Lili heran kenapa hari ini kelasnya mendadak ramai. Melebihi pasar yang memanggil pelanggan buat membeli jualannya. Terutama cewek, hebohnya kelewatan sambil senyum-senyum tidak jelas berkumpul perkelompok sesuai circle pertemanan. Sambil menunggu guru datang biasanya kelas tidak beraturan. Semuanya berpindah ketempat yang bisa menukar informasi lalu beramai-ramai mengomentarinya. Tidak ada bedanya cewek dan cowok. Semuanya sama saja jika ada informasi menarik maka itu akan menjadi perbincangan hangat di kelas. Kali ini Lili tidak ikut nimbrung. Badannya lemas akibat berjemur selama satu jam. Begitu juga dengan Vincent yang memilih tidur di tempatnya dengan menutupi kepalanya dengan jacket. Dan tidak lupa telinganya disumbat dengan musik yang keras.
Justru teman-teman Lili menghampirinya buat membahas informasi yang lagi panas. Dua orang cewek dengan antusias mendekati Lili yang tidak peduli dengan apa yang akan disampaikan mereka.
"Lo tau, nggak?" kata cewek kepang dua. Namanya elsa. Gaya rambutnya kayak anak kembang desa namun julid.
"Apaan?" sahut Lili malas.
Elsa memukul lengan Lili. "Ada cowok ganteng baru masuk di sekolah kita. Lo bakalan meleleh ngeliatin senyumnya."
Lili memajukan tubuhnya mendengarkan lebih jelas informasi penting bagi seputaran cewek. Perihal cowok baru yang ganteng ini merupakan pembahasan yang menarik. Seberapa menariknya dia Lili harus mendnegarkan lebih detail dari Elsa.
"Di kelas mana?" Lili mulai penasaran. Jadi ini yang membuat sekelas menjadi heboh.
"Seangkatan dengan kita." sahut Lona mengibaskan rambutnya ke belakang. Kemudian mulai membayangkan cowok yang sedang dibahas.
Lili juga ikut penasaran dibuatnya. Tentang cowok yang membuat kedua temannya geleper-gleper. Kalian tahukan kalau ikan keluar dari air. Beginilah kondisi mereka. Elsa menceritakan cowok itu dengan tangan lentiknya. Mulutnya maju tiga senti dengan gaya genitnya.
"Masak, sih. Seganteng itu. Gue jadi penasaran." Lili memandangi kedua temannya.
"Entar kita cari tahu dia. Duh! Jantung gue." Elsa menahan dadanya dengan kedua tangan.
"Segitunya?" sambung Lili sepertinya Elsa terlalu lebay menggambarkan cowok itu.
Lona membenarkan. Ia tampak setuju dengan mengangguk kuat ketika Elsa menekankan intonasi suaranya, "Uhm."
"Gue makin penasaran." seru Lili.
Dengan mata setengah mengantuk Vincent tampak memperhatikannya. Jambangnya semakin tidak keruan ingin rasanya membawa cowok itu ke barbershop. Supaya cewek-cewek di kelas ini tahu bahwa Vincent tidak kalah ganteng.
"Kita makan apa nanti." kata Lona.
"Ya seperti biasa kita bakalan nyantap makanan kantin yang penuh dengan micin." sambung Lili.
"Kali ini jangan pergi sama Vincent dong." Elsa menggenggam tangan Lili. "Sama kita aja."
"Iya. Lagian Vincent udah mulai bosan sama gue." kata Lili tidak bersemangat.
"Kalian putus?" celetuk Elsa.
"Emangnya kapan mereka jadian." Lona ikut nyolot. Sekelas tahu bahwa Lona sudah lama menyukai Vincent.
"Kadang malas gue ngomong sama lo." tandas Lili.
Vincent masih melihat ke arah Lili lalu berteriak, "Baca pesan gue."
Mendadak kelas menjadi hening ketika Vincent berbicara. Sekelas bersorak senang, bersiul dan mengulang perkataan Vincent.
Lili menaikkan bibir atasnya. Sekalinya ngomong malah buat heboh seisi kelas. Vincent lalu kembali pada rutinitasnya tidur sambil dengarkan music. Kemudian Lili memeriksa pesan dari Vincent Nanti makan bareng gue.
Lili juga ingin berteriak kepada Vincent supaya membaca pesan yang dikirim. Namun nyalinya ciut seketika melihat teman-teman lain masih fokus kepadanya.
"Vincent bilang apa?" kata Elsa.
"Kepo lu." sambung Lona.
"Gue nanya ini mewakili lo, Lona."
Dengan berat hati Lili berkata,"Dia ngajak makan ke kantin."
"Lo aja atau kita juga." sambung Elsa.
"Sebenarnya gue aja, sih. Tapi kalau kalian mau ikut juga gak apa-apa." kata Lili menyesal telah mengajak kedua temannya.
"Beneran, nih." Elsa menyenggol lengan Lona. Mengisyaratkan sesuatu.
Dari tempatnya Vincent memandang tajam ke arah Lili. Seperti tahu telah mengajak kedua temannya. Lili langsung menunduk tidak berani melawan tatapan Vincent yang jarang berbicara namun cukup menakutkan ketika sedang marah.
Bel istirahat berbunyi. Seorang cowok langsung mengapit leher Vincent, menyeretnya keluar. Dia adalah Fadel. Teman yang bisa menerima sifat Vincent apa adanya. Meski sering dittinggal ke kantin, Fadel tetap setia berteman dengannya. Lili menyusul dari belakang tentu saja diikuti oleh kedua temannya yang tampak girang. Padahal ini bukan pertama kalinya bisa makan bareng ke kantin.
Fadel menoleh ke belakang melambaikan tangan ke arah Lona, "Hai Lona. Makin cantik aja."
Lona langsung membuang muka sambil berdecak.
"Lo makin cantik kalau kesal." Lalu memberikan flying kiss dan ditepis langsung oleh Elsa dengan kipas kecilnya.
Dengan drama yang biasa dilakukan maka dada Fadel bakalan tertusuk oleh penolakan Lona. Dan sampai akhirnya drama berakhir ketika tiba di kantin. Terlalu malu buat melakukan adegan yang sering terlihat di sinetron.
Di tengah ramainya kantin. Cowok yang disebut-sebut itu katanya akan muncul. Terlihat dari hebohnya dari salah satu meja yang isinya cewek semua. Ya pastilah cowok yang belum tahu namanya itu bakalan kesini buat mengisi perut. Dia juga manusia biasa sama seperti yang lainnya. Seganteng-gantengnya orang juga bakalan butuh makan. Elsa mulai melakukan aksinya dengan mengeluarkan jurus andalan cermin kecil dari dalam saku, buat menambah pesona di bibir dengan mengoleskan liptint. Dan mengepak-ngepakkannya di depan kedua cowok yang duduk dihadapannya.
Vincent yang melihatnya tidak berhenti menatap Elsa yang kini sedang dimabuk asmara. Dari ekspresi Vincent terlihat sekali, memandang jijk Elsa yang kini mulai berulah.
Lili menyikut lengan Elsa, "Jaga sikap lo dong. Malu gue!"
Semua mata beralih ke arah cowok yang disebut-sebut tadi. Dia datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.