Selamat Makan

15 3 0
                                    

Taksi menepi. Lili, Vincent dan Nasa harus berjalan sampai ke depan gang sekitar beberapa meter. Karena jalanan gang menuju rumah Lili cukup sempit.  Dengan tertatih Lili harus melangkah dengan menahan rasa sakit. Semakin banyak bekas luka maka akan semakin banyak kenangan yang akan tertinggal. Untung saja kedua teman Lili paham dengan situasinya. Vincent memapahnya berjalan sedangkan Nasa bertugas membawakankan tas.

Di teras rumah Ayah dan Ibu sedang bercengkerama. Mereka tampak menikmati waktu berdua menjelang maghrib. Vincent membuka pagar yang tidak terkunci kemudian agak menjaga jarak dari Lili dihadapan orang tuanya.

Ibu yang melihat Lili berjalan terseok cuma bisa menggeleng paham. Dan melangkah mendekat membantu putrinya. Dengan sungkan Vincent dan Nasa menyalami kedua orang tua itu kemudian masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan oleh pemiliknya. Kedua bola mata Vincent bergerak mengitari seisi rumah yang sudah taka sing baginya. Hanya karena situasinya agak sedikit canggung, mungkin karena ada Nasa duduk di sampingnya. Rasanya seperti ada yang akan merebut sesuatu yang berharga darinya. Selagi menunggu Lili keluar dari kamarnya. Ibu Lili membawa nampan dua gelas teh hangat yang masih mengepul asap.

"Vincent.. Siapa satu lagi." kata Ibu mencoba mengingat.

"Nasa, Tante."

"Oh iya Nasa. Silahkan diminum."

Vincent mengambil gelas dari nampan kemudian mengembuskannya dengan pelan sebelum meminumnya. Nasa yang melihat itu juga ikut mengambil gelas. Namun tangannya tidak sanggup menyentuhnya karena masih panas.

"Pelan-pelan." kata Ibu

Vincent mulai menyesap teh hangat dengan pelan. Kemudian Lili keluar dari kamarnya dengan celana pendek dan kaos oblong serta rambut yang terikat kusut. Air yang semula diminum kembali dilepehkan karena melihat kakinya yang jenjang. Baru kali itu Vincent melihat kaki Lili yang kurus tanpa balutan.

"Hati-hati." kata Ayah membantu Vincent meletakkan minumannya ke nampan. Ibu mencabut tissue dan memberikannya kepada Vincent.

Vincent dan Nasa termangu melihat langkah Lili semakin mendekat dan duduk dihadapan mereka.

Ayah yang menyadari hal itu langsung menegur Lili. "Kenapa pakai celana pendek di depan teman cowok kamu."

Lili mengambil bantal dan menutupi pahanya yang terlihat, "Ini udah aku tutupin."

"Ganti sana celana kamu." titah Ayah mendorong Lili supaya menjauh dari hadapan teman-temannya.

"Kaki Lili luka. Makanya pakai celana pendek." Lili menunjukkannya dengan menselonjorkan sebelah kakinya.

Ibu memukul Lili untuk mengganti celananya dengan yang lebih sopan, "Pergi ganti celananya." Kemudian mendorong Lili masuk ke dalam kamar.

Vincent memejamkan mata menghilangkan pandangan itu, sedangkan Nasa cuma bisa mengelus tengkuknya dengan canggung.

Tak lama berselang Lili keluar dengan pakaian tidur yang longgar. Dari sisi wajahnya terdapat rambut yang jatuh hingga ke wajah. Lili melihat hanya ada dua gelas yang terletak di meja.

"Untuk Lili gak ada, Bu?" pintanya manja.

"Buat sendiri ke dapur." kata Ibu dengan pandangan yang fokus ke televisi.

"Nasib jadi anak adopsi." gumam Lili melangkah ke dapur.

"Hush! Ngomong kok sembarangan." sahut Ayah melihat langkah Lili masuk ke dapur.

Vincent berdiri menuju toilet yang berada di ruangan dapur. Saat langkahnya baru tiba Lili berseru dari luar.

"Jangan lupa disiram." sambil mengaduk teh.

Teka Teki SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang