(I MISS YOU MY R)
***
Sejak ditemukan oleh penjaga makam dalam keadaan pingsan, Anggi pun jatuh sakit. Ia demam tinggi. Untunglah Adam telah memanggil dokter untuk memeriksa nya.
Bi Mar yang telaten merawatnya. Terkadang sesekali Adam akan mengawasi nya. Ia begitu terpukul saat mengetahui kondisi anaknya. Ia tahu betul jika Anggi tengah bersedih.
Sebenarnya berkali kali Bi Mar mendapatkan telepon dari Kartika yang terus menanyakan kabar Anggi. Namun ia tidak berani mengangkat telepon itu karena Adam melarangnya. Ia pernah ketahuan sekali saat mengangkat telepon Kartika, dan hasilnya ia kena marah.
Seperti saat ini, Bi Mar tengah membersihkan kamar Anggi. Bukan kamar Anggi sebenarnya, namun kamar tamu yang berada di lantai bawah. Adam sengaja menempatkan Anggi yang sedang sakit itu di kamar tamu. Agar ia yang menggunakan kursi roda bisa lebih mudah untuk menemui anaknya itu.
Sesekali Bi Mar menoleh ke arah Nona Muda nya yang sedang tidur. Wajahnya sangat pucat dan bibirnya nampak kering. Badannya sangat lemah. Kemudian perempuan gemuk itu melanjutkan bersih bersih.
"Mama..."
Bi Mar menoleh saat mendengar suara lirih itu. Ia mendekat ke ranjang tempat Anggi tidur. Ia mengganti kompres di dahinya dengan telaten.
"Kangen sama Nyonya Dania ya non?" Tanya Bi Mar sembari mengompresnya.
Anggi yang ditanya seperti itu tentu saja tidak menjawab. Gadis itu masih memejamkan mata. Namun tidurnya nampak gelisah. Bibirnya nampak bergetar.
Bi Mar menyentuh leher Anggi dan panasnya masih tinggi. Ia merasa terenyuh.
"Jangan begitu lagi ya Non, bibi sedih lihat Non Anggi sakit begini" ujar perempuan gemuk itu.
Bi Mar membenarkan letak selimut Anggi. Ia tidak tega melihat Nona Muda nya yang akhir akhir ini selalu murung dan sekarang malah jatuh sakit. Ia sudah menganggap nya seperti anak sendiri.
"Mama... Kar...tika..."
Meski lirih, Bi Mar tetap dapat mendengar racauan Anggi. Ia baru sadar siapa MAMA yang Anggi maksud. Bukan mama kandung nya, namun mama tirinya.
"Mama... Kar...tika..."
Gadis itu terus meracau dalam tidurnya yang gelisah. Terus menyebut nyebut mama tirinya.
Bi Mar tentu tahu, Nona Muda nya ini pasti sangat merindukan mama tirinya. Kedua orang itu saling mencintai namun dipaksa untuk berpisah.
Siapa yang tidak terluka jika berpisah dengan orang yang dicinta?"Mama...."
Gadis itu masih terus meracau. Bahkan sekarang nampak airmata mengalir dari matanya yang terpejam. Bi Mar benar benar tidak tega melihat nya.
Bi Mar meraih tisu dan menghapus air mata Anggi.Ia kemudian keluar dari kamar itu.
_
Bi Mar berdiri didepan pintu, ia menatap Adam yang duduk di kursi roda diteras rumah. Tuan nya itu nampak melamun dan tak menyadari ia yang berdiri di belakangnya.
Tuannya itu menatap ke depan dengan pandangan kosong.Bi Mar tentu bisa mengetahui nya. Karena sesekali ia memergoki Adam yang menangis di samping Anggi. Menangis dalam diam, pasti rasanya pedih sekali. Ia ikut prihatin dengan keluarga ini. Keluarga yang dulu harmonis kini berantakan dan terasa lengang.
Sebenarnya Bi Mar merasa takut untuk mengatakan sesuatu, namun mengingat Anggi yang begitu tersiksa, ia pun tak tega.
"Tuan?" Panggilnya.