Vincent melirik pengunjung yang ada di seberangnya. Sedari tadi kedua pengunjung itu menutupi kedua wajahnya dengan buku majalah. Dari gelagatnya terlihat jelas kalau mereka sedang memperhatikannya. Mata Vincent terus terpaut pada dua orang yang terlihat mencurigakan. Sesekali mengintip dari balik majalah dan tidak mungkin ada orang yang meletakkan majalah tepat di wajahnya.
Kemudian padangan Vincent beralih ke bawah meja. Mereka menggunakan sepatu sekolah dengan kaki bergetar. Instingnya mengatakan bahwa mereka adalah orang yang tak asing. Vincent melengos melanjutkan makannya sambil berbincang dengan Lili.
Sudut matanya tetap memperhatikan kedua orang yang sangat dikenalnya. Siapa lagi kalau bukan Nasa dan Vincent. Bisa-bisanya mereka mengikuti perjalanan ini. Vincent ingin melakukan perjalanan berduaan saja dengan Lili. Sudah lama mereka tidak melakukannya. Semenjak Nasa muncul semuanya berubah.
Lili menunjukkan wallpaper ponselnya, "Bagus gak?"
"Iya. Bagus. Segitu senangnya bisa foto bareng gue."
Lili kembali memperhatikan ponselnya, "Biasanya lo gak mau kalau gue ajak foto. Karena ini keinginan lo sendiri. Gue jadi senang banget."
"Cepat makannya. Bentar lagi bakalan datang laler."
"Laler? Kayaknya disini bersih, deh." Sambil memperhatikan area kafe.
Lili memasukkan makanannya ke mulut kemudian mengangguk penuh arti.
"Gimana. Enak?" kata Vincent menunggu respon dari Lili.
Lili meletakkan senndok garpunya sembari memejamkan mata mengatakan, "Enak banget."
"Lebay lo."
"Gue jujur kali." Kemudian ada jeda sesaat sebelum Lili mengatakan perihal akun sosmed yang dibuatnya, sambil mengepalkan tangan Lili berkata, "Gue mau bilan kalau..."
Vincent kembali melihat ke arah pengunjung itu dengan tajam, "Kalian berdua kalau mau gabung kesini aja."
Perlahan majalah itu turun dari wajah mereka. Nasa berdehem dan Fadel menyengir menampakkan seluruh giginya.
Fadel mendekat, "Jadi daritadi lo tau kalau kita ada di sana."
Vincent memangkukan dagunya dengan kedua tangan sembari mengangguk pelan. Kemudian beralih ke Lili, "Lo mau ngomong apa ke gue?"
Pandangan Lili secara bergantian beralih melihat Nasa dan Fadel.
"Lo mau nembak Vincent." kata Fadel heboh menggebrak meja dengan kuat.
"Enggak." sergah Lili menahan malu.
Vincent melengos melihat hal ini akan terjadi lagi. Perdebatan tiada henti dari kedua temannya. Dan tak kan ada yang mengalah sebelum salah satunya merasa sakit hati.
Fadel menanggapi yang berbeda dari apa yang dipikirkan Lili, "Oh atau jangan-jangan lo mau ngadu ke Vincent kalau gue mau comblangin lo ke Nasa?"
Vincent menyerngit tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan Fadel. Bisa-bisanya dia mempunyai cara buat melepaskan status jomblonya dengan cara mencomblangin dengan teman sendiri. Dan itu Nasa.
"Apaan sih, lo pakai comblangin Lili dengan Nasa." protes Vincent.
"Kalau lo suka sama Lili tembak dia dong. Kalau enggak gue berhak comblangin dia sama Nasa. Hak lo apa buat melarang gue."
Vincent kembali melengos, "Kalau gue suka lo mau apa?"
Semuanya mingkem mendengar perkataan Vincent. Tak habis pikir perkataan itu keluar dari mulutnya. Vincent menyukai Lili. Itu benar-benar kejutan. Cowok sedingin dan secuek Vincent mengakui perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.