Layaknya pesta para pengusaha pada umumnya, ballroom La Perra Hotel New York tersebut dipenuhi oleh manusia dengan pakaian formal. Kebanyakan dari mereka memang datang bersama pasangan masing-masing. Ada dua meja besar di sudut ruangan dengan berbagai macam makanan mewah, anggur dan sebagainya. Ada pula panggung dengan pemain biola di atasnya. Musiknya cukup menenangkan untuk di dengar. Malam itu Syatra memakai gaun merah maroon sepanjang mata kaki dengan bagian punggung terbuka lebar.
Dalam balutan tuxedo berwarna abu-abu gelap, Valerian tampak begitu berwibawa. Apalagi ketika ia memberikan selamat kepada sang empunya pesta. Syatra tidak pernah menyangka bahwa pembawaan suaminya yang seperti ini ternyata hanyalah topeng belaka.
"Ya ampun, kenapa kalian selalu tampil sesempurna ini?" Pekik seorang wanita muda saat menyapa mereka.
"Kalian sungguh sama-sama beruntung memiliki satu sama lain. Tau tidak, aku baru saja melihat foto kalian di majalah lalu siapa sangka dapat berada satu ruangan seperti sekarang?"
Valerian terkekeh."Xera, kau terlalu berlebihan. Seharusnya kami yang senang bisa berada satu ruangan dengan dua pengusaha muda yang sukses seperti kalian."
Wanita bernama Xera itu merangkul pria bernama Henry sambil tertawa pelan."Jangan seperti itu Valerian, kau membuat suamiku semakin besar kepala nantinya."
"Ah ya, kudengar Syatra akan magang besok? Selamat berjuang disana. Dunia kerja itu tidak menyenangkan pada awalnya. Mereka biasanya gemar merudung anak-anak magang tapi kau tak perlu takut. Kalau kau patuh pada bosmu maka semua akan baik-baik saja." Henry menatap Syatra lekat-lekat dengan sebuah senyum tipis.
"Ya benar, aku juga pernah kena bully saat magang dulu. Padahal itu kantor ayahku sendiri." Xera menceritakan pengalamannya.
"Itu pasti sangat tidak menyenangkan." Syatra mengusap pundak Xera."Sekarang apa kabar mereka?"
"Menjadi bawahanku tentunya."
"Sudah pasti."
"Ingat saranku tadi, tetap patuh pada bos mu. Soal senior-senior sialan itu tak perlu kau pikirkan."
"Terima kasih sarannya, Henry." Syatra membalas senyum pria itu sambil mengarahkan gelas berisi anggur miliknya pada mereka semua."Mau bersulang?"
"Cheers to Syatra."
"Ayolah, jangan begitu." Syatra melambaikan tangan sambil tertawa kecil."Cheers to Voss Company."
"Astaga, terima kasih banyak, babe." Xera memeluk Syatra."Kapan-kapan kita harus pergi ke salon bersama, atau nongkrong di cafe."
"Oh I would love to." Syatra kembali tersenyum ramah setelah meneguk anggurnya anggun.
"Jadi Valerian, kudengar perusahaanmu kembali mengajukan proposal untuk Patlers Group?" Tanya Henry.
"Aku seseorang yang sangat gigih."
"Tentu, sangat jelas."
Dari ekor matanya Syatra dapat melihat Valerian sedang merapikan jas setelah terkekeh pelan dengan gelagat seperti orang yang sedang mencari-cari.
Syatra yakin baik dirinya dan Valerian sama-sama sedang mencari orang yang sama namun Sergio Leonelle tampak belum muncul juga di pesta. Bahkan sampai Henry selesai memberikan kata sambutan sebagai tuan rumah pun berandalan itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Pandangan Syatra langsung mengarah ke lantai dua, tempat dimana ada satu pintu yang seolah sedang dijaga oleh pengawal— secara tidak langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
RomanceLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...