Chapter 33 : Destroyed

61.2K 6.6K 1.4K
                                        

"Sebuah ledakan menghancurkan bangunan bekas minimarket di distrik New Brunswick, pada Jumat malam sekitar pukul 23.45. Sedikitnya 26 orang tewas dan lima lainnya luka-luka akibat insiden tersebut. Mengutip BBC, gambar-gambar dari dalam bangunan menunjukkan jendela pecah dan sejumlah jenazah tergeletak di tanah. Sejauh ini penyebab ledakan diduga bom bunuh diri. Detektif dari Polisi Kontra Terorisme North West mengatakan tiga pria berusia 29, 26 dan 21 kini ditahan di Sutcliffe Street untuk dimintai keterangan lebih lanjut."

"Koresponden BBC Manhattan, Jose Phill, menambahkan bahwa terdapat dugaan adanya keterlibatan oknum polisi dalam serangan itu menilik dari hasil temuan peluru berjenis subsonic di TKP."

Ini adalah hari kedua Nala dan Sergio bersembunyi. Jam menunjukkan angka delapan pagi hari. Dalam balutan kemeja putih longgar, Nala duduk di sofa dengan sebuah kaleng berisi snack. Matanya fokus pada gambar puing-puing pasca ledakan yang di tayangkan oleh televisi kecil di hadapannya. Tampak banyak petugas yang sedang mengevakuasi korban. Beberapa jasad sudah tidak teridentifikasi lagi akibat luka bakar yang serius. Wajah menghitam dan kulit melepuh.

"Menurutmu, apa Licarde selamat dalam ledakan itu?" Tanya Nala skeptis.

"Dia jenis keparat yang susah untuk mati, tapi kalaupun selamat, tubuhnya pasti cacat."

"Taktik perangmu patut kuacungi jempol." Komentar Nala ketika Sergio yang sebelumnya berdiri menonton TV kini bergabung duduk di sofa."Kau suka melenyapkan musuh menggunakan api."

Setelah menghidupkan rokoknya, Sergio menjawab."Konon katanya di neraka orang-orang akan dibakar. Aku hanya memberikan simulasi kecil-kecilan."

Nala meletakkan kalengnya, menopang kepala menggunakan satu tangan dan memandangi Sergio setelah melipat kakinya."Apa kau percaya bahwa neraka itu memang ada? Melihat dari pengetahuan yang kau miliki tampaknya seseorang sepertimu tidak akan percaya pada hal-hal berbau spiritual."

"We never know before we die."

"Apa kau bahkan percaya pada Tuhan?"

"Topik ini sama sekali tidak menarik untuk di bahas," Sergio menoleh pada Nala, menegaskan bahwa ia benar-benar tidak menyukai topik tentang ketuhanan.

"Aku pernah membaca sebuah artikel yang mengatakan bahwa seseorang yang telah mati hanya meninggalkan jasad mereka. Dikehidupan berikutnya, roh mereka akan terbang ke dalam tubuh yang baru dengan kehidupan yang baru pula." Nala menatap Sergio lekat-lekat."Jika teori itu memang benar, aku berharap kita bisa bertemu dengan cara yang lebih baik di kehidupan berikutnya."

"Teori bodoh macam apa itu?"

"Aku ingin kau menjadi laki-laki pertama untukku. Ciuman pertama, percintaan pertama, segalanya denganmu seorang." Kali ini Nala mengatakan dengan suara yang terdengar mendamba.

Namun tidak ada respon dari pria sialan itu.

"Tapi, demi Tuhan dan roh semua brengsek yang mati dalam ledakan itu, aku berjanji akan menjadikanmu yang terakhir."

Sergio ingin memutus obrolan ini karena ia tau kemana arah pembicaraan tersebut akan berakhir. Fakta bahwa Nala terus menerus muncul di harapannya, seringkali membuat ia lupa bahwa wanita itu sudah bersuami. Dulu mungkin ia pernah berencana merebut Nala dari Valerian tapi cara itu terkesan cukup tolol. Karena pada dasarnya ia masih bisa hidup dengan baik tanpa Nala atau wanita manapun.

Namun, ketika wanita itu lagi-lagi datang padanya, keinginan itu pun kembali datang dalam bentuk yang lebih kuat. Dan tidak dapat dikendalikan.

"Aku bersungguh-sungguh," Nala bergerak lebih dekat pada Sergio lalu merengkuh rahangnya."Aku hanya ingin bersamamu."

"Allright, we can talk about this shit later."

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang