Songul duduk sendiri di ranjangnya. Ia menekuk kaki dan meletakkan dagunya di lutut.
Ponsel yang tergeletak disampingnya masih menyala, menampilkan banyak panggilan keluar darinya untuk seseorang yang selalu dirindukan nya.Setiap hari ia mengirimkan pesan, ia juga menelepon, namun sampai saat ini semua pesan itu hanya dibaca tanpa berbalas.
Pernah Anggi membalasnya sesekali, namun semua balasan itu tak seperti yang ia harapkan.Seperti nya gadis itu telah melewatkan nya, melupakan nya, dan mengabaikan nya. Padahal ia tahu jika gadis itu masih aktif di sosial medianya.
Ia melihat gadis itu selalu dan setiap hari meski hanya lewat sosial media, tapi apakah Anggi lupa akan janjinya?
Gadis itu sendiri yang berjanji untuk selalu menghubungi dan berkabar. Tapi gadis itu juga yang mengingkari.Ia tak mengharapkan lebih dari Anggi. Ia juga tak mengapa kalau Anggi tidak menyadari rasa sukanya. Ia bahkan tahu harus bersaing dengan siapa. Maka ia lebih memilih untuk diam dan menyimpan perasaan nya sendirian.
Tak apa, asal ia masih bisa melihat dan mengetahui jika gadis itu selalu baik baik saja.Tapi semakin lama ia pun tidak bisa menahan rindu yang semakin menggelora. Ia hanya ingin mendengar suaranya, berbincang dengannya, berbagi cerita selama mereka berjauhan. Tapi kini Anggi benar benar mengabaikan nya. Ia hanya bisa menangis seorang diri dalam sepi.
Tidak apa jika ia hanya menjadi teman selamanya, tak apa jika ia hanya menjadi seseorang yang menyembunyikan rapat rapat perasaannya. Karena nyatanya, memang lah ia menyukai temannya, teman yang baru beberapa bulan ia kenal.
Kalau saja ia lebih berani untuk egois, mungkin ia akan bersaing dengan ibu tiri Anggi.
Tapi nyatanya ia hanyalah gadis lemah dan penakut, pecundang dan hanya bisa diam ditempat.Ia tak mengharapkan yang berlebih, ia juga tak berharap untuk bisa memiliki Anggi, ia sadar diri ia siapa.
Bisa berbincang setiap harinya dengan Anggi pun itu sudah lebih dari cukup.
Meski ia harus menahan sakit sendirian.
Ia ingin mengaku baik baik saja, tapi nyatanya ia memang tidak baik baik saja.Kata orang, kita tidak perlu tersenyum jika kita memang bersedih. Kita tidak perlu berpura pura baik baik saja, karena seseorang yang kita jaga tidak akan pernah tahu keadaan kita.
Tidak perlu berpura pura bahagia jika kita memang tidak sanggup melihat ia bahagia dengan orang lain.
Tidak perlu mengaku kuat, karena hingga kita terjatuh pun ia tak akan pernah menoleh pada kita.Tidak apa sekali sekali menunjukkan padanya jika kita memang terluka, agar ia tahu jika selama ini ada kita disekitarnya.
Jika kamu terluka, jika kamu sedih, jika kamu sakit, jika kamu putus asa, bahkan jika kamu kecewa, tunjukkan saja padanya, katakan semua padanya, agar ia tahu jika selama ini kita memberi perhatian namun tak pernah ia sadari.
Sudah cukup lelah ini, biarkan ia tahu jika berjalan tidak harus terus melihat ke depan, karena disamping pun banyak bunga bunga yang meminta perhatian.
"Bisa berbincang denganmu setiap hari, itu sudah lebih dari cukup untuk ku Anggisara"
*****
Anggi membuka mata perlahan. Ia menguap dan menggeliat. Lalu melihat cahaya matahari memasuki kamar dari jendela yang telah terbuka.
Ia pun menoleh ke sebelahnya, namun rupanya seseorang yang tidur memeluknya semalaman sudah tidak ada disampingnya.Ia memiringkan tubuhnya dan memeluk guling, sebenarnya ia masih sangat mengantuk, namun aroma yang tertinggal di bantal disampingnya membuat ia tersenyum.
Ya, bantal itu adalah bantal yang digunakan Kartika untuk tidur semalam. Wangi dari shampo yang dipakainya masih tertinggal dibantal itu. Ia menenggelamkan wajahnya sesekali disana.
Menghirup aroma nya."Hmmmmm mama" ucapnya dengan mata terpejam dan bibir tersenyum.
