Andai saja kita tak saling mengenal
*****
Songul keluar dari kamarnya dan tak sengaja berpapasan dengan Debby di tangga saat sama sama hendak turun. Debby juga baru saja keluar kamarnya.
Mereka akan sarapan bersama orang tua Debby."Gunaydin Songul"
"Hai, Gunaydin Debby"
Keduanya berjalan beriringan pelan menuruni tangga seraya berbincang santai.
"Bagaimana tidurmu semalam? Apakah nyenyak?" Tanya Debby.
"Tidak terlalu. Aku terbangun tengah malam karena mimpi buruk. Aku jadi kepikiran" jawab Songul.
"Pantas saja wajahmu terlihat muram. Tapi lupakan saja mimpi burukmu itu, itu kan hanya sekedar mimpi. Kamu tidak perlu memikirkan nya" Debby memberi saran.
"Ya, itu memang hanya mimpi. Tapi terlalu buruk buatku. Aku harap bukan apa apa" Songul menjawabnya dengan lesu.
Keduanya berjalan menuju meja makan, dan sudah ada kedua orang tua Debby yang baik hati itu telah menunggu mereka.
******
Lidya terlihat sedang melihat lihat beberapa barang didepannya. Memilah milah mana yang sekiranya cocok dengan selera nya.
Sampai akhirnya seseorang menyapa nya dari arah belakang."Lidya? Kamu mau beli bingkai?" Seorang gadis berambut merah yang dulu pernah mempermalukan nya didepan banyak mahasiswa di kampus.
Lidya menoleh kearahnya. Seketika wajahnya berubah datar. Ia kembali fokus ke bingkai bingkai foto yang terpajang disana tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Ia terlanjur sakit hati dengannya.
"Aku bantu cariin yang bagus ya?" Gadis itu menawarkan bantuan.
"Nggak usah" Lidya menjawab nya sesingkat mungkin.
Jika saja kalian tahu siapa orang ini, pasti kalian juga akan sama seperti Lidya.
Ya, gadis ini yang namanya Ashel, gadis berambut merah menyala yang satu fakultas dengan Lidya. Orang yang pernah membuat nya malu se malu malu nya didepan banyak orang. Dengan kata kata kotornya, dengan sikap kasarnya tanpa rasa kasihan. Sampai akhirnya seseorang datang menolong nya bak malaikat, Anggisara Adam.Kenapa sekarang Ashel jadi ramah begini? Tidak ada lu-gue, tidak ada bentakan bentakan keras. Dia pikir sikap nya sekarang akan membuat Lidya kagum? Tidak akan sama sekali.
Setelah mendapatkan bingkai yang cocok, Lidya segera menuju ke bagian kasir untuk membayar. Ia membeli bingkai itu untuk mengganti salah satu bingkai nya dirumah yang pecah semalam. Bingkai foto yang tiba tiba jatuh dari tempatnya. Padahal foto tersebut adalah foto seseorang yang berarti untuknya.
Tanpa mempedulikan keberadaan Ashel, Lidya pun segera pergi tanpa menoleh sedikit pun kearah nya. Ia terlalu muak dengan orang itu.
*****
Anggi tersenyum menatap sebuah kotak beludru merah di tangannya. Ini merupakan sesuatu yang ditinggalkan oleh mendiang mama nya. Yang di suatu malam, diserahkan oleh papanya.
Kemudian ia memasukkan nya kedalam tas, lalu ia keluar dari mobilnya, berjalan menuju butik milik kekasihnya dengan langkah mantap."Mbak Anggi datang, mbak Anggi datang!!" Seorang karyawan butik itu berteriak saat melihat kedatangan Anggi.
"Woy, ngumpul ngumpul! Sini cepet!!!" Seorang yang lain pun ikut berteriak.
Seluruh karyawan yang bekerja di butik itu pun berlari lari kecil dan berkumpul menyambut Anggi yang terkekeh geli melihat mereka.
"Gimana? Semuanya udah siap?" Tanya Anggi.