di tutup selama lebih dari ratusan tahun itu kini terbuka. Dari arah pintu tampak seorang laki-laki berusia matang dengan di ikuti beberapa orang tua masuk ke ruangan tersebut.

Wajahnya menunjukkan keagungan tetapi di penuhi kecemasan. Orang itu mengenakan stelan jas malam berwarna merah senja. Ia berjalan menuju ke arah lelaki tua yang masih berdiri di depan cermin.

Orang tua itu tidak menoleh dan masih tetap melihat ke arah cermin dengan mata sedih.

"Dia, orang itu sudah ada di sini. Benar kan?"

Pria itu bertanya pada lelaki tua tersebut. Saat ini kesunyian menjadi terasa sangat menakutkan di ruangan ini.

Para sesepuh lainnya hanya diam seperti menunggu jawaban dan petunjuk dari orangtua tersebut.

"Raja Yusaku!" orang tua itu menarik nafasnya sejenak.

"Para dewa itu bersalah. Aku fikir anak itu masih bisa menghabiskan lebih banyak waktu lagi, agar ia tidak kehilangan keceriaan masa remajanya. Tetapi tampaknya para dewa tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk lebih lama menahan kedatangan anak itu."

Raja Yusaku diam, berfikir sejenak dan berkata

"Ini bukan salahmu. Orang itu datang ke sini. Ini sudah menjadi takdirnya. Yang terpenting sekarang adalah kita harus menemukan orang itu sebelum The Night Shadow menemukannya. Jika tidak, tragedi akan datang ke dunia kita tanpa bisa kita hindari." Ucap raja Yusaku berusaha tenang.

"Jadi, siapa yang akan pergi mencari orang itu?" Tanya raja Yusaku lagi.

Orangtua itu diam, matanya yang dari tadi hanya memandangi cermin menutup sejenak. Lalu orangtua itu berbalik ke arah raja Yusaku. Dia menatap ekspresi dari wajah raja Yusaku untuk jawabannya nanti yang ia yakin sebenarnya raja Yusaku sudah tau apa yang akan ia katakan.

Wajah raja Yusaku tiba-tiba berubah tajam. Matanya yang tenang menjadi ketakutan dan yang tidak kalah mengejutkan suaranya menjadi sangat gemetar.

"I ... itu?" Ucap raja Yusaku pucat.

Pria tua itu mengangguk, matanya kembali menatap ke cermin.

"Hanya orang itu. Ia di lahirkan untuk memiliki takdir seperti itu. Jika keduanya dapat saling menemukan dan membayar hutang satu sama lain 3000 tahun yang lalu, maka kutukan kita akan teratasi lalu menghilang dan The Night Shadow juga tidak akan mempunyai harapan lagi." Ucap lelaki tua tersebut pelan.

"Tetapi itu terlalu beresiko karena bahkan bila mereka bisa bertemu lagi pun, mereka tidak dapat saling mengenali dan tidak dapat mengingat apapun. Itu hal yang tidak berguna dan malah itu bisa menjadi bencana besar." Ucap raja Yusaku. Suaranya tersekat dan penuh ketakutan.

"Mereka berdua pasti akan mengenali satu sama lain karena hati mereka memiliki ketukan yang sama." Ucap orang tua itu dengan suara yang tegas.

Sang raja Yusaku tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia diam-diam melihat ke arah Edler yang dari tadi berada di sampingnya dengan tatapan khawatir dan sedih.
-
-
Hembusan angin menerobos masuk ke dalam ruangan, meniup cahaya lilin yang berkerlap kerlip. Membuat ruangan yang gelap menjadi lebih dingin.

Di luar sana, pada langit yang membentang luas terbuka. Awan tebal menempel begitu banyaknya seolah ingin merebut posisi sinar matahari yang saat itu hanya bisa menyapu alam semesta dengan cahayanya yang sangat kecil. Tidak berapa lama kemudian, satu semburan hujan yang sangat deras turun membasahi seluruh tanah dan seisi dunia dengan airnya yang dingin.

Dan di atas langit sana, suara petir sahut menyahut datang silih berganti. Setiap gemaan bunyi petir seolah-olah merobek langit dan menandakan badai akan segera datang.

                        :::::::::::::::

^bersambung^

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang