Chapter 7 : Grateful

92.5K 7K 1.5K
                                        

Sergio menekan tombol di alarm yang baru saja berbunyi memekakkan telinganya. Ia mengerang halus untuk mengumpulkan nyawa sebelum membuka mata saat mendengarkan ketukan di pintu. Detik berikutnya pintu tersebut terbuka, muncul lah Rodolfo.

"Andrès menghubungimu. Ponselmu mati?" Rodolfo menyodorkan ponsel kepada Sergio yang matanya masih setengah terbuka. Ketika ia meraih ponsel tersebut ia meringis karena lupa bahwa tangan kanannya sedang cedera.

"Ada apa?" Tanya Sergio dengan suara serak khas baru bangun tidurnya di telepon sambil bangun lalu minta Rodolfo untuk men-charge ponselnya.

"Datanglah ke rumah sakit, aku harus memeriksamu dengan benar." Kata Andrès.

"Aku sudah baik-baik saja, hanya cedera biasa."

"Kutunggu disini." Sambungan terputus. Sergio kembali menyerahkan ponsel Rodolfo lalu bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

"Siapa yang memberitahunya aku kecelakaan?"

"Siapa lagi menurutmu?"

"John keparat."

"Salah satunya memang John keparat. Tapi orang yang pertama menghubungi Andrès adalah ayahmu."

Sergio menutup pintu kamar mandi lalu menghidupkan shower dan berdiri di bawah pancuran air— merasakan titik-titik air sejuk yang membasahi kepalanya. Kedua tangan Sergio bertumpu di dinding dan kepalanya sedikit menunduk dengan mata terpejam. Tindakan sang ayah yang berinisiatif menghubungi dokter pribadinya itu tidak patut dikategorikan sebagai sebuah kebaikan. Memang sudah tugas orang tua menjaga dan melindungi anak-anaknya. Ini tidak dapat mengobati kesengsaraan yang pernah Carlos berikan padanya.

Semenjak kecil ia sudah dididik dengan sangat mandiri. Sergio tertawa marah dalam hati. Kelewat mandiri bahkan. Ia baru-baru ini tau bahwa bukan hanya dirinya yang mengalami hal-hal mengerikan di masa lalu tapi begitu pula sang kakak— Maria. Mereka sempat berbagi cerita tentang bagaimana Carlos meninggalkan mereka sendirian di tengah jalan lalu mereka harus menemukan sendiri jalan pulang. Saat itu Maria bilang dia berhasil pulang tapi berbeda dengan Sergio, ia malah tidak mau pulang dan melalang buana di wahana permainan.

Carlos berhasil menemukannya di malam hari dan sesampai di rumah, tamparan dan kurungan lah yang ia dapatkan. Bahkan Sergio pernah hampir pingsan karena tidak diberikan makanan selama masa hukuman itu.

Mungkin Maria dan Sergio sama-sama punya kisah masa kecil yang menyedihkan tapi setidaknya sang kakak tau siapa ibunya. Setidaknya masih ada seseorang yang akan memeluknya setelah semua kepedihan itu. Tapi Sergio sama sekali tidak tau siapa ibunya. Ia hanya tau bahwa ibunya adalah seorang guru di Santo Mauro. Carlos tak pernah mau menceritakan banyak. Bahkan di sekolah, Andrès lah yang mengisi formulir sebagai orang tua angkat Sergio. Tidak ada kejelasan terkait asal usulnya, membuat Sergio harus menerima julukan "haram jadah" dari teman-temannya di sekolah.

Lalu ketika beranjak dewasa ia mengetahui bahwa Carlos selama ini menyembunyikannya karena ia tidak ingin merusak rumah tangga dengan Carla— yang tidak dapat melahirkan keturunan laki-laki untuknya. Carlos menginginkan seorang anak laki-laki sedangkan Carla hanya punya Maria. Baru ketika Carla meninggallah Sergio diakui sebagai putra Carlos Leonelle secara sah.

The Làzcano's House

Syatra dan Valerian sedang duduk di meja makan untuk sarapan keesokan paginya. Bayangan kejadian semalam pun kembali mampir di benaknya— meja ini adalah tempat dimana pria itu menonjoknya dan sekarang mereka sedang sarapan di atasnya. Syatra langsung menjatuhkan pandangan ke dalam piring dan menyuapi mulutnya dengan potongan roti.

"Semalam tidurmu nyenyak?" Tanya Valerian.

"Tidak, tentu saja."

Valerian diam sebentar. Ia hendak menjawab namun tak tau apa yang harus ia katakan sehingga yang dapat ia lakukan hanyalah menyesap kopinya dengan gugup. Penyesalan adalah perasaan terburuk yang pernah ada— jadi ia akan terus meyakinkan dirinya bahwa apa yang terjadi pada Syatra memang pantas di dapatkan oleh wanita itu.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang