APE NIH?

6K 552 43
                                        

Seorang wanita menjauhkan bibirnya dari obyek yang sejak tadi menjadi kesibukannya.
Tadinya bibirnya begitu lincah menari nari di obyek itu, padahal pencahayaan dikamar itu dalam temaram. Namun tidak mampu menghalanginya.

Ia tersenyum senang melihat hasil karyanya. Berwarna merah kebiruan, dan ia bisa melihatnya meski dalam pencahayaan yang minim.

Ada dua buah tanda merah kebiruan dileher gadis yang tengah tidur dalam keadaan sakit itu.  Dan dengan teganya mama tirinya itu mencari hikmah dalam kesempatan.
Memberinya kissmark yang akan sangat kentara.

Kartika menyalakan lampu disamping ranjang. Ingin melihat dengan jelas hasil karyanya.
Dan senyumnya semakin lebar saat melihatnya.
Dileher anak tirinya, ada tanda kepemilikan darinya.

Ia mengusap bibirnya yang masih basah karena bergerilya dileher Anggi. Kemudian menunduk mengecup sekilas tanda merah itu.

"Tidur yang nyenyak sayang. Cepatlah sembuh" ucapnya lalu mencium singkat bibir Anggi dan kembali ke kamarnya sendiri.

Gadis yang tidur dalam keadaan sakit itu mungkin tidak tahu apa yang sudah diperbuat oleh mama tirinya.

****

Kartika tengah mematut diri di kamar hotel Anggi. Sesekali ia melirik gadis itu dari cermin didepannya. Rupanya Anggi masih belum bangun.

Ia berjalan mendekat ke ranjang. Duduk disebelah Anggi. Meraba kening dan leher gadis itu. Syukurlah demamnya mulai turun.

Ia ingat kemarin sore saat gadis itu pulang ke hotelnya dengan basah kuyup. Berhujan hujan saat pulang dari bepergian bersama Songul.
Ah, bule itu kenapa konyol sekali mengajak Anggi berhujan hujan. Memangnya mereka anak kecil?

Ia menoleh saat mendengar bel. Ia mendekat ke layar disamping pintu. Dan rupanya diluar terlihat Songul berdiri.

Kartika memutar bola matanya malas. Bule itu kenapa menganggu waktunya dengan Anggi. Dengan sedikit jengah ia membuka pintu.
Gadis itu nampak sedikit terkejut saat melihatnya.

"Ya?"  Tanyanya datar.

"Eummm saya dengar Anggi sakit. Saya ingin menjenguknya" ucap Songul dengan canggung.

"Kamu tahu kenapa dia sakit?" Tanya Kartika.

"Maaf Nyonya. Ini salah saya. Seharusnya saya tidak membawanya berhujan hujan" Songul menunduk.

"Kalau sampai terjadi apa apa dengan anak saya, saya tidak akan melepaskan kamu" Kartika mengintimidasi.

Songul mengangguk mengerti. Kemudian ia masuk saat Kartika memberinya jalan.

_

Songul duduk di samping Anggi yang berbaring. Meraih tangan kanan Anggi dan menggenggamnya lembut. Tampak sekali rasa bersalah dari wajahnya.

"Maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Maaf sudah membuatmu begini" ucapnya lirih.

Sementara Kartika menatapnya sembari bersandar di dinding. Ia tampak cemburu melihat bule itu sok perhatian pada Anggi.
Sampai akhirnya ia memilih pergi meninggalkan Anggi dan Songul.

Anggi yang merasa terusik pun mulai membuka mata. Berkedip berkali kali menyesuaikan pandangannya yang sedikit kabur.
Sampai tatapannya tertuju pada gadis berambut pirang didepannya. 

"Songul?" Ucapnya lirih.

Songul tampak tersenyum. Ia mengusap sekilas pipi kiri Anggi.

"Hai" sapanya dengan ceria.

   Songul membantu Anggi yang bangun dan duduk. Ia meletakkan bantal untuk punggung Anggi agar tidak sakit saat bersandar.

"Bagaimana? Masih sakit?" Tanyanya.

"Sedikit pusing. Tapi sepertinya sudah jauh lebih baik" jawab Anggi.

"Maafkan aku. Kamu sakit karena aku" Songul meminta maaf.

"Hey, ini bukan salahmu. Tidak perlu minta maaf" ucap Anggi dengan senyum. Wajahnya begitu pucat.

Mereka sama sama melempar senyum. Sampai akhirnya fokus Songul teralihkan kearah kerah piyama Anggi yang sedikit tersingkap.

Matanya menajam. Tanda merah kebiruan itu nampak sangat jelas. Ia jelas tahu apa artinya. Ia merasa sedikit nyeri di dadanya.
Ia menatap mata Anggi sekilas. Kemudian kembali menatap tanda merah itu.
Pandangannya mulai tidak fokus. Pikirannya mulai melayang entah kemana.

Ia bahkan tidak tahu siapa yang melakukan itu pada Anggi. Tapi ia bisa merasakan betapa rakusnya orang yang membuat tanda merah itu. Itu tidak hanya merah, tapi kebiruan. 

Nyeri di dadanya semakin kuat. Ia mengepalkan telapak tangannya erat erat. Membuat Anggi menatapnya dengan bingung.

"Songul? Ada apa?" Tanya Anggi.

Gadis bule itu menatap Anggi lekat lekat. Meski terkadang tatapannya masih teralihkan pada leher Anggi.

"Kamu punya pacar Anggi?" Tanyanya.

Anggi menaikkan alisnya tanda tak mengerti.   

"Mengapa tiba tiba bertanya begitu?" Tanya Anggi.

"Jawab saja" ucap Songul.

"Tidak punya. Aku tidak punya pacar. Mengapa bertanya begitu?"

"Kamu yakin?"

"Sangat yakin"

Songul mengalihkan pandangannya kearah lain.
Jika Anggi tidak memiliki pacar, lalu siapa yang melakukannya?
Ia sangat yakin, ia ingat kemarin saat ia pergi dengan Anggi, tanda itu belum ada. Tapi sekarang?

"Aku pulang dulu" ucapnya tiba tiba.

"Kenapa buru buru?" Anggi merasa bingung.

"Aku harus cepat pulang. Lekas sembuh Anggi"

Anggi menatap kepergian Songul dengan cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan gadis itu. Mengapa tiba tiba ia pergi secepat itu?

Kartika yang hendak masuk ke kamar Anggi pun merasa terkejut saat melihat Songul berjalan cepat keluar dari kamar Anggi.
Ia menatap bule itu yang sedikit berlari dan kian jauh dari tempatnya berdiri.

Ia mengangkat bahunya acuh lalu masuk ke kamar Anggi. Saat itu juga matanya tertuju ke tanda merah di leher Anggi. Hasil karyanya itu tampak sangat jelas karena kerah piyama Anggi yang sedikit tersingkap.

Ah, sepertinya ia tahu apa yang membuat bule itu pergi dengan cepat barusan.

Senyum liciknya tampak berbahaya sekali.

BERSAMBUNG

DADDY'S WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang