Nasehat

18 8 0
                                    

Sosok cowok itu baru saja muncul disaat pelajaran terakhir. Memasuki pelajaran keempat Vincent melangkah masuk dengan ranselnya. Cowok itu mendaratkan bokongnya bertepatan dengan guru yang masuk. Dia mengeluarkan alat tulis seadanya di atas meja lalu fokus ke depan memperhatikan guru yang akan membuka suara.

"Vincent kamu ke depan." Vincent memasukkan bukunya ke dalam meja dan menyematkan pena ke sakunya.

Seperti tahu yang akan dilakukan Vincent berdiri ke depan dekat pintu kelas. Guru yang mengajar membuka buku pelajaran dan membacanya mengitari ruangan kelas agar kami menyimak. Vincen bersandar malas mendengarkan suara guru yang menurutnya tidak penting padahal apa yang dibacanya sudah ada didalam buku paket tanpa menjelaskannya kepada murid.

"Vincent jangan bersandar." kata guru

Dia merubah posisinya dengan berdiri menghadap murid yang sedang memperhatikannya. Lili memnacarkan sinar laser ke arah Vincent yang membalas tatapannya dengan datar. Mungkin Vincent cuma bisa mengekspresikannya dengan satu kaarakter yaitu wajah tanpa senyum.

Selesai menjelaskan panjang lebar sebanyak tiga lembar yang cuma diabaikan begitu saja oleh murid akhirnya sang guru kembali ketempatnya. Lalu memanggil Vincent suapay mendekat, "Sini kamu."

Vincent melangkah dengan patuh. Dia berdiri berjarak menunggu guru membuka suara. Tangannya terlipat ke bawah menggambarkan murid yang taat akan aturan. Padahal semuanya tahu apa yang akan dilakukan guru kepada Vincent. Segala macam nasehat yang akan diabaikan Vincent Seperti biasa. Vincent akan melakukan hal yang sama setiap harinya. Bolos dan tidak mengerjakan tugas.

"Kamu punya masalah apa sih dengan sekolah?" kata guru merasa frustasi dengan tingkah muridnya.

"Gak ada masalah buk. Cuma saya lebih suka di luar." tandasnya.

"Kamu tahu bahwa di luaran sana banyak anak jalanan yang pengin sekolah kayak kamu. Mereka yang kurang beruntung justru punya keinginan untuk maju. Lah. Kamu udah punya orang tua dan fasilitas masih malas sekolah." ujar guru sudah sering mengucapkan hal yang sama.

"Iya buk saya tahu. Maaf." katanya sedikit menunduk

"Kamu gak perlu minta maaf sama ibuk. Kamu harus berubah untuk diri kamu sendiri. Yang bisa merubah nasib kamu. Ya kamu sendiri. Kamu minta maaf sama orang tua dengan penuh peneysalan. Mereka udah banyak mengeluarkan biaya untuk pendidikan kamu. Ayolah Vincent. Gak sampai dua tahun lagi. Setidaknya kamu harus lulus sma. Kalau mau menunda kuliah juga gak apa-apa. Yang penting kamu harus menyelesaikan pendidikan yang singkat ini." Nada suaranya melemah berharap Vincent bisa sadar dengan kesalahannya dan merubah diri menjadi lebih baik.

"Iya buk akan saya usahakan. Saya juga mau berubah. Tapi belum ada motivasi kuat yang bisa membuat saya harus datang ke sekolah." ujar Vincent.

"Motivasi seperti apa yang kamu mau?"

Sambil mengedikkan bahu, "Gak tau buk."

Sambil mendengus guru mengambil tangan Vincent, "Ibu berharap semoga kamu bisa menemukan jati diri yang bisa memotivasi hidup kamu sendiri. Tanya diri sendiri apa yang kamu mau."

Perkataan guru yang terakhir meresap dipikiran Vincent. Dengan kelembutan dan kasih sayang bisa menyentuh sanubarinya. Itu yang diinginkannya. Bukan amarah tanpa solusi yang biasa didapatkannya dari orang tua bahkan pukulan membabi buta yang didapatnya dengan bekas luka yang tidak akan pernah hilang.

"Udah. Duduk sana."

"Makasih buk." Vincent kembali ketempatnya menatap guru dalam sambil mengingat perkataan terakhirnya Tanya diri sendiri apa yang kamu mau

Selama ini Vincent hanya memberontak tanpa tahu apa yang diinginkannya. Tanpa sadar melakukan hal di luar kendalinya seperti melakukan demo tempo lalu Raganya saja yang ikut melakuakn aksi itu namun hatinya menolak keras. Disana dia menemukan banyak teman dan kesenangan. Seperti sesuatu yang tidak pernah dirasakannya di dalam keluarga. Perhatian dan tawa. Meski Vincent tidak menikmati perkumpulan itu namun cukup menemaninya di kesepian yang menaungi hidupnya.

Satu pesan masuk ke instagram Hai Vincent semoga lo menemukan apa yang lo mau

Lili membuka ponselnya yang bergetar kemudian melihat satu notifikasi dari Lona. Dari kursinya Lona mendatap Vincent dalam. Tidak mungkin Lili membuka pesannya sedangkan Vincent fokus melihat ke depan. Lona ngarep banget pesannya akan dibalas Vincent. Itu semua tidak akan terjadi karena yang mengelola akun intagramnya adalah Lili.

"Mampus gue!" Masih memantau Lona

"Yang mau hapalan boleh ke depan." seru guru dari depan.

Lili mengingat kembali hapalan dibukunya. Lili sudah melakukannya sejak malam kemarin. Jadi sekarang tinggal mengulang kembali.

"Belum ada yang hapal." kata guru membolak-balikan lembaran buku di mejanya.

Lili maju ke depan menghadap guru menyetor hapalan sejarah.

"Akhirnya, Soekarno dan Mohammad Hatta akan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah selesai memproklamasikan kemerdekaan, sore harinya Soekarno dan Mohammad Hatta kembali ke Jakarta bersama Ahmad Subardjo dan Sudiro.

"Kapan terjadinya kemerdekaan Indonesia?" tanya guru yang membuat Lili gugup.

"17 Agustus 1945." jawabnya gelagapan, "Kenapa ibuk ngajukan pertanyaan. Biasanyakan cuma hapalan doang."

"Ibuk cuma ngetes kamu aja." Lalu tersenyum kecil

Sambil mengurut dada Lili kembali ke tempatnya. Padahal itu adalah pertanyaan untuk murid sma. Bagi Lili pertanyaan segampang apapun jika itu mendadak akan membuat jantungnya berdebar kencang.

"Siapa lagi." Memperhatikan murid lain yang sedang berusaha bersembunyi dengan cara menunduk dan pura-pura sibuk menghapal. "Cuma Lili aja."

Lona maju ke depan menyetor hapalan. Suasana di depan sangat hening sesaat kemudian Lona kembali ketempatnya.

"Cepat banget hapalannya." seru murid lain

Mata guru mengarah ke Vincent. Mulutnya megap-megap seperti mengatakan suatu. Kalau duku sudah pasti sedang membacakan mantera hebat buat merubah Vincent dengan kekuatannya.

Lona juga ikut memperhatikan dari tempatnya. Lili ikut mengamati apa yang sedang direncanakan Lona.

"Vincent bisa maju ke depan."

"Saya belum hapal buk." seru Vincent baru membuka buku

"Ibuk gak nyuruh kamu nyetor hapalan. Kedepan bentar." titah guru

Lili semakin penasaran dengan apa yang akan dilakukannya pada Vincent yang bebal. Dia berjalan menuju meja guru, memperhatikannya seksama. Mereka ngobrol sangat pelan. Sampai tidak ada suara yang terdengar. Yang lain pun ikut menguping sama seperti Lili. Kemudian Vincent kembali ketempatnya.

Bel pulang berbunyi. Lili segera mengemas barangnya, segera menghampiri Vincent yang jalannya begitu cepat. Bisa-bisa Lili kehilangan jejak.

"Vincent." Lili dan Lona memanggil cowok itu bersamaan.

Teka Teki SepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang