Vincent dan Lili berada di teras rumah berduaan dalam hening sementara benda yang ditangannya sejak tak kunjung diberikan kepada Lili. Kerongkongannya tampak bergerak seperti sedang mempersiapkan diri mengatakan sesuatu. Lili juga tidak berani memecah keheningan ini karena cukup canggung sudah beberapa hari tidak bertegur sapa. Sedangkan di dalam terdengar keributan suara Fadel yang sedang bermain Ludo bersama orang tuanya.
Pandangan Lili tak lepas dari paperbag yang dibawa Vincent, tidak sabar ingin melihat hadiah darinya. Vincent yang menyadari hal itu meletakkan bungkusan itu di atas meja, "Buat lo."
"Akhirnya.." Lili segera membuka kado di dalamnya. Dan terkejut saat melihatnya, "What.. Bukannya ini sepetu yang gue kasih ke elo."
"Ini bukan sepatu gue. Sewaktu demo kemarin gue kasih ke cewek lain dan itu bukan elo. Gue salah menarik tangan orang, kebetulan dia juga terpisah dengan rombongannya."
"Yah.. Gue pikir itu elo yang sedang menyamar. Soalnya muka tuh cowok tertutup semua. Waktu itu gue gak sepenuhnya sadar karena terlalu banyak menghirup gas air mata." Lili memasukkan kembali sepatu itu ke dalam paperbag.
Kemudian Vincent memberikan hadiah sebenarnya kepada Lili berupa kotak kecil bewarna merah hati. "Ini hadiah buat lo."
"Apa ini? Cincin?"
"Gue gak sedang melamar lo. Hadiah ulang tahun."
Saat membukanya Lili berharap itu memang cincin dan ternyata, "Jam tangan?"
"Suka?"
Lili mengangguk kemudian menyematkannya ke tangan dibantu oleh Vincent, "Makasih." Lili memperhatikan tangannya yang dibalut jam dengan semringah.
"Jangan dilitin terus entar rusak lagi." tandasnya kemudian Vincent ikut tersenyum meski berusaha menyembunyikannya.
Kemudian Nasa muncul dari ambang pintu bersama Fadel yang sedang mengelus perutnya yang kekenyangan. Fadel yang paham dengan situasinya bereaksi heboh melihat jam dipergelangan Lili, "Itu kado dari gue dan Vincent. Kita berdua patungan."
"Enak aja lo. Pakai uang gue sendiri, nih." sanggah Vincent tidak terima.
"Iyain aja, kenapa?" sambung Fadel cengengesan, "Gue gak ngasih lo apa-apa. Tapi gue kasih lo pertemanan yang tulus. Gue yang kasih ide buat beri kejutan ke elo. Bilang makasih dong."
"Makasih lo udah buat gue sekaget ini." seru Lili malas cuma buat sekedar basa-basi doang. Pertemanan Lili memang tidak seromnatis yang lain namun cukup menghibur dirinya. Karena tidak ada manipulasi diantara mereka.
Fadel menyenggol lengan Nasa sebagai kodean. Kemudian Nasa memberikan kado kecil dari dalam ranselnya, "Buat lo."
"Persaingan yang ketat." seru Fadel cengengesan. "Buka dong."
Hadiah dari Nasa cukup membuat Lili kaget. Masalahnya mereka berteman tidka terlalu lama tapi hadiah yang diberikannya bisa membuat Lili speechless.
"Cincin.." Pandangan Lili mengarah ke Nasa yang sedang menatapnya.
Fadel mengehembuskan napas berat kemudian berseru heboh, "Lo melamar Lili?"
"Gue suka sama lo." kata Nasa membuat semuanya terdiam.
Vincent mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal erat sambil memejamkan mata.
"Gue gak minta jawaban lo. Cuma pengin mengutarakan perasaan. Gue tau sekarang lo suka dengan orang lain. Dan gue mau menunggu." Kemudian Nasa menepuk bahu Lili yang masih belum bersuara.
Fadel menutup mulut menatap ketiga temannya secara bergantian. Ternyata Nasa segentle itu.
Kemudian Lili terkekeh, "Wah. Bisa aja ngeprank gue."
"Iya ini cuma prank." Kemudian Fadel menyeret Nasa menuju mobilnya.
