Pukul 05.30 pagi ini, Kartika nampak telah bangun dari tidurnya.
Sebenarnya ia bangun sejak satu jam yang lalu. Dikarenakan ia menyiapkan segala keperluan Adam yang akan pergi ke luar kota.Setelah Adam pergi, ia kembali ke kamarnya. Ia berdiri dihadapan cermin, melihat pantulan dirinya yang masih mengenakan piyama model kimono.
'Cukup Kartika, cukup sudah dengan pura puramu.
Anggi tidak peka jika kamu tetap kalem seperti ini'Ia tidak bisa terus bertahan menjadi wanita yang lemah lembut. Itu bukan dirinya. Ia hanya bersikap seperti itu dihadapan orang.
Ia mengikat cepol rambutnya. Lalu tersenyum simpul.
Setelahnya ia keluar menuju dapur._
Kartika nampak sedang menyiapkan sarapan. Ia memanggang roti dengan selai cokelat kesukaan Anggi. Lalu menuang susu.
Selama mempersiapkan itu semua ia terus tersenyum. Sepertinya ia sedang bahagia.Setelah selesai ia menaruh roti dan susu itu ke nampan. Lalu menatap ke lantai atas, dimana terdapat kamar Anggi disana.
'Sarapan untuk pujaan telah tersedia'
Ia tersenyum akan monolognya. Ia benar benar seperti abege yang sedang kasmaran.
Ia pun melangkah menuju kamar Anggi.
_
"Anggi?"
Kartika memanggil Anggi saat telah sampai didepan pintu.
Namun tidak ada jawaban.
Mungkin Anggi belum bangun.Ia memutar knop pintu. Tak terkunci rupanya.
Ia membuka pintu dan melangkah menuju ranjang Anggi.Ia meletakkan nampan itu dimeja. Lalu menatap Anggi yang masih pulas dengan selimut yang berserakan.
Ia pun duduk disamping Anggi dengan senyum yang terus terkembang.Dilihatnya Anggi yang masih bergelung ditempat tidur. Anak tirinya itu tak mengenakan piyama. Anggi hanya mengenakan kaus kebesaran dan celana pendek diatas lutut.
Kartika, ia terus memperhatikan Anggi, dari kepala hingga kaki Anggi. Ia menggigit bibir bawahnya.
Oh, gadis itu benar benar luar biasa mempesona.Tangannya terulur, menyentuh pelan pipi kiri Anggi. Membuat gadis itu menggeliat dan kembali terlelap.
Kartika tersenyum melihatnya. Ia terus menatap anak tirinya yang begitu tenang dalm tidurnya. Begitu pulas, seperti kanak kanak yang terlalu lelah sehabis bermain.
Ia menyentuh alis mata Anggi, lalu jarinya meluncur menuju batang hidung Anggi yang mancung.
'Jika aku bertemu dengannya lebih dulu, tentu tak akan seperti ini jadinya'
'Andai kami terlahir ke dunia dalam waktu yang sama,
Tentu tak akan serumit ini''Andai aku dan dia adalah sepasang merpati, tentu kami akan beriringan menuju nirwana merah muda'
