Chapter 45 : Dangerous partner

49.1K 6.2K 1.2K
                                    

"Kurasa kita harus menonton ini." Kata Nala menunjukkan sebuah poster film berjudul No Time To Die.

"Seleramu film yang seperti itu?"

"Apa kau pikir seleraku film romantis?" Nala mengunyah popcorn-nya sambil terus memilih film yang akan mereka nonton.

"Film itu punya unsur romantis yang tidak masuk akal."

"Kau sudah menontonnya?"

"Ya," Jawab Sergio."James Bond memilih untuk mati demi menyelamatkan anak dan kekasihnya."

"Kau memberikan spoiler dengan lancang!" Decak Nala jengkel."Nonton yang lain saja kalau begitu. Bagaimana dengan yang ini?"

Sergio melihat pilihan Nala, sebuah film dengan tema peperangan era 70-an."Tidak." Komentarnya.

"Astaga! Kenapa aku bisa melupakan yang satu ini? The Last Duel! Kita akan menonton ini. Film nya sudah lama kutunggu-tunggu."

Nala segera memesan tiket untuk dua orang tanpa meminta persetujuan Sergio lagi. Setelah berputar-putar mencoba mobil baru, Nala malah mengajaknya ke bioskop sebagai kencan pertama mereka. Sergio jelas tipe pria yang anti pada kencan-kencan layaknya manusia normal. Jika ingin menonton film, dia punya home theater yang lebih berkelas dan nyaman dibandingkan bioskop alakadar yang hanya dipenuhi oleh remaja picisan ini.

"Ayo kita masuk, filmnya akan segera dimulai."

"Aku lebih senang membawamu bermain Russian Roulette daripada menonton film seperti remaja labil."

"Kita akan bermain saat sudah bosan hidup." Nala menyeret Sergio ke dalam bioskop sebelum pria itu sempat memprotes.

Russian Roulette adalah permainan mematikan dimana ada sebuah pistol diisi dengan satu peluru kemudian silinder pistol di putar secara acak sebelum pistol itu di todongkan ke kepala sendiri lalu pelatuk di tarik. Hanya keberuntungan lah yang dapat menyelamatkan si pemain dari kematian.

Film yang diangkat dari kisah nyata bangsawan Perancis di era kepemimpinan Raja Charles VI tahun 1386 tersebut berdurasi kurang lebih dua jam. Dan Sergio lebih banyak memejamkan mata. Pertengahan film cukup membosankan. Duelnya baru dimulai di akhir. Film sialan. Sudah buang-buang waktunya tidak jelas.

"Mereka adalah sepasang suami istri yang kuat. Bayangkan saja, jaman itu, wanita-wanita yang diperkosa malah memilih bungkam demi menjaga martabat suaminya. Marguerite berhasil membuktikan bahwa apa yang dia lakukan benar, walau terkesan seperti membahayakan dirinya dan suaminya. Dan Jean de Carrouges, ya ampun aku tidak menyangka dia bakal mengikuti duel itu demi keadilan untuk istrinya."

"Dia mengikuti duel bukan sekedar untuk istrinya melainkan untuk membuktikan dia bisa mengalahkan Le Gris. Itu soal harga diri." Walau tidak mengikuti filmnya, Sergio pernah membaca kisah itu.

"Tetap saja tindakannya cukup heroik."

"Tindakan tolol."

"Yah memang terkesan cukup tolol. Tapi intinya Tuhan menunjukkan kebenaran lewat duel tersebut."

Tanpa sadar Sergio mengusap telinganya yang panas. Entah kapan Nala akan berhenti mengoceh, apakah sebaiknya ia bungkam saja mulut cerewet wanita itu dengan bibirnya?

"Padahal aku sempat berharap Marguerite dan Le Gris punya hubungan spesial. Jean sangat kaku, dan Le Gris terlalu panas. Aku tidak menyangka brengsek itu benar-benar memperkosa Marguerite. Kupikir mereka sama-sama suka. Aku bahkan berharap Marguerite berakhir dengan Le Gris dan meninggalkan suaminya."

"Tadi kau baru saja membela suaminya." Sergio mengusap remahan popcorn di sudut bibir Nala dengan ibu jarinya. Dia benar-benar tidak sanggup menahan diri dari gairah jika terus mendengarkan kecerewetan Nala.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang