Chapter 12 : Persuasion

56.5K 5.5K 1K
                                    

Di dalam ruangannya yang menghadap pada dinding kaca, Sergio menuangkan minuman ke dalam gelas kecil kemudian meneguknya sampai habis. Ia tarik dengan kasar dasi yang melilit lehernya lalu ia banting gelas yang sudah kosong tersebut ke atas meja. Pandangannya lurus ke depan— memperhatikan pemandangan kota New York di malam hari dengan sorot mata dingin.

"Apa aku mengganggumu?" Suara sang ayah datang bersama dengan langkah kaki dan ketukan tongkat. Sergio kembali menuangkan minuman ke dalam gelas tanpa menggubris pertanyaan tersebut. Carlos berhenti, memandangi punggung putranya sejenak."Terima kasih tongkat barunya. Ini persis dengan yang lama."

Meneguk minumannya lagi, Sergio masih tidak memberikan respon.

"Tapi menurutku yang ini lebih bagus. Ukiran kepala singanya terlihat nyata dan gagah."

"Apakah kau datang kemari untuk bicara soal tongkat?" Tanya Sergio dingin."Jangan berterima kasih, aku hanya tidak ingin merasa bersalah."

"Aku tau." Carlos berjalan ke arah sofa lalu menghela napasnya berat setelah duduk disana. Pandangannya tertuju pada Sergio yang masih memunggunginya."Dan aku datang bukan untuk bicara soal tongkat."

"Langsung saja pada intinya kalau begitu."

"Aku mengerti aku adalah ayah yang buruk untukmu." Ujar Carlos lalu ia berhenti beberapa detik sebelum kembali melanjutkan."Tapi tidak pernah ada kata terlambat untuk menjadi baik."

Sergio menenggak sisa minumannya kasar hingga sebagian tumbah membasahi lehernya.

"Aku bekerja keras agar dapat memberikan yang terbaik untukmu." Carlos mencengkram tongkatnya dengan tangan yang sudah mulai dilapisi keriput."Berhentilah bermain-main dengan polisi."

Sebuah tawa ringan terdengar dari mulut Sergio sebelum ia berbalik hingga kini dapat melihat wajah ayahnya.

"Jamie sudah memburu LNL selama bertahun-tahun. Semakin kau bermain dengan api, semakin besar peluang untuk terbakar." Carlos menatap bola mata Sergio dengan sorot tajam namun tersirat permohonan.

"Salah satu dari kami harus mengakhiri permainan ini." Kata Sergio dengan nada tenang."Kupastikan dia yang akan terbakar."

"Aku benar-benar sudah salah memilih orang yang membesarkanmu. Andrès si keparat itu. Yang kuinginkan hanya melihatmu hidup dengan baik. Aku tidak ingin kau mengikuti jejakku menjaga warisan kotor itu. Bubarkan saja LNL. Kita tidak membutuhkannya lagi." Carlos pun akhirnya memilih untuk berdiri kembali lalu berjalan ke arah pintu.

"Aku tidak sedang mengikuti jejakmu." Kata Sergio."Aku menjaga LNL karena mereka satu-satunya keluarga yang kumiliki."

"Kau punya Maria dan aku."

"Andai aku tumbuh besar bersama kalian."

Carlos terdiam. Ia tak tau harus mengatakan apalagi selain berdeham pelan lalu melanjutkan kembali jalannya yang pincang keluar dari ruangan tersebut. Tepat saat Sergio hendak menenggak minumannya dari botol, ponselnya bergetar.

Kontak bernama Maria memintanya melakukan video call.

"Halo, Uncle." Sapa River.

"Halo, Kid."

"Are you okay, Uncle?" Sea merebut ponsel dari River. Bocah kecil itu memasang wajah khawatir.

"I am not okay." Jawab Sergio sembari mengambil map tadi lalu mengarahkannya pada layar."Perusahaan sialan kalian merepotkanku terus menerus. Cepatlah besar dan ambil kembali." Sergio mengambil rokok lalu menghidupkannya.

"No, Uncle lebih cocok memimpin daripada River. Aku lihat Uncle di majalah dan kau benar-benar keren disana." Sea melompat girang.

"Really?"

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang