Setelah melakukan percintaan dadakan di pagi buta dan berendam di jacuzzi, Sergio berpamitan untuk kembali ke kediaman klan Leonelle karena mereka akan melakukan upacara pemakaman Rodolfo. Nala membiarkannya pergi walaupun firasatnya buruk. Dengan semua tindakan yang akan ia lakukan, wajar dan sangat amat wajar ia memiliki firasat bahwa itu akan menjadi terakhir kalinya ia melihat Sergio Leonelle.
Nala segera menepis pikiran tersebut.
"Kenapa kau membawa mug itu?" Tanya Nala heran ketika Sergio membawa mug kado Natal pemberiannya.
"Kenapa? Ini sudah menjadi hak milikku, aku bisa membawanya kemana pun." Ujarnya disertai senyum tipis yang rupawan."Bersiap-siaplah ke gereja. Aku akan segera menyusul setelah urusanku selesai. Kau tidak boleh kemana-mana sebelum aku tiba. Mengerti?"
"Ini masih terlalu pagi, bukan?"
"Ini hari Natal, kau tidak akan mendapatkan kursi jika datang terlambat."
"Apakah kau pikir banyak sekali orang beriman di kota ini sampai-sampai tidak kebagian kursi di gereja?" Nala tertawa.
"Beriman atau tidak, mereka tetap akan datang untuk mengawasi anak-anak mereka melakukan paduan suara disana."
Nala tertawa lagi.
Sergio mengecup pipinya dan untuk pertama kalinya dia mengelus perut Nala walaupun hanya berlangsung beberapa detik tapi berhasil membuat bulu kuduk Nala merinding.
"Sampai jumpa disana."
"Sampai jumpa."
Nala melambaikan tangan saat tubuh gagah berbalut pakaian formal yang dilapisi mantel hitam berbahan wol itu memasuki mobil. Nala tidak membuang waktu dan ikut meninggalkan apartemen tepat dua menit setelah mobil Sergio menghilang dari pandangannya. Ia raih kunci mobil lalu bertolak ke gereja. Ia parkirkan Porsche-nya disana sebelum menyetop sebuah taksi. Sergio harus melihat— jika memang dia memantaunya lewat aplikasi pelacak lokasi di mobil tersebut— bahwa Nala memang berada di gereja, seperti permintaannya.
Padahal Nala pergi ke tempat lain.
Matahari bahkan belum sepenuhnya keluar dari peraduan saat ia menjejakkan kakinya di kantor Badan Intelijen Negara yang sudah lama ditinggalkan. Tempat itu tidak pernah sepi, kesibukan dan hiruk pikuk selalu menghiasinya apalagi di situasi genting seperti ini, mereka menjadi sepuluh kali lebih sibuk dari biasanya.
"Mereka menyandera Kapten Jamie dan Ero." D13 sedang berjalan mondar mandir di dalam ruangan rapat khusus saat Nala mendorong pintu untuk masuk.
Semua yang sedang mengikuti rapat menoleh padanya. Bahkan D1 pun ikut turun dalam rapat ini. Dalam balutan jas formalnya pria yang usianya mungkin hanya dua tahun lebih tua dari ayah Nala itu duduk di kursi paling ujung. Kehadirannya menyatakan bahwa akan ada operasi besar-besaran.
"Agen Syatra," D13 berkata."Kau sudah membuat keputusan untuk bergabung kembali ke dalam tim? Jika tidak, silakan keluar."
"Aku kembali bergabung," Ujar Nala sambil meletakkan sebuah disk kecil di atas meja. Semua mata tertuju kesana lalu ia pun menjelaskan secara singkat."Bukti-bukti di dalam sini kurasa cukup untuk menangkap Sergio Leonelle."
D13 mengambil tempat duduk lalu memerintahkan asistennya untuk menampilkan di proyektor. Itu adalah bukti-bukti transaksi, pencucian uang,lokasi lab dan sebagainya. Semua mata fokus kesana dan Nala hanya diam menantikan salah seorang dari mereka merespon.
"Saat ini dia sedang berada di kediamanannya untuk melakukan upacara kematian Rodolfo," Kata Nala sambil mengawasi ekspresi D13."Sergio Leonelle menyimpan sekitar lima juta US dollar cash di ruang bawah tanah."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
RomanceLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...