Pertemuan Penuh Nasib ( Part -8 )

691 63 0
                                    

"roott."

Terdengar suara langkah kaki yang menginjak daun kering yang terbenam di tanah. Hutan yang gersang dan serba gundul tampak terlihat lebih gelap dan mengerikan setelah di guyur hujan.

Seorang pria dengan pakaian hitam, rambut warna perak panjang dan berwajah sedingin es berjalan perlahan melintasi hutan. Ia tampak seperti tidak tertarik untuk melihat sekitar ataupun merasa ketakutan. Ia melangkah dengan begitu tenang sehingga apabila ada makhluk yang melihatnya akan berfikir ia adalah penguasa tempat itu.

Tiba-tiba ia berhenti. Seperti ada kekuatan magic yang ia rasakan yang menahan langkah kakinya. Ia memandang ke sekelilingmya sampai matanya tertuju pada cahaya kecil yang tersembunyi di antara daun-daun kering di tanah sana tepat di depan kakinya.

Ia membungkuk dan memperhatikan benda yang bersinar menyilaukan wajahnya.

Ketika ia mengambil benda apa yang telah menahan langkah kakinya, ia terdiam sejenak. Kini di tangannya tampak sebuah benda berkilau berupa cermin berbentuk bintang lima. Benda yang selama ribuan tahun ini ia cari dan ia tunggu.

Ia menatap dalam ke cermin tersebut. Matanya berubah dari hitam ke merah darah. Tatapannya menjadi seperti sebuah senjata pembunuhan terbaik.

Ia mencengkeram cermin di tangannya. Pada wajah dinginnya yang seperti es tiba-tiba tersunggimg sebuah senyuman. Senyum pembawa bencana, senyum penuh ambisi akan hausnya darah malaikat.

"Akhirnya kau datang. Aku sudah menunggumu lama sekali kekasihku. Aku akan membuatmu membayar dua kali lipat dari apa yang telah kau lakukan untukku."

Setelah berkata-kata. Ia tiba-tiba menyeringai. Tawanya menggema melintasi hutan, menyebar dalam ruang yang luas. Tawa yang samgat menakutkan. Sebuah tawa yang di dalamnya mengandung kebencian-kebencian dan sesuatu yang pahit.

Ia mengibaskan tangannya ke udara. Cahaya merah tiba-tiba muncul dan mengelilingi tangannya. Seekor kelelawar bermata merah tampak dan dengan lembut mendarat di tangannya. Jinak seperti anak kucing.

Ia tersenyum dan dengan lembut menyentuh kelelawar hitam di tangannya tersebut lalu berbisik padanya "pergi, temukan pemilik cermin ini!"

Setelah mendengarkan perintahnya, kelelawar tersebut mencium bau darah di cermin dan bergegas terbang membelah udara. Ia berdiri di sana. Diam-diam mengamati bayangan kelelawar hitam itu sampai hilang.

Di tangannya, cermin mencoba memancarkan sedikit cahaya, lemah dan kemudian benar-benar mati.
                       ☆☆☆
-
-

Cahaya bersinar di atas langit yang luas. Itu cukup untuk membangunkan burung-burung kecil. Mereka meninggalkan sarang hangat mereka dan bernyanyi untuk membangunkan makhluk-makhluk yang tersisa. Dan sekarang setelah hujan semalam, semuanya tampak hidup kembali.

Cahaya melintas di balik tirai beludru tipis dan melalui jendela bersinar di wajah cantik yang masih larut dalam tidurnya. Menarik gadis itu untuk menjauh dari mimpinya. Ran dengan lembut membuka mata imut ungunya. Ia duduk sambil menggosok matanya, lalu tiba-tiba teringat sesuatu. Mata ungunya jadi terlihat panik.

"Gawat, sudah jam berapa ini? Aku belum ada belajar. Padahal hari ini aku ada tes." Rutuknya pada diri sendiri.

Ia turun dari tempat tidur dan bergegas mencari tas sekolahnya. Tidak ia temukan. Ia menjadi lebih panik. Berpikir sebentar dan lalu ia ingat kembali ketika melihat ke arah gaun putih yang ia kenakan dan sekitarnya. Ia terhenyak.

"Lupakan! Ini bukan rumahku." Ucap Ran pelan ke dirinya sendiri.

Ia tidak kembali ke tempat tidurnya yang hangat tetapi melangkah ke arah jendela. Ia membuka jendela dan mengulurkan tangannya untuk menangkap sinar matahari yang indah dan hangat.

☆ Vampire's Heart☆ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang