HANYA SATU R
*****
Seorang gadis berambut pirang terlihat mengintip sesuatu dari balik mobil. Ia bersembunyi agar tidak diketahui oleh seseorang. Meski sebenarnya ada yang berdiri di belakangnya, yakni Debby.
Mata gadis bule itu nampak berkaca kaca ketika menatap seseorang yang baru saja keluar dari kampus. Terlihat jelas kerinduan dari mata nya yang sendu. Ia ingin menghampiri seseorang itu namun ia tidak mempunyai keberanian. Lagi lagi ia hanya bisa memperhatikan nya dari jauh. Menyembunyikan perasaan yang selama ini ia pendam.
Mungkin benar, ia terlalu pecundang.Seseorang yang ia pandangi dari tempatnya berdiri kini terlihat berbicara dengan temannya. Seseorang yang selalu ia rindukan dalam setiap hari nya. Seseorang yang membawa lari hatinya, dan meninggalkan nya dalam rasa rindu yang terus mendekam.
Ingin sekali ia berlari kesana, menghampiri nya dan memeluknya. Lalu mengatakan padanya bahwa ia sangat rindu.
Namun kaki nya terasa berat. Seakan terpaku ditempat dan tidak bisa bergerak.Gadis bule itu merasakan sentuhan pelan di pundak kanannya. Ia tahu siapa.
"Temui lah" ucap Debby yang berdiri dibelakang nya.
Gadis bule itu menggeleng kan kepala pelan sembari mengusap airmatanya yang mengalir.
"Aku takut dia tidak mau melihat ku, Debby" ucapnya.
"Anggisara bukan orang seperti itu" Debby menyela.
"dia tidak pernah lagi menghubungi ku seperti janjinya dulu. Juga tidak lagi membalas pesanku. Dia pasti sudah melupakan aku" ucapnya lirih. Terdengar menyedihkan.
"Dia pasti punya alasan kenapa seperti itu. Percayalah, Anggi tidak pernah melupakan kamu Songul" Debby mencoba menenangkan temannya.
Debby dan teman bulenya yabg bernama Songul itu pun masuk ke mobil lalu pergi dari tempat itu.
******
Kartika baru saja mengakhiri teleponnya dengan Anggi. Hingga sekarang kekasih nya itu belum bisa diajak bertemu. Sebenarnya ia sudah sangat rindu. Namun ia tidak boleh gegabah. Ia tahu Anggi masih belum berdamai dengan keadaan sekarang setelah perceraian nya dengan Adam. Gadis itu masih terus menyalah kan dirinya sendiri.
Seharusnya ia berada disampingnya untuk memberikan semangat dan memberikan ketenangan, namun sayangnya Anggi masih enggan bertemu dengan nya.
Walaupun masih bersyukur karena Anggi masih mau mengangkat telepon ataupun membalas pesannya walau sesekali saja.
Ia harus selalu percaya, bahwa Anggi selalu mencintainya.Tok!! Tok!!! Tok!!!
Kartika menoleh kearah pintu saat ada yang mengetuknya.
"Silahkan masuk" ucap Kartika dari ruangan kerjanya.
Kartika sedikit terkejut saat mengetahui jika yang datang bertamu adalah mantan suaminya, yakni Adam.
Laki laki itu dibantu oleh supirnya untuk mendorong kursi roda nya.Kartika sendiri juga tidak tahu ada hal apa yang membuat Adam datang ke butiknya. Seingat Kartika, mereka tidak pernah berkomunikasi lagi sejak bercerai. Pun tidak ada janji dulu untuk mereka bertemu. Tiba tiba saja mantan suaminya itu datang berkunjung.
Supir Adam tadi sudah keluar. Kini hanya tinggal Kartika bersama Adam di ruangan kerja.
"Apa ada sesuatu yang membuat kamu datang kemari dengan tiba tiba mas?" Tanya Kartika.
"Ya, ada yang perlu ku sampaikan" jawab Adam.
"Baiklah, ah tunggu sebentar" ucap Kartika lalu menghubungi salah satu karyawan nya. Adam hanya mengangguk mengiyakan.
"Tolong buatkan minum untuk tamu saya, saya tunggu secepatnya" ucap Kartika di telepon. Lalu kembali menutup telepon nya.
Kartika pun kembali fokus pada Adam. Ia akan mendengarkan apapun yang laki laki itu katakan. Ia hanya berharap tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi.
"Jadi, apa yang mau kamu katakan?" Tanya nya to the point.
Adam menghela nafas lalu menatap lurus pada mantan istrinya. Sebenarnya ia masih memiliki perasaan itu. Ia mengasihi wanita itu dengan tulus. Tidak pernah ia membayangkan pernikahan nya akan berakhir dengan perpisahan.
Namun apapun ujungnya, semua ini adalah yang terbaik. Ia tidak mau hidup dalam derita. Ia tidak mau mengambil kebahagiaan anaknya."Aku minta maaf jika selama ini aku punya salah. Selama ini aku memiliki banyak kekurangan yang mungkin buat kamu nggak nyaman" ucap Adam.
"Nggak. Bukan salah kamu. Ini murni kesalahan aku yang nggak jujur sejak awal. Harusnya aku berkata jujur sehingga semua tidak akan berlarut larut seperti ini" Kartika berujar.
"Mungkin kita memang tidak berjodoh. Dan orang yang tepat untuk memiliki mu adalah anakku. Terkadang aku masih belum bisa berdamai dengan semua ini. Tapi aku tidak mau menyakiti Anggi. Hal yang terpenting dalam hidup ku adalah kebahagiaan anakku" ucap Adam panjang lebar.
Kartika tertegun mendengar ucapan dari mantan suami nya ini.
Adam memilih bercerai demi kebahagiaan Anggi. Kartika semakin merasa bersalah padanya. Sekarang ia tidak tahu, apakah ia harus bersyukur atas perceraian ini? Tapi ia memang tidak bisa mengelak jika satu satunya orang yang paling dicintai nya adalah Anggisara."Kamu mencintai anakku, Kartika?" Tanya Adam.
"Aku sangat mencintainya" Kartika menjawab nya dengan mantap.
Adam tersenyum sendu. Ya, ia telah memilih jalan yang terbaik. Ia sudah yakin dengan semua yang ia putuskan. Yaitu bercerai dengan Kartika, itu memang pilihan terbaik.
"Buktikan padaku kalau kamu benar benar mencintai anakku" lanjut Adam.
Kartika mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti dengan ucapan Adam. Ataukah Adam meragukan perasaan yang ia miliki untuk anaknya? Apakah Adam mengira jika Kartika tidak benar benar mencintai Anggisara?
"Kamu meragukan perasaan ku pada Anggisara?" Suara Kartika mulai meninggi.
"Bukan begitu Kartika. Aku hanya ingin kamu selalu bersama nya, selalu mencintainya dan jangan pernah menyakiti nya. Aku tidak bisa untuk selalu disampingnya. Aku takut aku tidak bisa menjaganya lagi" Adam terlihat sendu.
"Kenapa kamu bicara begitu. Memangnya kamu mau kemana?" Tanya Kartika.
"Kamu tahu sekarang aku sering sakit-sakitan. Aku hanya takut jika Tuhan mengambilku. Aku tidak akan bisa menjaga nya lagi" ucapan Adam membuat Kartika berang.
"Kamu tidak boleh bicara seperti itu! Kamu akan sembuh dan kamu bisa bersama Anggi seperti biasa. Anggi pasti sedih jika tahu kamu bicara seperti itu!" Kartika berteriak.
"Kita tidak tahu kedepannya seperti apa. Maka dari itu aku memintamu untuk selalu mencintainya, jangan pernah sekalipun menyakiti nya. Aku mempercayakan anakku padamu Kartika"
Setelah bicara seperti itu, Adam memanggil supirnya yang menunggu di luar pintu.
Mang Kusno pun masuk dan membawa Adam pergi dari tempat itu. Meninggalkan Kartika yang masih mencerna ucapan Adam.'separah apa sakitnya sampai ia terlihat ingin menyerah?'
Bersambung