Angkot Mogok

15 3 0
                                    

Hari ini Vincent mengajak Lili ke suatu tempat yang katanya masih rahasia. Ada keraguan ketika ajakan itu keluar dari mulutnya. Lili tidak mau mengulangi kejadian itu lagi. Demo tanpa perencanaan. Apalagi masih memakai seragam sekolah. Lebih baik Lili mundur sekarang juga. Namun Vincent meyakinkan bahwa ini adalah tempat yang akan membawa mereka bisa berkeliling kota Jakarta. Lili menurut begitu saja asalkan bisa berdua dengan Vincent. Lili yakin bahwa Vincent tak akan berbohong.

Lili berpikir kembali bagaimana bisa mereka bisa berkeliling kota sedangkan motor Vincent kini telah menjadi barang antic di rumahnya. Sekarang mereka harus melangkah keluar gerbang sekolah.

"Kita pergi pakai apa?" kata Lili masih mengikuti langkah Vincent. Pandangan cowok itu fokus ke depan tanpa menjawab pertanyaan Lili.

Langkah mereka sesaat berhenti ketika seorang cewek menyapa. "Vincent?" Cewek dengan rambut panjang berbando biru menatapnya dengan semringah. Sebelum suaranya keluar cewek itu sudah salah tingkah.

"Lo siapa?" kata Vincent cuek.

"Bisa bicara berdua." katanya sambil melirik Lili.

Vincent memegang tangan Lili untuk tetap berada disisinya. Namun cewek itu memberikan tatapan mengiba sedikit menunduk.

Lili melepaskan tangan Vincent, "Gue tunggu di depan."

Vincent memberikan tatapan tajam supaya Lili tetap berada disisinya. Namun Lili tetap melangkah pergi membiarkan Vincent menyelesaikan urusannya. Mau sampai kapan Lili akan berada di sisi Vincent. Mungkin setelah lulus sekolah mereka akan berpisah dan menjalani kehidupan dan akan terasa asing. Meski belum siap hari itu pasti akan datang.

Lili menoleh ke belakang sejenak melihat situasi di sana. Vincent berdiri tegap mendengarkan cewek itu bicara dengan malu. Ditangannya membawa sesuatu dengan paperbag bewarna hitam dengan pita polkadot. Dengan tatapan berani cewek itu meyerahkan bingkisan ke Vincent. Namun Vincent tidak mengambil barang tersebut. Justru balas menatap Lili yangs edang melihatnya dengan anggukan kecil.

Lili terus melangkah menunggu di luar sekolah. Cewek itu memberikan langsung ke tangan Vincent kemudian berlari pergi. Vincent yang kebingungan dengan hadiah itu cuma bisa diam menyusul Lili.

Di depan pagar Vincent menyerahkan bingkisan kepada Lili, "Buat lo karena udah ninggalin gue."

"Sorry.. Gimana urusannya?" kata Lili berusaha menghibur Vincent yang terlanjur bete.

"Gak tau. Dia cuma memperkenalkan diri dan ngasi gue ini."

"Ya berarti itu buat lo. Jangan kasih ke gue dong. Hargai pemberian orang." Lili menolak pemberiannya. "Lo liat dulu apa isinya. Kalua jam tangan cowok gak cocok dong buat gue."

"Iya deh. Kita mau kemana, sih sebenarnya?"

Tangan Vincent melambai melihat angkot dari ujung jalan akan lewat."Naik." katanya. Vincent masih menjaga rahasianya dengan erat. Kemudian Nasa juga ikut naik ke angkot tanpa ransel dipunggungnya. Kemudian tersenyum ke arah Lili dan Vincent yang semakin bete.

"Lo mau kemana?" kata Lili baru saja mendaratkan bokongnya.

Nasa yang duduk berhadapan dengan Lili menjawab, "Tadi gue liat kalian. Gue ikutin aja"

"Boleh." jawab Vincent namun dari nada suaranya mengatakan sebaliknya.

"Jangan-jangan kalian udah janjian." seru Lili menuding keduanya.

Nasa segera menyergah kalimat Lili, "Gue juga gak tahu kalian mau kemana. Kebetulan aja gue ngikutin kalian."

"Gue mau ngasih lo kejutan. Berhubung disini ada Nasa kejutannya jadi gak spesial." Vincent memperhatikan jalanan dari kaca angkot.

"Jadi gue ganggu, nih. Kalau gitu gue turun aja." kata Nasa

"Angkotnya udah jalan. Lo ikut aja. Tadi gue cuma bercanda." katanya dengan raut wajah datar.

"Bercanda lo gak lucu. Masak bercanda gak ada senyumnya." balas Lili kemudian angkot mendadak ngerem. Vincent segera merangkul Lili supaya tidak terbentu. Disaat yang bersamaan Nasa menyentuh kedua lutut Lili menahan cewek itu supaya tidak berbenturan dengan sisi angkot. Namun sikapnya itu salah. Lili termangu ketika kedua cowok itu memberikan tindakan terhadap dirinya. Terlebih Nasa yang membuatnya cuma bisa melotot.

"Tangan gue." Nasa segera menjauhkan tangannya dan merasa kikuk.

"Gue tau lo gak sengaja." kata Lili merilekskan tubuhnya.

Sang supir keluar dari angkot dan memeriksanya. Penumpang yang lain ikut panik karena perjalanan masih panjang. Sedangkan Vincent memilih keluar ikut melihat kejadian yang terjadi di luar sana. Vincent terlihat berbincang dari luar kaca dengan berkacak pinggang memperhatikan mesin mobil. Kemudian menyipitkan mata melihat situasi di sekitaran.

Kemudian Vincent melangkah melongokkan kepalanya masuk ke dalam angkot, "Angkotnya mogok." kata Vincent. Desahan kekecewaan terlontar dari para penumpang yang harus segera sampai ketujuan.

Semua penumpang turun sambil menggerutu sebal kepada supir yang juga kebingungan melihat angkotnya yang mogok. Sang supir mengeluarkan peralatan seadanya untuk memperbaiki mesin angkot. Vincent yang tak tahu soal mesin menawarkan bantuan tenaga untuk mendorongnya sampai ke bengkel yang di pengkolan ujung jalan. Perjalanannya cukup jauh apalagi mendorong angkot dengan beban yang berat.

Dengan helaan napas Nasa menyetujui membantu supir angkot mendorongnya sampai ke bengkel. Lili membawakan tas Vincent dan jaket milik Nasa. Karena cuaca di siang itu cukup panas. Sementara mereka mendorong angkot. Lili singgah sebentar di warung kecil kayu dipinggir jalan. Membelikan minuman dingin dan beberapa cemilan lainnya. Padahal Lili tidak ikut mendorong namun tenaganya cukup terkuras dan berkeringat.

Sampainya di bengkel dengan napas tersengal sang supir berterima kasih dengan tulus. Kemudian Lili memberikan minuman kepada mereka yang sudah berjuang mendorong angkot. Jarang-jarang ada anak remaja yang peduli terhadap sesame. Vincent bangga mempunyai teman seperti mereka. Kemudian Vincent memberikan ongkos meski hanya separuh jalan. Awalnya sang supir menolak namun dengan paksaan uang tersebut diterimanya untuk menambah biaya perbaikan angkot.

Teka Teki SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang