Nasa, yang menjadi trending satu di kelas, tampak celingukan saat memasuki kantin. Matanya berhenti ketika Vincent melambaikan tangan ke arahnya.
"Bro." Nasa menepuk pundak Vincent.
"Kesasar?"
"Enggak. Gue heran dari tadi diliatin orang terus. Gara-gara itu gue jadi salah tempat."
"Salah tempat?" kata Vincent.
"Tadi gue masuk aula. Kayaknya orang-orang sedang latihan nari, gue juga diliatin terus sama mereka."
Lili tertawa lalu disambung oleh kedua temannya yang ikut tertawa. Padahal kedua temannya tidak tahu dimana letak lucunya percakapan kedua cowok itu. Lili kayak histeris, badannya bergerak maju mundur mentertawakan Nasa yang semakin bingung, "Lo gak tahu tuh cewek-cewek suka sama lo. Katanya lo cakep. Makanya sekarang kedua teman gue pada ikut ke kantin."
Elsa dan Lona perlahan berhenti tertawa. Ekspresi mereka datar, sedikit menunduk. Tujuan mereka terbongkar berkat Lili ngomong ngaco.
Vincent menatap lurus ke arah Lili supaya bersikap normal. Dalam keadaan seperti ini biasanya Lili sering kumat. Sikap aslinya bakalan keluar. Kata Lili itu bukan dirinya tapi roh nenek moyang sewaktu masa perang dulu. Itu yang sering dikatakannya pada Vincent yang tidak pernah percaya soal dongeng Lili.
"Gue bercanda." seru Lili berhenti tertawa. "Jangan liatin gue gitu dong!"
Vincent tidak menyahut cuma menggeleng paham dengan sifat Lili yang kadang diluar batas normal.
"Ini beneran Lili, kan?" kata Nasa.
"Lo salah. Ini adalah roh..."
Vincent kembali menatap Lili supaya tidak menceritakan tentang roh pahlawan nenek moyangnya.
"Lo beneran sekolah disini?" kata Lili masih tidak percaya Nasa duduk dihadapannya. Masih ingat kemarin situasinya masih mencekam, teman sekolahan Nasa ikut tawuran sampai harus berhadapan dengan polisi.
"Udah jangan banyak tanya." kata Vincent lalu berdiri memesan makanan tanpa bertanya sama yang lainnya, "Mie rebus enam bang."
"Gue gak suka mie rebus." seru Elsa manyun.
"Udah terima aja. Udah terlanjur dipesan." Lili mencoba meyakinkan.
Elsa menyikut lengan Lili supaya memperkenalkan Nasa kepadanya.
"Oh iya. Gue lupa! Kenalkan ini teman gue. Namanya Lona dan yang satu ini, kayak cacing kepanasan namanya Elsa. Dia anak kembang desa dari jawa timur."
Vincent kembali membawa mie rebus meletakkannya di atas meja, "Makan nih. Selagi panas."
"Melepuh deh lidah gue." sahut Lili membiarkan mie itu sebentar sampai asap yang mengepul menghilang.
"Gue gak suka mie rebus." seru Elsa kembali.
"Udah makan aja. Ribet banget tinggal makan doang." celetuk Lona.
Sebelum makan Lili memisahkan daun bawang dari mangkoknya ke mangkok Vincent. Hal itu sering dilakukan Lili ketika ada sesuatu yang tidak disukainya. Vincent selalu menampung apapun selagi makanan itu tidak terbuang.
"Gue suka daun bawang. Lain kali kasi ke gue aja." seru Nasa.
Kemudian Elsa ikut memisahkan daun bawang dari mangkoknya, "Gue gak suka daun bawang. Lo mau?" katanya kepada Nasa.
"Boleh." Nasa menerima dengan senang hati.
Elsa menyentuh kedua rambutnya yang dikepang merasa gemas dengan sikap Nasa.
"Gara-gara lo teman gue jadi kumat." seru Lili.
"Uhm." Fadel berdehem. Sejak tadi tidak diajak bicara. Kemudian dengan kerendahan hati Fadel mengulurkan tangan memperkenalkan diri, "Gue Fadel. Mungkin lo malu ngenalin diri duluan. Gue paham, kok."
"Kepedean banget, sih, lo." kata Lona sinis.
"Cantik. Kita itu harus mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Gak boleh minder. Dan gue tahu Nasa pasti masih belum bisa beradaptasi di sekolah ini. Sebagai teman yang baik gue bakalan bantu dia kenalin sekolah kita tercinta ini."
Elsa mengacungkan tangan. "Gue juga mau bantu lo."
Nasa menatap Lili berharap cewek itu bakalan ikut berpartisipasi.
"Gue gak tahu banyak tentang sekolah ini. Yang gue tahu cuma kelas dan kantin." sambung Lili.
"Dan juga Vincent." tandas Fadel dengan cengiran.
Lili mengacungkan garpu ke arah Fadel supaya tidak bicara ngaco. Sedangkan vincent menggaruk jambangnya karena salting oleh ucapan Fadel. Sementara Lona langsung bete membiarkan mie di dalam mangkok mengembang.
"Wah suasananya mendadak horror." seru Fadel mempercepat makan.
"Kenapa pada diam?" kata Nasa merasa dirinya membawa situasi buruk. "Apa karena gue."
"Gak kok. Lo gak salah." kata Lili menenangkan. Tidak mau merusak suasana hari pertama Nasa di sekolah.
"Udah lo makan aja. Ini cuma masalah cinta tak terbalas." celetuk Fadel kembali.
Lona membanting sendoknya ke atas meja. Kemudian berdiri meninggalkan kantin. Fadel berhasil memperburuk keadaan. Elsa mengikuti langkah Lona sambil membujuknya. Dan Lili masih bertahan duduk di kantin bersama ketiga cowok ini.
"Ini kenapa lagi?" kata Nasa menyudahi makannya.
"Gue udah bilang. Ini masalah cinta tak terbalas. Cinta Lona terhadap Vincent tidak terbalas, cinta gue terhadap Lona juga gak terbalas. Dan mereka berdua ini gue gak paham saling suka tapi gak pacaran. Ribet deh pokoknya." ujar Fadel si yang paling tahu segalanya. Semua yang dikatakannya memang benar. Tetapi tidak perlu diucapkan di depan Nasa yang baru dikenal.
"Sok tau lu." kata Lili.
Fadel menjulurkan lidah menunjukkan kemenangan.
"Ini alasan gue malas makan bareng lo." Akhirnya Vincent bersuara.
"Ini, kan yang buat lo senang temenan sama gue. Katanya bosan dengan suasana garing. Gue buat gaduh malah gak suka." Kemudian Fadel merangkul Vincent, "Tentukan pilihan lo dari sekarang."
"Lo pikir sedang ajang pencarian jodoh." celetuk Lili.
"Sebenarnya lo nagrepkan mau dipilih Vincent." goda Fadel membuat Lili tidak bisa berkata-kata. "Jujur aja, deh."
Vincent melepaskan rangkulan Fadel kemudian, "Urus aja cinta lo yang gak pernah terbalas. Kejar tuh Lona."
Fadel berdiri hormat, "Siap kapten." kemudian berlari meninggalkan kantin.
Sekarang tinggal bertiga di meja. Vincent masih saja irit bicara padahal ada Nasa duduk disebelahnya. Masih saja pelit mengeluarkan suara. Meskipun Fadel nyebelin tetap saja ia bisa mencairkan suasana. Kini tidak ada percakapan setelah kegaduhan yang dibuat Fadel.
"Lo nanti masuk kelas, kan?" kata Lili.
"Tergantung." jawab Vincent dingin.
"Jangan bolos dong." pinta Lili memohon. "Lo kenapa sih, dingin banget jadi orang."
Vincent menyudahi makan lalu berdiri, "Bentar lagi masuk. Gue ke kelas dulu." katanya kepada Nasa.
"Gue juga mau ke kelas." sahut Nasa ikut berdiri.
"Lo mau tinggal disini?" seru Vincent kepada Lili.
"Iya gue mau disini aja. Sana lo pergi."
Vincent melangkah meninggalkan Lili sementara Nasa tidak jadi balik ke kelas. Masih betah duduk di kantin menunggu Lili menghabiskan mie rebus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.