Teka-teki

15 3 0
                                    

Karena Vincent meninggalkan motornya di sekolah dan Fadel yang memang doyan nebeng setiap hari ditambah lagi Lili yang juga hampir setiap hari harus dianterin pulang dengan Vincent. Alhasil malam itu Nasa harus mengantar satu persatu temannya pulang ke rumah meski dengan arah yang berbeda. Nasib pengin memberikan kejutan kepada Lili justru merasa apes harus menjadi supir untuk teman-temanya. Meski begitu Nasa cukup senang hari ini bisa memberikan sesuatu untuk gadis yang disukainya. Ini hal pertamadalam waktu singkat untuk merencanakan secara sempurna. Membuat Lili terpukau dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

Orang yang pertama kali yang harus diantar pulang adalah Fadel yang sedang terkapar di bangku belakang bersandar dibahu Vincent dengan ekspresi pasrah. Sebenarnya sudah berulang kali Vincent menyingkirkan kepala menjauh darinya namun tetap berakhir di bahu Vincent. Dengan mulut menganga Fadel mengeluarkan suara yang mengganggu perjalanan malam itu.

"Bangun lo. Udah sampai." Kepala Fadel disingkirkan secara kasar oleh Vincent. Dalam keadaan setengah sadar Fadel keluar dari mobil melambaikan tangan sekilas dan berlalu masuk ke rumahnya.

Nasa menoleh ke belakang, "Rumah lo di jalan Thamrin, kan?"

"Lo antar aja Lili ke rumah habis itu baru lo antar gue." seru Nasa dari belakang. Paham dengan jalan pikiran Nasa.

"Lo aja yang gue antar duluan." balas Nasa mengabaikan perintah Vincent. Sambil bersiul Nasa menyetirkan mobilnya.

"Girang banget lo." cetus Vincent. Jutek.

"Gak. Biasa aja kok." Kemudian mobil berjalan pelan, "Rumah lo dimana?"

"Berhenti disini aja." kata Vincent ketika baru memasuki jalan Thamrin. Tepat di depan apartemen.

"Lo tinggal di apartemen?" kata Lili menilik situasi di luar.

"Gak. Rumah gue di sekitar sini."

"Lo belum pernah ke rumah Vincent." tanya Nasa ke Lili, heran dengan pertemanan mereka selama ini. Padahal Vincent sering berkunjung ke rumah Lili tapi tidak sebaliknya.

Lili menggeleng sembari melirik Vincent yang kikuk, "Ajak kita ke rumah elo dong."

Sambil menghembuskan napas berat Vincent berkata, "Belum saatnya. Nanti gue bakalan ajak lo ke rumah gue."

"Kenapa sih?" tanya Lili merasa bingung kenapa Vincent tertutup dengan kehidupan pribadinya. Ini yang membuat Lili kadang merasa jauh dengan pertemanan yang terjalin selama dua tahun.

Vincent keluar mobil. Saat Vincent akan melangkah Lili berseru, "Lo beneran pulang ke rumah, kan? Gak keluyuran di luar."

"Lo kira gue gembel. Gue juga punya keluarga kali. Nanti gue akan ajak lo ke rumah gue." Vincent berjalan menyebrangi jalan. Mobil masih belum berjalan. Nasa dan Lili memperhatikan kemana Vincent melangkah namun sosoknya hilang ketika busway melintas.

"Gue heran kenapa Vincent gak pernah ngajak gue ke rumahnya." Lili bergumam sendiri menatap tempat arah terakhir sosok Vincent menghilang.

"Gue kira pertemanan kalian udah dekat banget." kata Nasa menoleh ke arah Lili.

"Mending kita pulang aja."

Nasa menyalakan mesin mobil dan berjalan.

"Jangan sedih dong. Atau kita mau mutar-mutar dulu." ajak Nasa

Lili menggeleng, "Kita langsung pulang aja."

"Oke. Kalau itu yang lo mau."

Sampainya di depan pagar. Lili keluar mobil dan berhenti sejenak sebelum masuk. "Makasih ya."

"Gue gak disuruh masuk?"

"Ah. Lo mau singgah di rumah gue." kata Lili kikuk kemudian membuka pintu pagar dengan lebar.

Lili segera masuk ke rumah mengganti pakaian. Di terasa rumah Nasa menunggu. Kebetulan hari ini Ayah harus lembur di kantor jadi tidak ada yang bisa menemaninya di luar. Selagi menunggu Nasa mempersiapkan diri buat mengatakan ke Lili sesuatu yang membuatnya memilih sekolah yang sama dengannya.

Lili keluar menghampiri Nasa yang kaget ketika dirinya muncul, "Lo kenapa?

"Gak apa-apa."

"Gue pikir lo gak mau singgah ke rumah karena udah malam."

Nasa menelan ludah menatap Lili lekat, "Lo ingat pertama kali kita ketemu."

"Itu lagi. Emangnya kenapa, sih?"

"Gue kecewa karena lo gak ingat sama gue."

"Memangnya kita pernah ketemu sebelumnya. Gue benar-benar lupa." Bagaimana pun berpikir tetap saja Lili tidak mengingat hal itu.

Nasa menunjukkan ponselnya, "Liat nih foto gue."

"Cakep." spontan Lili mengatakannya.

Nasa terkekeh, "Itu jug ague tahu. Lo liat lebih detail lagi. Apa ada yang mengganjal?"

Lili mengambil ponsel dari tangan Nasa kemudian tidak menemukan sesuatu yang aneh, "Lo kelihatan perfect di sini. Pantes banyak cewek di sekolahan yang tergila-gila sama lo."

"Gue udah terbiasa digilai banyak cewek." Nasa berkata penuh percaya diri. Jika dipikir lagi sifat Vincent dan Nasa sangat berbanding terbalik. Yang satunya cuek abis dan satunya lagi narsis.

"Sebelum gue tahu kalau lo masuk ke sekolah ini. Berita tentang lo udah kesebar ke penjuru sekolah. Yang bilangin lo ganteng banget dan sampai kejang-kejang. Ternyata elo orangnya. Cukup kaget sih. Gue pikir itu bakalan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita. Nyatanya sampai sekarang kita masih berlanjut dan lo nembak gue lagi." ujar Lili. Tanpa sadar tidak ada kecanggungan lagi diantara mereka.

"Kayaknya lo udah mulai nyaman ngomong sama gue. Bagus deh."

Lili tersenyum memperbaiki posisi duduknya, "Sebenarnya lo mau pamerin foto elo, kan."

Vincent menunjukkan foto lainnya pada saat demo."Kalau yang ini gimana?"

"Sama.. Cakep juga." Lili menyerngit, "Sebenarnya lo mau bilang apa?"

"Percuma. Gue gak mau kasih tahu. Gue mau lo sadar dengan sendirinya." Nasa menyimpan ponselnya.

"Kenapa kita jadi main tebak-tebakan, sih?"

"Gue mau lo pecahin teka-teki ini. Gue udah kasih lo clue. Sesuatu yang mengganggu pikiran lo selama ini. Dan membuat lo salah paham." Nasa tersenyum.

"Kasih tau aja kali. Kenapa harus mecahin teka-teki ini. Lagian gue bukan murid yang bisa memecahkan segala soal. Terkadang gue juga nyontek di kelas." Lili semakin gemas memikirkan hal yang harusnya bisa dijawab oleh Nasa.

"Ayolah. Ini seru tau. Gue mau dari sekarang fikiran lo terfokus ke gue.."

"Bukannya lo bilang gak harus jawab perasaan lo. Ini sama aja kayak lo makasain gue buat suka sama lo." Ada penolakan dari nada bicara Lili.

"Gue gak maksain perasaan lo. Cuma mau membiasakan lo aja buat mikirin gue. Gue tahu lo suka sama Vincent. Dan itu gak buat gue nyerah."

Lili mingkem sesaat ekpspresinya berubah kalem. Bahkan suaranya saja seperti direm oleh situasi.

"Jangan kaget. Keliatan kok. Fadel juga tahu kalau lo suka sama Vincent."

Lili masih belum bersuara kemudian berubah dengan wajah mengiba, "Jangan kasih tau Vincent, ya."

"Oke sekarang tugaslo harus bisa memcahkan teka-teki yang gue kasih." Nasa berdiri. Sebelum pergitangannya menggapai ujung kepala Lili dan mengacaknya dengan gemas. "Gue balikdulu." 

Teka Teki SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang