Chapter 38 : Honest enemy

61.5K 6.4K 1.2K
                                    

Nala tidak tau sudah berapa lama sejak matahari terbit, mereka masih berbaring malas-malasan di bawah selimut. Kepalanya tidur di atas lengan Sergio dan sebelah tangannya bertautan dengan jari-jari pria itu— saling menyentuh dengan halus.

"Mungkin yang semalam baru pantas disebut bercinta," Kata Nala."Yang sebelumnya lebih cocok disebut melakukan hubungan seks."

"Apapun sebutannya, kita melakukannya dengan cara yang sama."

"Semalam kau melakukannya dengan sangat lembut dan berperasaan. Tidak biasanya seperti itu." Kata Nala sembari mengusap rambut-rambut kasar di rahang Sergio.

"Kita bisa menganggapnya sebagai salah satu variasi gaya seks."

"Aku merasakan perbedaannya," Nala menggeleng."Seperti kau takut menyakitiku."

"Semalam kau sangat rapuh, aku takut membuat tulangmu patah jika bergerak seperti biasanya."

"Itu artinya takut menyakiti."

"It's okay if you want to say so."

"And actually I want you to say it again." Kata Nala dengan mata berkilat. Dan Sergio tau kemana arah permintaan tersebut akan berakhir.

Aku mencintaimu.

"Aku mencintaimu. Seperti semalam."

Respon yang didapatkan Nala hanyalah sebuah erangan tipis disertai hembusan napas halus.

"Pasti sulit untukmu mengatakannya, kan?" Kata Nala setelah menunggu dua detik berlalu."Dan yang semalam pasti kali pertama kau mengucapkan kata cinta pada seseorang."

"Pertama dan terakhir."

Dari sorot matanya yang sedikit sayu, Nala yakin Sergio sedang mengalami pergulatan batin saat ini— berperang di dalam kepalanya sendiri, menolak kenyataan dan berusaha menyangkal. Sebagai seseorang yang lahir dalam keluarga tidak utuh, menerima cinta dan memberikan cinta adalah sesuatu yang asing. Dia hanya perlu beradaptasi kalau mau.

"Tadi, aku hanya sedang menganalisa seberapa mudah kau mengucapkan cinta pada seseorang," Kata Nala sembari menyentuh dagu Sergio dengan ujung hidungnya."Aku tidak peduli jika itu adalah pertama dan terakhir. Yang terpenting adalah, aku senang mengetahui bahwa kau melakukan hal tersulit untukku. Itu artinya kau sangat mencintaiku."

Kemampuan analisa yang dimiliki oleh Nala memang patut diapresiasi. Sergio bergerak menyandarkan punggungnya ke sofa ketika ponselnya bergetar. Ia menggulir layar, membacanya sekilas.

"Ya, kan?"

"Apa?"

"Kau sangat mencintaiku?" Nala menggerak-gerakkan kedua alisnya dan itu membuat Sergio gemas."Dari satu sampai sepuluh, ada di urutan mana?"

"Satu."

"Satu maksudnya aku berada di urutan paling pertama, kan?" Lagi-lagi Nala menggerakkan kedua alisnya.

"Tidak begitu konsepnya."

"Dasar pelit."

"Ah, one point five."

"Much better than one." Ujar Nala lalu menyikut perut Sergio."Berada di urutan 1.5 saja aku sudah sebahagia ini. Bagaimana kalau nanti kadar cintamu naik dan terus naik hingga sepuluh?"

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang