Kedua cowok itu masih betah mabar dengan ponselnya sementara Lili sibuk dengan instagram milik Vincent. Sebelumnya saat makan tadi Lili sudah sempat menghapus aplikasi tersebut dari ponsel Vincent, karena takut Vincent akan marah. Kini Lili bisa membuka dua akun dalam satu aplikasi secara bergantian di ponselnya. Dengan berani telah merubah foto profil Vincent dengan yang baru, dengan penampilannya yang sekarang Vincent pasti bisa lebih dikenal banyak orang. Terutama para cewek. Lili ingin Vincent bisa bergaul dengan banyak orang sama seperti Nasa. Baru beberapa minggu masuk sekolah saja sudah menjadi trending topik. Mungkin karena sikap ramahnya pada orang-orang yang membuat Nasa menjadi perhatian dikalangan cewek.
Lili sudah mengambil beberapa foto Vincent secara diam-diam dengan wajah tanpa jambang. Terlihat lebih fresh dan menawan. Jika Vincent menjadi seorang artis wajahnya mungkin mirip seperti Omar Daniel.
"Ah kalah!" Kali ini Nasa kalah dari permainan. Vincent menampakkan gigi ginsulnya saking girangnya mengalahkan Nasa dalam beberapa ronde permainan.
Senyum cowok itu semakin menawan ketika seluruh giginya tampak sampai menampakkan area gigi yang selama ini tersembunyi. Vincent sangat tampan. Tidak bisa dipungkiri cowok itu sudah menarik perhatian Lili sejak awal. Tawanya menular sampai Lili ikut tersenyum melihat profil instagram Vincent yang baru saja diperbarui. Foto dari samping menampakkan lekukan wajahnya. Hidungnya yang mancung serta bibirnya yang keriting menambah nilai plus dari penampilannya.
Sejenak Lili mengabaikan ponselnya, dan lebih memilih menikmati pemandangan yang ada dihadapannya saat ini. Pemandangan langka yang pernah terlihat dimuka bumi. Sesaat senyumnya redam ketika Lili ketahuan sedang tersenyum kearahnya. Mereka sama-sama meredam kesenangannya saat kedua bola mata itu bertemu.
Nasa yang semula frustasi dengan kekalahannya balas menatap Lili dengan teduh. Kemudian Lili menyembunyikan senyumnya dibalik layar ponsel yang baru saja muncul notifikasi pertemanan dari beberapa murid di sekolahan. Kaum hawa gila akan ketenaran dan haus akan ketampanan. Baru saja melihat yang bening langsung berbondong-bondong mengerumuninya.
"Apa yang lo ketawain?" kata Vincent mendekat, mengintip ponsel milik Lili.
Lili segera menutupi layar ponselnya ke belakang punggung.
"Itu cowok yang mau dikenali Fadel sama lo." tebak Vincent
"Bukanlah. Gue juga gak mau gitu aja kali. Lagian lo tau sendiri, kan, gimana Fadel. Dia mana pernah serius." kilah Lili
Kemudian kedua cowok itu saling tatap dengan anggukan kecil dan beralih menatap Lili yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya dengan kening berkerut dan tentunya sangat kesal. Bagaimana tidak, kenapa followers Vincent kebanyakan dari kalangan cewek dan mulai ada yang menggodanya melalui DM.
"Lo chatan dengan siapa, sih?" kata Vincent mulai curiga dengan gelagat temannya itu. Karena belakangan Lili memang terlihat sibuk dengan ponselnya. Vincent mencoba mengintip kegiatan dibalik layar ponsel. Lili segera menutupnya kembali kemudian menoleh dengan semringah, "Gak ada apa-apa Vincent."
"Biasanya lo gak pernah kayak gini ke gue. Kenapa sekarang pakai rahasiaan segala. Kalau memang ada cowok yang mau kenalan sama lo. Bilang dulu ke gue. Biar gue nilai dia baik atau enggaknya cowok itu. Paham!" Perkataan Vincent persis seperti Ayah ke anaknya.
"Kenapa lo jadi perhatian gini ke gue. Biasanya gak pernah." sindir Lili
"Lo juga gak biasanya kayak gini makanya gue gak mau kalau lo salah pilih." tekan Vincent sekali lagi
"Tunggu dulu. Lili punya kenalan cowok gitu." sambung Nasa masih belum paham.
"Katanya Fadel mau ngenalin dia ke cowok. Gue gak mau kalau Lili terjerumus dengan rencana Fadel." ujar Vincent.
"Gue gak kenalan sama siapa-siapa kok." sergah Lili. Tidak tahu kalimat apa yang harus dilontarkan agar membuat kedua cowok ini percaya.
"Kalau gak ada liat dulu apa yang ada di ponsel lo." Vincent memaksa untuk melihat ponsel Lili.
Lili memejamkan mata berpikir sejenak alasan apa yang harus diberikannya supaya Vincent tidak memaksa.
Kebetulan keberuntungan berada dipihak Lili. Ponsel Vincent berdering, dilayar ponselnya tertulis nama Fadel.
"Angkat tuh?" kata Lili merasa lega
Vincent menggeser layar ponselnya ke atas kemudian berbicara dengan Fadel, "Halo." Seperti biasa Vincent tidak pernah menampakkan ekspresi wajahnya. Terdengar samar suara Fadel yang sedang mengomel. Nasa menyimak sementara Lili berharap Vincent tidak lagi membahas perihal cowok yang tidak pernah ada.
Vincent berdiri kemudian memasang jaketnya dan menyandang tas, "Gue sama Nasa pergi dulu, ya."
"Oh. iya kita berdua mau nongkrong dulu." kata Nasa sedikit gelagapan. Matanya tampak sedang menghindari tatapan Lili yang penuh curiga.
"Awas ya kalau kalian berani macam-macam." kata Lili ikut berdiri megantarkan kedua cowok itu keluar rumah.
Sebelum melangkah keluar Nasa mengusap rambut Lili bagian belakang dengan lembut kemudian tersenyum manis masuk ke dalam mobil.
Lili terdiam sejenak baru menyadari sentuhan lembut tangan Nasa yang mendarat di kepalanya. Mulai timbul pertanyaan. Kenapa Nasa seperti itu?
Lili menutup pintu rumahnya mengingat kedua orang tuanya belum juga pulang takut akan terjadi sesuatu berada di rumah sendirian.
Waktu baru menunjukkan pukul delapan malam sementara Lili masih betah melek tanpa kegiatan apapun. Akhirnya Lili masuk ke dalam kamar mengecek ponselnya. Lagi-lagi Lona mengirimkan DM kepada Vincent. Malam Vincent
"Kenapa sih nih orang." gerutu Lili dan mulai berpikir untuk menjahilinya. Selama ini pertemanan mereka juga tidak terlalu dekat. Lona selalu berada pada egonya yang tinggi.
Lili memberikan like pada salah satu foto Lona dimana di sana mereka sedang melakukan kerja kelompok praktikum. Hanya dengan satu like. Lona kembali mengirim pesan dengan kalimat yang lebih panjang lagi. Mungkin di sana Lona sedang menggelinjang kesenangan mendapat respon dari Vincent.
Entah mengapa perasaan Lili menjadi bersalah. Dadanya terasa sesak mengingat tindakannya ini tidak boleh dilanjutkan Lili harus berkata jujur kepada Vincent soal akun yang dibuatnya. Jangan sampai tindakannya ini akan berakibat fatal. Ini masalah rasa yang sudah lama dipendam Lona Dia menyukai Vincent. Dan satu sekolahan tahu Vincent tidak pernah melihat ketulusan Lona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Sepatu
Teen FictionSaat mengetahui pemilik sepatu itu adalah orang terdekatnya. Lili semakin yakin bahwa itu adalah takdir yang diimpikannya. Berkat sepatu itu perasaan Lili akan terjawab melalui cerita ini.