Lili dan Nasa kembali ke parkiran. Sambil bersandar di dinding dengan wajah ditekuk, Fadel melirik kedua temannya yang baru datang dengan percakapan.
"Gue suruh nyari Vincent malah bawa Nasa."
"Gue udah cari Vincent ke ruang guru bahkan di tempat lain juga gak ada. Kebetulan ketemu dengan Nasa, gue angkut aja kesini." Lili memberikan lirikan ke Nasa yang hanya dipahami oleh mereka berdua.
"Itu mata kalian kenapa juling gitu?" Fadel selalu bisa membaca setiap gerakan yang dilakukan Lili.
"Mata lo itu yang juling." sembur Lili sewot.
"Gue heran apa yang disukai Nasa dari lo. Gak ada feminimnya. Gak cantik, gak pintar mulut pedas. Dan kekurangan lo lebih banyak lagi. Padahal Nasa bisa aja milih cewek yang lebih baik dari lo." ujar Fadel lebih kejam lagi.
Secara kebetulan Lona lewat dengan melangkah cepat keluar pagar. Di depan sudah ada mobil bewarna hitam menepi. Lona membuka pintu belakang dan membantingnya. Mobil melaju cepat.
"Kalau cewek kayak Lona masih mending bisa dikagumi." Sambung Fadel setelah kepergian Lona.
"Ya lo tanya aja dengan Nasa, kenapa bisa suka sama gue." Dalam hati Lili menyesal telah mengucapkannya.
Nasa menjawab, "Gue suka sama lo karena emang gak neko-neko. Gak berpura-pura. Gimana cukup dengan jawaban gue."
Lili cuma mingkem mendengar jawaban Nasa. Lili bukanlah tipikal orang yang sesuai dengan dugaan Nasa. Lili juga punya sisi feminim jika berada di sisi lelaki yang tepat. Dan sikap Lili berbeda saat dihadapan Vincent. Terkadang dia pengin di sayang dan juga dimanja. Vincent selalu meratukannya. Dan prasangka Nasa terhadapnya salah.
Nasa cuma seorang teman yang sama seperti Fadel. Makanya Lili tidak pernah menunjukkan sisi feminimnya.
"Kalau lo salah mengira tentang gue gimana? Lo bakalan berhenti menyukai gue?" kata Lili seakan memberikan isyarat.
"Gue cuma mengatakan apa yang gue rasakan sekarang. Kalau ke depannya gue juga belum tau. Yang jelas sekarang gue suka sama lo. Dan gue juga gak maksa lo buat nerima gue sekarang. Karena gak enak juga kalau lo nerima gue tapi perasaan lo dengan yang lain." Jawaban Nasa yang bijaksana hampir membuat Lili goyah.
"Kenapa kalian jelasinnya di depan gue." sahut Fadel nyolot
"Bukannya lo yang nanya tadi. Gara-gara elo nih, kita jadi drama." tandas Lili memutar bola mata.
Setelah menunggu cukup lama Vincent muncul membawa paperbag yang menjadi perdebatan di kelas tadi. Lagi-lagi dia bersikap dingin, raut wajahnya yang jutek kembali muncul.
"Dari mana aja sih, lo. Lama banget ngantar tugas." Fadel menyemburnya dengan rengekan, "Sebagai hukuman keterlambatan lo harus traktir gue."
"Kalau lo mau pergi silahkan. Ngapain kasih gue hukuman segala." balas Vincent tidak peduli
Lili memeletkan bibirnya, "Kena semprot, kan, lo."
"Awas lo!" kata Vincent menyingkirkan Fadel yang sedang duduk di motornya. "Ayo naik."
"Gue udah naik dari tadi malah lo suruh turun." teriak Fadel sampai menyemburkan beberapa embun dari mulutnya.
"Bukan elo tapi Lili." Vincent menyerahkan helm ke Lili namun ia teringat sesuatu lalu memasangkan helm di kepala Lili.
"Giliran udah punya saingan aja bisa romantis lo. Kemarin-kemarin lo sering jutekin Lili. Takut, kan lo kehilangan cewek yang punya banyak kekurangan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.