Emel Demir, adik Songul yang sejak tadi memeluk boneka beruang itu menghampiri kakaknya yang duduk di ranjang kamarnya.
Ia melihat kakaknya yang mengusap air matanya. Namun ia sendiri tak tahu apa apa. Karena ia masih terlalu polos."Abla?" Panggilnya.
Songul yang mendengar itu buru buru menyeka air matanya. Ia tidak tahu sejak kapan Emel masuk ke kamarnya.
Ia mengusap matanya yang basah dan menoleh kearah gadis kecil itu dan mencoba tersenyum."Emel? Sejak kapan kamu disini?" Tanya Songul.
"Sejak Abla masuk kemari. Tadi aku lihat, Abla berlari dari luar dan menutupi wajah. Ku kira Abla sakit, makanya aku menyusul kemari" jawabnya panjang lebar.
"Aku baik baik saja Emel. Aku tidak sakit" Songul mencoba tersenyum.
Gadis kecil itu berjalan mendekati kakaknya dan duduk disampingnya.
Ia mengamati wajah kakaknya itu dengan cermat.
Membuat Songul membuang muka."Mata mu basah, Abla menangis?" Tanya Emel. "Sejak tadi ku lihat Abla terus mengusap mata Abla"
Songul panik. Bagaimana bisa adiknya itu tahu jika ia menangis?
Apa karena suaranya yang serak?"Kamu ini bilang apa? Aku bukan anak cengeng sepertimu. Mana mungkin aku menangis" ia mencoba mengelak dan tawa nya terdengar dibuat buat.
"Abla, meski aku masih kecil, tapi aku bisa membedakan orang yang menangis dan tidak.
Mata mu merah dan basah, sejak tadi Abla mengusap pipimu yang juga basah kan?
Abla, katakan padaku, siapa yang menyakitimu? Aku akan mencubitnya kuat kuat" gadis kecil itu menjawab nya dengan polos.Songul menarik adiknya kedalam pelukannya. Ia kembali meneteskan air matanya. Bahkan tanpa memberitahu nya pun, gadis kecil ini bisa tahu jika ia sedang bersedih.
"Abla, aku akan mencubit orang yang sudah membuat Abla menangis" ucap Emel dipelukan Songul.
Gadis berambut pirang itu menggelengkan kepalanya dan sesekali mengusap air matanya. Ia hanya bisa memeluk Emel. Tidak mungkin ia memberitahu gadis kecil ini.
"Tidak perlu Emel. Kamu tidak perlu mencubitnya. Tidak ada yang menyakitiku" Songul masih mengelak.
Emel melepas pelukannya. Ia menatap kakaknya yang mengusap air matanya. Tadi kakaknya bilang tidak menangis padahal memang menangis.
"Apa Anggisara yang membuatmu menangis?" Emel bertanya dengan polosnya.
Mendengar nama itu disebut membuat Songul menahan sesak di dadanya.
Ia hanya menatap kosong pada dinding dibelakang Emel."Benar kan? Anggisara yang membuatmu menangis? Aku melihat Abla berlari masuk kerumah sambil menangis saat melihat Anggisara diluar bersama ibunya" Gadis kecil ini hanya bicara jujur.
"Aku akan mencubitnya" seru Emel.
"Jangan Emel. Anggisara tidak bersalah. Emel!!"
Gadis kecil itu bergegas keluar dari kamar Songul tanpa mempedulikan panggilan kakaknya.
Songul mengusap wajahnya frustasi melihat adiknya itu._
Emel menatap tajam pada Anggi yang baru saja duduk di meja makan bersama yang lain. Ia terus berjalan dengan wajah yang galak. Ah, anak itu.
"Emel, panggil kakakmu. Kita makan bersama" seru Ibunya.
Namun gadis kecil itu tidak menggubris seruan ibunya. Ia terus berjalan dengan sebal kearah Anggi. Membuat semua orang itu menatap bingung.
Saat ia telah sampai didekat Anggi, ia pun melancarkan aksinya.
"Awwww!!!! Emel!" Teriak Anggi kesakitan karena Emel yang tiba tiba mencubit tangannya. Gadis kecil itu mencubitnya sangat kuat. Membuat semua orang disana kaget.