(i Miss you..... my R)
_
Seorang wanita dewasa terlihat duduk di ruang kerjanya. Tangannya memegang sebuah pensil yang menari nari diatas kertas kosong. Wajahnya sangat serius dan pandangan nya tak lepas sedikitpun dari objek didepannya.
Namun meski matanya terfokus pada sketsa yang ia buat, pikirannya terbang entah kemana. Sejak tadi ia berusaha mati matian untuk memfokuskan pikirannya pada sketsa nya. Namun nyatanya ia tidak tahan.
Tangannya yang memegang pensil itu tampak bergetar dan terkepal erat.
Ia akhirnya mencorat coret sketsa nya dengan emosi. Kertas bergambar sketsa itu ia robek robek dan membuang nya ke sembarang tempat."Arrrhhgggggg!!!" Wanita itu berteriak frustasi.
Ia menyibakkan rambutnya dengan kasar. Airmata terlihat menumpuk di pelupuk mata nya. Semua perasaan sedih, marah, hancur berkumpul menjadi satu.
Jangankan setelah beberapa hari ia ditinggalkan kekasihnya, pada hari dimana kekasihnya pergi pun sudah membuatnya sakit bukan kepalang.Wanita itu menyandarkan kepalanya ke kursi dan memejamkan mata. Hati rasanya amat sesak oleh rindu juga sakit.
Kartika, ya wanita itu adalah Kartika. Terhitung sudah berhari hari sejak Anggi meninggalkannya. Sejak malam itu, tidak ada komunikasi sama sekali antara dirinya dengan Anggi. Anggi sama sekali tak mau membalas pesan ataupun mengangkat teleponnya.
Barang barang yang Anggi tinggalkan dirumah Kartika pun masih berada disana. Kecuali keperluan kuliahnya saja. Kartika sengaja hanya mengembalikan keperluan kuliah Anggi tanpa barang barang yang lain, karena baginya itu adalah kenangan dan juga obat jika ia merasa rindu.
Pun gadis itu juga tidak pernah lagi datang ke rumahnya.Terkadang ia ingin mendatangi gadis itu kerumahnya, namun ia tidak mau bertemu dengan suaminya. Ya, bagaimana pun ia dan Adam masihlah suami istri meski sekarang keadaannya telah memburuk.
Ia mengusap matanya yang basah. Melihat kearah jam kemudian berlalu pergi.
****
Anggi duduk dengan membaringkan kepalanya diatas meja di pojok perpustakaan. Ada sebuah buku yang terbuka di tangannya yang kini sedikit terlepas. Rupanya gadis itu tengah tertidur.
Sejak hari dimana ia pergi meninggalkan Kartika, hidupnya serasa ada yang kurang. Hati dan pikiran nya terasa amat lelah.
Ia lebih banyak diam dan terkadang menangis seorang diri.
Bagaimana tidak sakit, jika kita dipaksa untuk berpisah dengan seseorang yang dicintai.Ia tidak tahu persis kapan ia mulai menaruh hati pada Kartika. Sebab pada awalnya ia sempat membenci wanita itu. Dan kembali dekat dan semakin dekat karena sebuah kejadian.
Meskipun ia sangat tahu jika wanita itu adalah istri papanya. Namun ia tetap meneruskan perasaan nya karena hatinya benar benar telah jatuh pada wanita itu.
Ia sempat terlena dalam beberapa waktu sampai akhirnya ia sadar, jika semua itu telah melukai papanya. Amat sangat parah.Namun rupanya meski telah berpisah, hatinya tetap tak bergoyah. Wanita itu telah mencuri hati dan seisi hidupnya. Rasanya amat sukar untuk melihat ke yang lain. Entah sampai kapan ia akan mencintai wanita itu, dan ia sempat berpikir, mungkin saja tak ada lagi kesempatan.
Dan pada akhirnya ia dan Kartika akan kembali menjadi ibu dan anak tiri. Sebagai mana mestinya.Gadis itu tersentak saat seseorang menepuk pelan pundaknya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menegakkan badannya. Dilihatnya seorang cowok berdiri disebelah nya seraya menatapnya.
