Chapter 34 : Worst

47.4K 5.8K 922
                                    

"Darimana kau mendapatkan peluru milik kepolisian?" Tanya Nala dengan rahang yang mulai mengeras.

"Bukan perkara sulit mendapatkannya."

"Pria sialan dengan kaki yang pincang. Romanus Dexvonicovz. Pemimpin sindikat jual beli senjata ilegal." Tangan Nala mendadak gatal dan api mulai datang ke dalam kepalanya kini.

Sergio terlihat cukup tenang untuk ukuran pria yang menyadari ada seseorang yang ingin menghajarnya sekarang.

"Jadi itu benar? Tidak ada polisi lain yang terlibat selain aku?" Tanya Nala.

"Bisa jadi."

"Brengsek!" Nala mendorong tubuh Sergio sekuat yang ia bisa."Dasar brengsek!"

Emosi yang meledak-ledak membuat ia tidak punya rencana untuk berhenti memukuli Sergio. Namun pria itu tampak tak acuh dan malah memasang wajah dingin seolah pukulan-pukulan tersebut di dapatkan dari anak kecil yang merajuk.

"Kau benar-benar bajingan!"

Barulah ketika Nala meraih pistolnya, Sergio beraksi menepis tangan wanita itu lalu menendang senjata tersebut dengan keras. Bola mata Nala menatapnya dengan penuh api yang membara akibat amarah yang tak dapat dikendalikan. Tidak puas sampai di situ, Nala segera melayangkan tamparan kerasnya hingga wajah Sergio tertoreh ke kanan.

"Ini bukan perkara aku yang berada di tempat dan waktu yang salah! Meskipun aku tidak berada disana, perbuatanmu benar-benar keterlaluan!" Teriak Nala dengan murka."Aku tidak peduli jika sekarang harus menjadi buronan atau apa karena aku punya alibi tapi menggunakan peluru polisi untuk menembak lawanmu adalah tindakan yang tidak dapat dimaafkan!"

Nala kembali memukuli dada Sergio dengan geram— berkali-kali seolah tidak ada puasnya. Bahkan matanya mulai berair akibat kemarahan yang menjadi-jadi.

"You want to fight? I can bring you a war." Sergio menangkap tangan Nala."But not today."

"Kau mencoreng instansiku, brengsek—"

Hanya dalam kurun waktu sepersekian detik Nala dapat merasakan seperti ada tulang punggungnya yang retak. Tubuhnya di dorong dengan keras membentur dinding sedangkan lehernya tercekat oleh cekikan kuat tangan Sergio. Lewat bola mata tajamnya, ia dapat melihat kemarahan yang membabi buta di wajah pria brengsek itu.

"You are not human, you are a monster."

"Shut the fuck off." Geram Sergio."Now you know what kind of monster I am. I could be worst."

Tubuh Nala tersentak saat Sergio melepaskan cekikannya lalu berlalu pergi. Menggertakkan giginya, dengan gesit Nala melayangkan tendangan keras ke punggung pria itu. Sergio berhasil menghindar tapi ada bagian tubuhnya yang sempat mengenai serangan tersebut sehingga ia meringis tertahan.

"Kau sudah menjadi yang terburuk." Nala berjalan mendekat."Dan sekarang kau sedang berurusan dengan orang yang tidak takut sama sekali pada monster."

Sekali lagi ia berusaha menyerang. Namun gerakan cepat dan reflek Sergio berhasil menarik tengkuknya lalu membantingnya ke kasur dengan sangat keras— membuat Nala sejenak kesulitan bernapas. Ia tidak punya kesempatan untuk bangkit karena Sergio sudah lebih dulu menekan batang lehernya.

"Apa kau tau apa yang telah menyelamatkanmu dari monster ini?" Desis Sergio. Kemudian jari telunjuknya menunjuk-nunjuk pelipis Nala."Otak pintarmu. Satu-satunya bagian yang paling menarik dari tubuhmu. Tapi sekarang aku tidak melihat itu sama sekali."

Ketegangan bercampur amarah melingkupi ruangan tersebut. Deru napas Sergio terasa begitu panas, seolah memang akan membakar Nala yang berada di bawahnya. Kekuatan keduanya jelas berbeda sekarang. Tenaga yang terkuras habis untuk bercinta sepanjang hari membuat Nala terpaksa harus membiarkan pria itu melepaskannya alih-alih melawan.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang