Sepanjang jalan Nala memilih untuk tutup mulut. Perjalanan terasa sungguh panjang jika dilalui dalam keadaan menyebalkan seperti ini. Sergio sedari tadi sibuk menghubungi orang-orang untuk membatalkan kontrak kerjasama dengan Valerian.
"Aku tidak mau tau tarik semua saham kita yang ada di perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan Làzcano."
Nala hanya bisa menghembuskan napas. Yang paling penting adalah pria ini sudah kembali padanya walau dengan wajah kusut dan menyeramkan seperti ini.
"Apa lagi?" Kata Sergio di telepon."Usut saja kasusnya dan kirimkan laporan tentang pemusnahan itu sekarang ke emailku. Aku akan melihatnya nanti."
Laporan? Pemusnahan? Usut kasus? Entah apa yang dia bicarakan tapi Nala kali ini bukan soal Valerian.
"Transaksi dengan kartel Abu Dhabi saat di Dubai," Kata Sergio."Bicara lagi nanti."
Dia memutuskan sambungan telepon lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku mantel namun masih saja tak mau memandangi Nala. Dan suasana di dalam mobil kembali hening. Memberanikan diri, Nala bergeser lebih dekat.
"Apa kau terluka?" Tanya Nala sambil merebahkan kepalanya di pundak Sergio.
"Tidak usah sok perhatian."
Nala menggandeng tangan Sergio lebih erat sambil memasang wajah menggodanya."Aku memang perhatian."
"Tidak butuh perhatian dari wanita tukang tipu."
"Coba kulihat tanganmu—"
"Pikirkan saja lukamu sendiri, Nala." Sergio menepis tangan Nala yang hendak memeriksa buku-buku jari yang lecet dan berlumuran darah.
"Apa kau semarah itu?"
"Aku tidak suka orang yang gemar berbohong." Jawab Sergio dingin dan marah."Mulai dari menipuku soal kontrasepsi, sekarang bohong lagi soal hal kecil."
"Astaga, aku hanya tidak mau merusak moodmu kalau kukatakan yang sebenarnya. Aku datang mau mengajukan gugatan cerai pada Valerian. Itu saja."
"Apa kau menganggapku roman picisan pencemburu? Atau sebenarnya menipuku karena memang punya tujuan lain?"
"Tujuan apa maksudmu?"
Sergio tidak menjawab karena wanita itu pastilah paham dengan apa maksud kalimat tajamnya barusan.
"Pertama, aku tidak punya niat menipumu soal kontrasepsi. Kau pikir aku menginginkan kehamilan ini? Kedua, jika kau pikir aku menipumu untuk bercinta dengan Valerian, pikiran itu sungguh harus kau singkirkan." Nala mengangkat tangannya di udara.
"Lalu kenapa memakai lipstick merah, pakaian tipis, rok mini dan high heels di hari bersalju?" Sergio menyadari tampilan Nala yang benar-benar jauh dari biasanya. Wanita itu tidak pernah memakai riasan selama ini selain ketika di kereta api. Kesimpulannya, dia akan memakai riasan hanya ketika ingin menggoda.
Dan targetnya adalah Valerian Làzcano.
"Ya ampun, Sergio! Berhentilah berpikir aku ingin menggoda Valerian karena yang sebenarnya ingin kugoda adalah kau. Omong-omong apa kau sudah lihat video yang ku kirim?" Tidak sulit menebak isi otak Sergio.
"Apa video itu benar-benar ingin kau kirimkan untukku? Tidak salah kirim?"
"Salah kirim?"
Sergio jadi berpikir sebenarnya video mesum itu niatnya akan dikirimkan kepada Valerian Làzcano dan bukan dirinya. Fuck! Kepalanya penuh dengan pikiran-pikiran tidak penting dan perasaan seperti ini sangat amat baru untuknya. Ia seperti tidak mengenal siapa dirinya lagi.
"Salah kirim bagaimana maksudmu, Sergio?" Tanya Nala.
"Lupakan saja."
Nala melipat bibir dan menghembuskan napasnya sambil menggelengkan kepala— tidak habis pikir dengan pikiran-pikiran buruk Sergio terhadap dirinya. Wajar jika dia cemburu karena bagaimanapun Nala pernah punya hubungan dengan Valerian tapi setelah tau bahwa pernikahan itu hanya demi misi, setelah dia tau kelakuan Valerian yang bejat, seharusnya dia tidak perlu secemburu dan semarah ini bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
Roman d'amourLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...