"Kenapa?" Tanya Anggi.
"Kakak dicariin mamanya kakak, sekarang lagi nunggu di parkiran" kata cowok itu yang merupakan junior nya.
"Oh ok thanks" jawabnya.
Cowok itu pun pergi keluar meninggalkan Anggi yang kini tengah membereskan buku bukunya. Ia berjalan untuk mengembalikan buku itu rak di belakangnya. Kemudian berjalan keluar meninggalkan perpustakaan.
****
Anggi mengintip dari jarak yang cukup jauh. Menatap kepada seorang wanita yang berdiri bersandar pada mobilnya.
Wanita itu sesekali menghela nafas berat. Menoleh kesana kemari. Namun seseorang yang ditunggunya tidak juga tampak.Anggi menatap wanita itu dengan sendu. Meski wanita itu sesekali tersenyum saat ada yang menyapanya, namun ia tahu, senyum itu hanya paksaan. Mungkin saja keadaan hatinya sama seperti miliknya. Sama sama pura pura tersenyum didepan orang.
Wanita itu adalah Kartika. Ia sering datang ke kampus Anggi untuk menemui nya. Namun sayang, yang dicarinya itu tak kunjung menemui nya.
Pun jika ia datang kerumah Adam, ia hanya menatap rumah itu dari luar.
Ia enggan bertemu dengan Adam yang masih menjadi suaminya. Berkali kali ia menolak permintaan Adam untuk kembali kerumah itu untuk memulai kembali keluarga mereka yang sempat berantakan.Anggi mengusap airmatanya yang menetes di pipi. Ia tidak sadar ia telah menangis. Ia membuang nafas dengan kasar kemudian pergi dari tempat itu. Mengambil jalan lain untuk menghindari Kartika.
Area parkiran kampus semakin sepi. Mahasiswa mahasiswi sudah banyak yang keluar. Dan cukup lama Kartika menunggu Anggi. Dan ya, ia sudah menebaknya. Gadis itu masih enggan menemuinya. Ia tersenyum miris dan menunduk. Airmata yang sejak tadi ia bendung tak mampu lagi ia tahan. Kini telah mengalir membasahi pipinya.
'aku tahu kamu masih mencintaiku, tolong jangan seperti ini sayang...'
"Tante? Mama nya kak Anggi kan?"
Kartika mendongak ketika mendengar suara seseorang. Ia buru buru menyeka air matanya saat melihat salah satu junior Anggi yang ditemui nya saat di bandara.
"Tante kenapa? Kok nangis?" Rekkan, ya gadis itu adalah Rekkan.
"Nggak, nggak apa apa kok, cuma kena angin aja mata jadi pedih. Kamu lihat Anggi nggak?" Tanya Kartika yang berusaha tersenyum.
"Tante jemput kak Anggi ya? Tadi sih saya sempat ketemu di perpustakaan. Tapi kak Anggi nya udah keluar dari tadi Tante. Ini aja saya agak telat karena masih ada tugas" jawab Rekkan.
"Mungkin udah pulang Anggi nya ya. Ya udah, saya duluan ya Rekkan. Oh iya, kamu dijemput?" Tanya Kartika.
"Iya Tante, kak Anita sudah dijalan" jawab Rekkan.
"Semoga rumah tangga kalian baik baik saja ya. Salam untuk istri kamu" ucap Kartika.
"Iya Tante. Semoga Tante dan kak Anggi juga baik baik saja ya" ucap Rekkan.
Kartika mengangguk lalu masuk ke mobilnya. Meninggalkan Rekkan yang masih menunggu sang istri.
BERSAMBUNG
"aku tidak takut pada luka dan sakit
Apa yang terjadi ku tak kan gentarTiap terluka, jadi makin dewasa
Airmata mengalir
Dada terasa sakit
Meski begitu ku tetap tak kan menyerah"(JKT48 - 1st Rabbit)