"Gue beneran su.." Nasa mencoba membuka bungkaman Fadel yang terlalu kuat sampai tubuhnyanya saja terseret masuk ke mobil. Serius Nasa beneran menyukai gadis itu dan Fadel mencoba mencegah cinta segitiga yang terjadi diantara temannya.
Kemudian Fadel juga ikut masuk ke mobil. Dari luar jendela mobil terlihat mereka sedang berdebat hebat sampai membuat Fadel frustasi. Tidak lama setelah itu mobil keluar perkarangan rumah tanpa pamit.
Lili masih bengong ditempatnya sedangkan Vincent bisa tersenyum tipis melihat kepergian temannya meski terselip rasa gundah dibenaknya namun cukup melegakan bisa merayakan ulang tahun berdua dengan Lili.
"Harapan lo apa di tahun ini?" tanya Vincent disaat Lili sedang berusaha mengontrol pernapasannya yang sempat tersendat oleh pernyataan cinta Nasa.
Lili menggigit bibirnya menatap Vincent, "Itu tadi beneran?"
Vincent mengangguk. Kemudian menatap langit gelap, "Gimana?"
"Gue juga gak tahu." Lili menggenggam erat dadanya sambil merem.
"Sekarang pakai cincinnya dong." kata Vincent, "Masak disimpan aja."
"Besok aja."
Padahal Vincent tidak benar menyuruhnya memakai cincin, berharap Lili berkata lain. Cukup kecewa mendengar itu dari mulut Lili sendiri. Namun Vincent juga tidak punya hak buat melarang Lili. Kerena hatinya hanya dia yang tahu.
Ada hening sejenak. Lili sedikit menunduk, "Gue minta maaf soal akun sosmed lo."
"Berapa passwordnya?"
"Lo gak marah?"
"Ya marah. Tapi mana bisa gue biarin lo sendirian terus. Baru berapa hari aja lo udah kesepian gini."
"Gue benar-benar minta maaf dan bakalan hapus akun instagram lo." Lili mengambil ponselnya kemudian direbut oleh Vincent.
"Gak perlu dihapus. Biarin aja. Gue cuma minta passwordnya." Vincent menatap layar ponsel melihat instagramnya. "Gue udah sempat hapus aplikasinyadi hape gue. Gue pikir itu apaan. Ternyataa kerjaan lo."
"Paswordnya Livin***. Livin itu perpaduan antara nama lo dan gue terus angkanya adalah.."
"Gue gak nanya." Vincent mengambil ponselnya dan mendownload kembali aplikasi sosmed tersebut. Kemudian login ke akunnya. "Jadi lo diam-diam ngambil foto gue."
"Ganteng, kan?" kata Lili tersneyum lebar ikut memperhatikan foto profil Vincent.
"Jelaslah." sahutnya sombong.
"Narsis banget. Padahal lo gak seganteng itu." tandas Lili melangkah masuk ke dalam.
"Lo kemana?" seru Vincent melihat langkah Lili melangkah cepat
Sesaat kemudian Lili kembali membawa kue, "Sebenarnya gue mau kasih kue pertama ke elo."
Vincent berdehem, "Ehem.. Makasih."
"Lo suka jam tangannya? Jangan sampai hilang dan dijaga."
"Tenang aja. Atau gak usah gue pakai. Disimpan aja biar awet." canda Lili langsung mendapat respon cepat dari Vincent.
"Jam tangan ini gue beli buat lo pakai bukan pajangan. Tau gini gue belikan vigura aja." Vincent merasa perkataannya ada benarnya juga. Kenapa tidak membelikan Lili foto mereka berdua dengan bingkai.
"Gue bercanda kali. Jangan ngambek lagi dong." bujuk Lili "Senyum dong."
Vincent cuma mingkem dengan ekspresi datar berkutat dengan ponselnya. Lili mengintip apa yang sedang dikerjakannya di balik layar ponselnya.
"Lo liatin apa?"
Vincent menunjukkan ponselnya, "Gue cuma mau follow lo."
Lili berpikir apa maksud dari sikap Vincent beberapa hari belakangan ini. Baginya ini terlalu romantis meski dengan tindakan yang sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.