Beberapa saat kemudian ia bangun dan berjalan ke kamar mandi.
_
Kartika tengah sibuk di dapur, ia tengah menyiapkan sarapan. Padahal ia memiliki beberapa asisten rumah tangga, tapi ia menolak untuk dibantu.
Ia akan menyiapkan sarapan hasil masakannya sendiri untuk dirinya dan Anggi.Wanita itu mencepol rambut nya ala kadarnya, baju lengan panjang yang ia gulung hingga siku, dan lengkap dengan apron.
Tangannya begitu terampil menyiapkan segala keperluan memasak. Ia memanglah istri idaman."Pagi..."
Kartika menoleh saat mendengar suara itu. Seketika ia pun tersenyum lebar saat mengetahui siapa yang baru saja datang.
"Pagi sayang..." Jawabnya dengan riang. Ia menatap Anggi yang berjalan menghampiri nya.
Ia menerima kecupan manis di pelipisnya. Ah, anak tirinya itu terlihat semakin berani sekarang.
Ia pun mengecup sekilas bibir Anggi sebagai balasan."Kok mama yang masak?" Tanya Anggi yang kini berdiri memeluk Kartika dari belakang. Sementara wanita itu kembali melanjutkan aktifitas nya yang hampir selesai.
"Mama masak untuk sarapan kita. Khusus loh ini, untuk kita aja" jawab Kartika.
Mendengar itu Anggi terkekeh. Bisa saja tante tante ini.
"Aku bantu ya?"
"Nggak usah sayang, ini udah selesai kok. Tinggal di tata di meja aja. Kamu duduk aja sana, kamu kan udah mandi, kalau kamu bantu nanti malah kotor lagi"
"Ya udah deh. Aku juga cuma basa basi bisa kok"
Kartika hanya bisa tersenyum mendengarnya.
Anggi mengecup tengkuk Kartika sekilas lalu duduk manis di kursi. Ia terus memperhatikan Kartika yang sedang menata makanan di meja.
'ah, wanita dewasa yang sempurna'
******
Lidya baru saja memarkirkan mobilnya di parkiran kampus. Ia sempat membenahi pakaian dan kembali mengecek penampilan sebelum keluar.
Sampai akhirnya ada sebuah mobil yang berhenti tak jauh dari mobilnya.Lidya yang tadinya sudah membuka pintu pun mengurungkan niatnya saat ia mengenali mobil itu.
Ia menatap kearah dua orang yang baru saja keluar.
Ya, Anggi dan Kartika lah ia lihat.
Ia menatap tajam pada dua orang yang tampak tertawa itu. Mereka terlihat seperti orang yang sedang berpacaran.Lidya mencengkeram kemudi dengan emosi. Jelas saja ia cemburu melihat kedekatan mereka, apalagi Anggi tak terlihat risih, gadis itu justru membalas manis perlakuan mama tirinya.
Apa mereka sedekat itu sekarang?Kebetulan tempat ini berada diujung, dan tidak terlihat orang lain selain mereka bertiga disana.
Lidya melihat Kartika yang nampak mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Dan ia dibuat kaget bukan kepalang ketika melihat keduanya berciuman.Bahkan Anggi tampak membalasnya meski ciuman mereka tidak lama.
Lidya juga melihat Anggi yang mencium dahi mama tirinya sebelum akhirnya gadis itu pergi ke kelasnya. Meninggalkan ia dan Kartika yang masih ditempat yang sama.Lidya menahan sesak di dadanya. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?
Ia tidak rela. Harusnya ia yang bersama Anggi, meski ia harus berjuang terlebih dahulu. Lagipula Kartika itu adalah istri dari papa Anggi. Bisa bisanya mereka bermain curang.Tak sengaja Lidya melihat kearah Kartika yang kini berdiri menatap ke arahnya, padahal ia berada didalam mobil. Apa jangan jangan wanita itu tahu jika ia berada didalam mobil, sehingga wanita itu sengaja memanasinya?
Kartika tersenyum remeh padanya. Dan akhirnya pun masuk ke mobilnya dan meninggalkan kampus.Dengan penuh emosi kecemburuan, Lidya pun keluar dan berjalan cepat memasuki kampus. Ia harus meminta penjelasan Anggi.
Dan sebenarnya Kartika memang tahu jika Lidya ada didalam mobil. Sebab ia sempat melihat gadis itu membuka pintu dan hendak keluar namun urung.
BERSAMBUNG
sorry ye baru nongol.
Abis hibernasi
Sorry klo typo belum di cek