Kartika mengantar Anggi ke kampusnya. Namun keduanya sama sama diam sepanjang perjalanan karena masalah dirumah tadi pagi.
Meski yang dikatakan Adam adalah benar tapi tetap saja mereka tidak menyangka semua akan terbongkar begitu cepat. Mereka tak menyangka kenapa Adam bisa tahu semua ini.
Terlebih, masalah bertambah runyam karena perempuan asing yang Adam bawa pulang ke rumah.Kartika mengerti jika ini semua memang tidak adil untuk Adam. Ia mengerti ini adalah salahnya juga. Namun sekarang ia telah memiliki pilihan yang tepat untuk dirinya. Meskipun ia tahu akan menyakiti orang lain, setidaknya ia tak tersiksa dalam kepura-puraan.
Atas masalah ini, ia tak takut sama sekali. Sekalipun Adam menceraikannya itu bukan suatu masalah besar.
Yang ia takutkan hanya satu hal, yaitu ia tak ingin Anggi meninggalkannya. Ia takut setelah Adam tahu semuanya, Anggi akan pergi dan memilih papanya.
Meski itu adalah wajar karena Anggi sangat menyayangi papanya.Tapi kisahnya baru saja dimulai, namun perjalanan terjal akan segera mereka lintasi.
Kartika akan mempertahankan apa yang ia bisa. Ia tidak ingin Anggi pergi dan menjauh. Ia tidak mau kehilangan gadis itu.
Sekalipun Anggi sendiri yang memintanya untuk pergi, tapi ia tak akan pergi.
Ia berada dalam semua kerumitan ini karena gadis itu. Karena gadis itu yang membuatnya kembali menjadi dirinya sendiri. Tidak perlu berpura pura bahagia bersama orang lain sementara dalam hatinya ia murung.Wanita dewasa itu menoleh sekejap pada anak tirinya yang hanya diam menatap keluar jendela mobil. Wajahnya begitu murung dan masih ada sedikit sisa sisa tangisnya. Bahkan rasa takut pun tercetak jelas dari wajahnya.
Kartika meraih telapak tangan Anggi dan menggenggamnya. Ia menarik pelan tangan Anggi dan menciumnya.
Ia terus menggenggam tangan anak tirinya sepanjang jalan.****
Mobil yang ditumpangi Kartika dan Anggi telah berhenti di parkiran kampus. Keduanya masih diam didalam mobil. Sampai akhirnya Kartika menahan Anggi yang hendak membuka pintu.
"Maafkan mama Anggi. Semua ini karena kesalahan mama. Jika bukan karena mama semua tidak akan serumit ini. Papamu nggak akan marah sama kamu. Tapi mama mencintai kamu setulus hati" Kartika menangkup kedua pipi gadis itu.
Keduanya sama sama menampakkan tatapan sendu. Kasih sayang memang berada dalam mata keduanya, namun ketakutan juga nampak jelas. Anggi yang takut akan kehilangan sosok papa yang telah ia kecewakan, takut akan perasaan yang mulai tumbuh dihati untuk Kartika menjadi sirna karena masalah ini.
Dan Kartika yang takut kehilangan Anggi. Ia takut gadis itu meninggalkannya."Nggak ada yang salah dengan hati. Nggak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja terkadang waktu dan keadaannya tidak sesuai dengan harapan kita.
Aku sayang papa, aku sayang mama. Aku nggak akan bisa memilih salah satu diantara kalian.
Tapi kenapa harus sesulit ini ma?
Aku nggak mau kehilangan mama, tapi aku juga nggak mau papa benci aku" ucap Anggi terisak.Kartika menarik Anggi kedalam pelukannya. Ia ikut menangis melihat Anggi yang ketakutan dan merasa bimbang.
Tapi ia berjanji ia akan selalu berada bersama gadis ini. Ia akan selalu berada disisinya sebagai orang yang mencintai dan dicintai."Mama sayang sama aku?"
"Tidak cukup dengan sayang, mama cinta sama kamu"
"Kenapa dulu menikah dengan papa?"
"Karena menikah dengan papamu itu membuat mama mengenal kamu. Dan sejak pertemuan pertama kita, semua keadaan semakin berubah. Semua rasa yang mama miliki tertuju ke kamu.
Mungkin dulu mama menyebalkan sehingga kamu membenci mama, tapi sungguh, itu semata mata karena mama cinta sama kamu"Mereka melepas pelukan itu. Sama sama mengusap airmata yang membasahi pipi.
Kartika mengusap airmata dipipi Anggi dan merapikan rambut Anggi yang sedikit berantakan.
Ia menghujani wajah gadis itu dengan ciuman ciuman mesra.
Kemudian ia tersenyum.