Hari ini disepanjang jalan menuju sekolah semua murid berbaris dengan melambaikan bendera kecil menyambut walikota yang baru saja dilantik. Anehnya hanya sekolah Juang yang menyambut kedatangannya. Dari pidato yang pernah didengar sebelumnya dari guru bahwa sekolah lain dari kota ini juga akan menyambutnya beramai-ramai. Nyatanya hanya sekolah Juang dengan seragam putih abu-abu berbaris menyambut dengan sorakan riang yang dipandu dari salah satu guru.
Beberapa mobil sedan bewarna hitam melaju ditengah jalan yang sudah dikosongkan sebelumnya. Karena disebagian jalan sudah ditutup karena pejabat nomor satu dikota ini akan melewati menuju sekolah juang. Lili juga tidak paham kenapa murid disekolahannya harus melakukan ini. Padahal tidak ada hubungannya antra murid dan pemerintah. Apa coba yang harus dibanggakan dari pejabat yang baru saja dilantik. Prestasinya belum jelas tapi sudah disambut hangat oleh murid sepertinya yang tidak tahu apa-apa. Lili juga belum bisa memilih karena umurnya yang belum cukup. Ditambah lagi sejak jam tujuh pagi mereka sudah berdiri di sana dengan antusias. Justru datangnya pukul delapan pagi. Betis sudah terlanjur membesar apalagi berada di bawah terik matahari. Capeknya berlipat kali.
Walikota itu membuka kaca mobilnya dengan melambaikan tangan keluar jendela dengan senyuman ala pejabat yang siap akan korupsi. Pantas saja beberapa minggu yang lalu banyak petugas kebersiahan disepanjang jalan guna menyambut walikota. Tidak ada sampah yang menumpuk seperti biasa. Juga rumput liar pun tak terlihat dari pelupuk mata. Gorong-gorng sudah tidak tersumbat lagi sehingga jalannya air sangat lancar. Mungkin dalam beberapa hari tidak akan terjadi banjir di area sekitar.
Bukan hanya pejabat yang harus bekerja dengan baik tetapi juga masyarakat juga harus sadar akan ketertiban dan kebersiahn lingkungan. Jadi saling menjaga dan buat walikota yang baru dilantik Lili berharap jalanan dikotanya segera diperbaiki. Karena beberapa pengendara sering terjatuh di beberapa titik jalan sekitaran sekolah yang berlubang. Sudah bertahun lamanya tapi baru sekarang diperbaiki. Itu juga bukan untuk kepentingan masyarakat melainkan untk menyambut kedatangan pejabat walikota.
Kemudian mobil masuk ke dalam gerbang sekolah. Seluruh murid juang disuruh kembali ke sekolah guna mendengarkan pidato singkat dari walikota.
Lili memijat kakinya yang terasa pegal diantara murid yang masih betah berdiri dengan candaannya. Elsa bahkan masih bisa membalas pesan dari ponselnya. Sementara Lona sangat antusias mendengarkan pidato dari walikota. Dia bertepuk tangan dengan senyum lebar. Entah mengapa dia melakukannya. Tatapannya berbinar setiap kali sang walikota mengatakan akan menjadi pemimpin yang akan bekerja keras untuk memperbaiki kota ini. Tapi nayatanya setelah berulang kali berganti pemimpin dengan perkataan dan janji yang sama kota ini masih sama saja. Tidak ada perubahan justru semakin terpuruk dengan fasilitas umum banyak yang tidak rusak.
Beberapa mata tertuju pada Vincent yang sedang berbaris diantara sekumpulan cowok yang sedang mengghibah. Padahal ini adalah acara penting. Lebih penting dari upacara setiap hari senin pagi. Semenjak berteman dengan Nasa, Vincent dapat lebih bergaul dengan manusia normal lainnya. Biasanya dia lebih betah berkeliaran di luar sekolah bersama manusia yang mempunyai rasa keadilan yang tinggu sehingga dapat mencuci otaknya melakukan hal-hal yang terlarang seperti mengikuti demo.
Lili mengintip ponsel Elsa, "Lo ngechat siapa, sih?"
Elsa menunjukkan akun milik Vincent dengan beberapa foto profil yang sudah diunggahnya kemarin malam, "Cakep banget nih, cowok. Baru sadar gue. Coba dari dulu dia kayak gini pasti udah gue embat."
Lona memutar bola mata sinis. Dia terlihat kurang senang dengan perkataan Elsa. Kemudia berdecak menyepelekan.Elsa sadar dengan ekspresi temannya tersebut kemudian berkata, "Tenang gue gak nikumg teman sendiri."
"Nikung? Emangnya Vincent pacaran sama Lona." celetuk Lili kemudian sadar akan perkataannya. Lili segera meralat, "Maksud gue lo udah ada kemajuan belum?"
"Yak arena lo ada disekitar dia. Jadinya jalan ditempat, deh." sambungnya sinis.
"Gue sama Vincent, kan, udah temenan lama. Gak mungkin dong gue menjauh cuma gara-gara ada gebetannya." sahut Lili santai. Matanya membulat tanpa gentar menatap Lona yang saat ini sedang kepansan.
Seolah sadar apa yang sedang terjadi diantara kedua temannya. Elsa segera meredamnya dengan candaan, "Katak apa yang yang gak bisa berenang?"
Lona kembali memutar bola matanya ke arah Elsa, "Gak lucu."
"Oke. Biar gue jawab. Katak lumpuh. Hahahh.." Elsa tertawa keras hingga semua mata tertuju padanya. Kemudian dari arah lain seorang guru dengan sepatu mengkilap melangkah cepat menjewer telinga Elsa hingga tawanya berubah menjadi ringisan.
"Sakit bapak." rengek Elsa mengusap telinganya yang memanas.
Guru dengan kumis tipis mendesis, "Kamu gak liat walikota sedang pidato di depan." matanya mendelik menahan amarah kemudian beralih pada barisan cowok yang sedang berbincang dengan tawa yang tertahan.
"Kalian..." Guru tersebut membelalakkan matanya dengan memperakan mengunci mulut dengan tangannya, "Diam!"
Semuanya terdiam dan mulai tertib menghadap ke depan. Mendengarkan pidato yang akan selesai.
"Semoga kita dapat bekerja sama dalam mebangun kota ini menjadi lebih baik." Akhir kata dari pidato tersebut. Dia turun dari podium yang terbuat dari kayu dan kembali duduk di samping kepala sekolah. Mereka berbincang saling melempar senyum dan mendekap tangan erat sambil berbincang kecil.
"Sumpah gue capek setiap hari harus kayak gini. Belum lagi kepala sekolah dengan segala ketegasannya dan sekarang walikota mengajak kita buat membangun kota ini bersama. Mending gue aja yang jadi walikota." ujar Lili mulai gerah dengan cuaca yang semakin terik.
"Lo gak paham maksud dari pidatonya?" sambung Lona ketus.
"Gue gak perlu paham dnegan pidatonya. Gue cuma pengin balik ke kelas gue pengin ngadem." Elsa mengipasi tubuhnya dengan kipas kecil tanpa colokan.
Lili berjongkok dan mulai lelah dengan matahari yang semakin menyengat kulitnya. Akhirnya kepala sekolah mengumunkan kepada murid bahwa walikota akan menyumbangkan dananya untuk pembangunan aula sekolah yang baru. Yang lebih luas dan modern. Suaranya sangat lantang menyulut semangat murid untuk bertepuk tangan. Padahal belum tentu tahun ini Aula itu akan selelsai. Mungkin murid tahun ajaran selanjutnya yang akan menikmati fasilitas ini.
Akhir acara kepala sekolah membubarkan barisan murid. Pantas saja SMA juang disuruh menyambut kedatangannya sampai seperti itu karena akan menyumbangkan dana yang banyak demi kelangsungan sekolah ini.
Semuanya bubar dengan rasa lelahyang menyergap. Vincent yang selalu peka dengan situasi segera melangkah ke kopsis untuk membelikan Lili minuman. Dia tahu bahwa Lili tidak tahan terlalu lama berdiri dan selalu merasa haus setiap upacara selesai. Andaikan saja Vincent tahu bahwa sikapnya seperti itu bisa membuat Lili bimbang akan perasannnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.