Sepulang sekolah Lili mengajak Nasa dan Fadel berembuk membahas masalah Vincent. Video yang direkamnya tidak mungkin disebarluaskan begitu saja. Mungkin dengan adanya bukti video yang direkamnya secara diam-diam bersama Elsa dapat membersihkan namanya, tapi gimana dengan bokap Vincent, ini sama saja seperti membuka luka baru bagi dirinya.
Sebelumnya Elsa tidak sengaja melihat pesan yang dikirim Lona secara beruntun ke Vincent. Hal itu cukup membuat Elsa kaget melihat caranya mendapatkan perhatian cowok. Lona yang dikenal sebagai cewek cantik yang elegan, tanpa diduga memiliki sifat tersembunyi, yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Mana ada cowok yang mau diperlakukan seperti itu. Lona seperti penguntit yang akan terus mengejar gebetannya dengan cara apapun. Elsa masih bisa menerima sifat ngambeknya, terkadang juga Elsa merasa bahwa dirinya harus menuruti semua permintaan Lona untuk memuaskan hatinya. Tapi caranya menyukai cowok itu salah. Lona terbiasa mendapatkan apapun yang dia mau. Termasuk orang yang disukainya. Ini yang tidak bisa dianggap wajar. Sedekat apapun pertemanan mereka, tetap saja Elsa tidak bisa memakluminya.
"Gue masih gak nyangka dengan Lona." Gerutu Fadel geram
"Bukannya lo kagum dengan cewek kayak Lona. Gue masih ingat banget omongan lo kalau Vincent dan Lona itu cocok. Pas banget lo ngomongin dia disini. Dan sekarang lo baru sadar. Kelamaan!" sembur Lili.
"Itu sebelum gue tahu kalau dia itu monster." Tandasnya mengepalkan tangan.
Elsa muncul dengan panik, "Jadi gimana rekamannya?"
"Ya jangan lo sebarinlah." Kata Fadel nyolot.
"Maksud gue mau kita laporin ke guru atau kalian udah punya rencana selanjutnya." Kemudian Elsa melanjutkan lebih nyolot lagi, "Lagian gue gak nanya sama lo. Gue nanya sama Lili."
"Gue bantu jawab." Sembur Fadel tidak mau kalah.
"Rekaman ini pasti bakalan kita serahin ke guru tapi gak sekarang. Gue mau berunding dulu dengan Vincent." saran Lili "Sekarang gue mau nungguin Vincent datang. Lo ikut kita, ya."
"Gimana ya." Elsa tampak keberatan
Lili memasang wajah iba, "Pliss..."
"Oke deh. Entar gue diantarin pulang juga, kan?"
"Yaelah. Tenang aja. Sampai dalam rumah lo kita antar." Sahut Fadel "Tuh.. Nasa."
Mobil Nasa berhenti tepat di hadapan mereka. " Ayo naik."
Fadel dan Elsa masuk ke mobil. Sementara Lili masih berdiri di luar.
"Lo juga masuk. Vincent nyuruh gue bawa lo ke sana." ajak Nasa.
"Kemana?"
"Lo pindah ke belakang." Titahnya ke Fadel yang langsung beranjak ke bangku belakang.
"Puas-puasin deh berduaan di depan. Mentang-mentang Vincent lagi kena musibah malah bersenang-senang lo."
Nasa cengengesan melirik Lili sejenak sebelum mengemudi. Sebelah tangannya mengacak rambut Lili dengan gemas, "Gue senang lo bisa duduk di samping gue."
Elsa yang menyaksikannya menutup mulut, "Kalian berdua pacaran atau masih PDKT?"
"Lo gak usah banyak tanya. Cepetan dong jalannya."
Diperjalanan Nasa terus melirik Lili dengan semringah, Fadel juga ikut memperhatikan lirikan Nasa, dan beberapa kali juga Nasa hampir menabrak kendaraan yang ada di depannya.
"Lo fokus dong nyetirnya. Emang Lili secantik itu, ya." Fadel melongokkan kepalanya, melihat sekilas wajah Lili yang terlihat seperti gadis biasa, "Gak cantik. Kenapa lo dan Vincent bisa suka sama Lili."
"Lili itu menarik. Gak kayak lo." timpal Elsa melirik malas ke arah Fadel.
"Ini juga si kepang dua. Gak usah nyambung. Lo itu masih kecil." Balas Fadel kesal.
"Kayaknya gue salah terus." gumam Elsa
Lili terkekeh, "Gue aja berantem terus dengan Fadel. Jangan terlalu ditanggepin."
.
.
"Tempat ini lagi?" Matanya membulat. Ini kedua kalinya Lili berkunjung disini. Sebuah kafe bernuansa keluarga.
"Rumah siapa ini?" gumam Elsa ketika turun dari mobil. Ekspresinya sama seperti Lili saat pertama kali menginjakkan kaki di sini.
"Gak usah banyak tanya. Ikuta aja." Sambung Fadel
"Yah, kan, salah lagi." Elsa menunduk mengikuti langkah kaki Lili yang terkekeh.
Nasa memimpin jalan menaiki tangga ke lantai dua. Disana Vincent sedang duduk memandangi suasana di luar jendela. Pandangan kosong seseorang yang sedang dilanda masalah.
Lili mengambil posisi duduk di samping Vincent menimpa tangannya dengan telapak tangan Lili yang hangat. Vincent menyunggikan senyum kecil menunjukkan dirinya baik-baik saja.
Elsa yang baru saja melihat situasi disekitarnya berkata, "Nasa suka Lili, tapi Lili suka sama Vincent. Kenapa kalian bisa tenang gini?"
"Udah gue bilang mending lo diam aja." Kata Fadel penuh penekanan.
"Gimana masalah lo." Tanya Nasa, tahu bahwa Vincent berusaha untuk tetap tenang.
"Gue gak ngelakuin pelecehan ke Lona." Sorot matanya menunjukkan kesedihan
Elsa mengeluarkan ponselnya menunjukkan video yang direkamnya tadi, "Sorry, Tadi gue dan Lili ngikutin elo ke gedung baru."
Lili menambahkan, "Soalnya lo kelihatan gak tenang makanya gue ikutin."
Ada kelegaan tertaut di wajah Vincent, "Kirim video ini ke gue."
"Udah gue kirim dari tadi." Sahut Lili "Lo gak liat."
"Gue gak ngecheck hape." Vincent membuka ponselnya melihat kembali video yang dikirim Lili.
"Kenapa gak cerita ke gue kalau Lona sering neror elo. Tau gini gue labrak aja si Lona." cerca Lili
"Emangnya lo berani?" timpal Vincent cengengesan.
"Ya enggak sendirian dong, gue bakalan ajak Fadel."
"Eiittss... Gue gak mau ikut campur urusan cewek. Kalau mau berantem gue bakalan jadi penontonnya. Gak ada yang mau gue bela. Tapi kalau kejadiannya kayak gini. Gue labrak tuh orang." Umpatnya sambil menggebrak meja. Pengunjung yang lain cukup terkejut mendengar gebrakan tersebut.
Kemudian pelayan kafe mendekat, "Maaf sebelumnya. Karena kafe ini bertemakan keluarga harmonis jadi tidak boleh ada keributan."
Fadel menyatukan kedua telapak tangannya dan berkata, "Maaf kakak cantik. Kami Cuma bercanda."
"Terima kasih atas pengertiannya." Pelayan kafe melangkah pergi dengan senyuman ramah yang terpajang di wajahnya.
"Gue mau balik dulu." Kata Vincent bergegas pergi, kemudian langkahnya berhenti sejenak, "Entar malam gue telpon." Katanya kepada Lili.
Nasa menghela napas singkat menarik senyum di bibirnya, "Berarti gue juga boleh telpon lo juga dong tiap malam."
Elsa menyerngit, "Kenapa lo gak cemburu dengan Vincent?"
"Kita mau bersaing sehat. Ya, gak?" Nasa menyenggol kaki Lili yang berada di bawah meja. "Dan setelah itu terserah Lili mau pilih siapa?"
Elsa merasa kagum dengan sikap Nasa. Tindakan seperti ini yang akan membuat gebetan bisa ditaklukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.