Chapter 8 : The flower

64K 6.6K 1.1K
                                    

Syatra mengabaikan rasa nyeri di bagian rahangnya saat ia menggosok gigi di pagi hari. Matanya fokus pada wajah di depan cermin namun pikirannya tertuju pada hal lain. Pada banyak hal lain. Lalu ia meludahkan busa dari mulutnya. Pandangan Syatra menajam, rahang mengeras serta tangan mencengkram pinggiran wastafel kuat-kuat.

Brengsek.

"Kau sudah bangun." Valerian muncul di ambang pintu dengan jas di tangan, kancing kemeja terbuka sebagian. Bau alkohol menyeruak di udara. Dan dia tidak pulang ke rumah semalam."Aku sudah berbicara dengan Eloise tentang bekas di wajahmu. Dia bilang kau akan segera sembuh."

"Tentu, siapapun tau bahwa aku bakal sembuh. Kau tidak perlu seorang dokter untuk mendengarkan pernyataan itu."

Tawa kasar keluar dari mulut Valerian."Aku tau kau tidak pernah suka pada Eloise tapi kau harusnya beruntung bahwa dia adalah temanku sehingga tak perlu ada orang luar yang tau bahwa tonjokan itu didapatkan oleh Nyonya Làzcano dari hasil perselingkuhannya dengan pria di dalam kereta api."

Berdebat dengan Valerian tak ada gunanya. Syatra tak akan pernah memenangkan itu dan tak ingin buang waktu untuk omong kosong jadi ia pun mulai menyibukkan dirinya dengan kegiatan pagi hari seperti membereskan tempat tidur. Pikirannya sedang kacau balau dan ia tak ingin bicara dengan siapapun saat ini.

"Kau tak seharusnya marah padaku karena—"

"Karena kau lah yang seharusnya marah padaku." Syatra melanjutkan segera."Aku paham, oke?"

"Aku hanya sedang menutupi aibmu." Sambung Valerian setelah menanggalkan kemejanya kasar.

"Terima kasih sudah repot-repot menutupi aibku."

Valerian berjalan ke arah jendela dan berhenti disana. Dalam posisi memunggungi Syatra, ia mengatakan dengan nada yang lebih pelan setelah beberapa saat hening."Syatra, dengar," Ia menghembuskan napasnya berat."Aku sedang punya sedikit masalah di kantor dan kau melakukan kesalahan di waktu yang tidak tepat."

"Masalah apa?" Tanya Syatra.

"Bukan apa-apa, kau tidak perlu mengkhawatirkannya."

"Tidak, kau harus mengatakan padaku ada masalah apa."

"Jika kau ingin membantuku menyelesaikannya," Valerian menelengkan kepalanya ke samping."Yang perlu kau lakukan adalah menjaga nama baikku. Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika skandal dengan pria di kereta api sampai tersebar ke publik."

Sejenak Syatra larut dalam pikirannya sendiri lalu ia teringat satu hal."Bagaimana dengan pesta minggu depan?"

"Tetap akan berjalan dengan semestinya."

"Apa perwakilan dari Patlers Group juga akan ada disana?"

"Kenapa kau bertanya?"

"Hanya ingin tau."

"Ya, mereka akan hadir." Valerian kemudian mendekat, memandangi wajah Syatra beberapa detik sebelum ia mengecup dahi sang istri."Karena itu, aku ingin bekas lebam ini segera menghilang. Malam itu akan menjadi pertama kalinya aku berada dalam satu pesta dengan Patlers Group. Kau tau momen ini sangat langka. Tidak semua perusahaan dapat bergabung dengan mereka jadi kumohon, jangan mempermalukan aku hari itu."

Mempermalukan. Syatra ingin tertawa geram di dalam hati.

"Aku sangat membutuhkan kontrak kerjasama dengan Patlers Group." Lanjut Valerian.

Andai bisa, Syatra ingin menutup telinganya rapat-rapat. Sungguh ia sama sekali tak ingin mendengarkan apapun.

"Perusahaanku mengalami penurunan saham." Valerian mengusap pipi Syatra."CEO Patlers Group adalah seseorang yang sangat pemilih dalam bermitra dengan sebuah perusahaan. Dia tidak akan bekerjasama dengan pria hidung belang, atau pria dengan istri seorang wanita jalang. Dia melihat sebuah perusahaan lewat karakter pemiliknya, bukan dari berapa omset mereka. Jadi kuharap kau jangan menunjukkan kejalanganmu di hadapan siapapun disana."

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang