Jantung Nala berdegup kencang akibat posisi intim mereka. Ia masih ingat bagaimana cara Sergio memuaskannya di bawah sana menggunakan lidah dan jarinya. Segala detail dari malam panas itu tak hilang sama sekali dari benaknya. Dan sekarang akankah malam itu terjadi lagi? Padahal Nala baru saja mengatakan bahwa ia tak akan bercinta dengan pria sialan ini. Mungkin maksudnya, tidak akan bercinta di dalam pesawat tapi tidak menolak jika sudah begini.
Begitu ia memalingkan wajahnya ke samping, Nala menatap cermin besar, melihat pantulan dirinya dan kepala Sergio yang berada di antara pahanya. Apakah ia bisa menahan diri untuk tidak jatuh dan hanyut pada rangsangan-rangsangan yang pria ini berikan? Nala tidak yakin. Ia mulai ketakutan jika sampai berakhir melakukan hal-hal mesum disana.
Sergio tidak jadi melepaskan celana dalam Nala dan malah menopang tubuhnya di atas Nala sebelum ia kembali melumat bibir wanita itu. Nala kembali menjadi bodoh dengan membiarkan jantungnya melompat-lompat. Tapi ia pun menginginkan ciuman itu.
Ini lebih bergairah daripada sebelumnya.
Nala mengerang saat hidung Sergio mulai berlarian di rahangnya, tangannya menekan jemari Nala di kasur hingga ia terkunci disana. Sialannya, lagi-lagi Nala membalas ciuman pria gila itu. Ia memejamkan mata, terbuai dengan gerakan lidah panas yang sedang membelit lidahnya. Terlebih saat hidung mancung Sergio turun lebih ke bawah. Tangannya mulai melepaskan tangan Nala dan meremas payudaranya hingga desahan mau tak mau lolos dari bibirnya.
Nala tidak ingin berhenti. Bahkan saat Sergio menciumi payudaranya, gairahnya semakin menjadi-jadi. Saat pria itu memainkan lidah di putingnya, itu adalah perasaan terbaik. Sergio menghisap payudara itu dengan rakus, sesekali menggigitnya pelan sembari menatap Nala dengan mata setannya. Tapi mendadak ia menghentikan aktivitas menyenangkan tersebut.
"Are you sure?" Suara Sergio terdengar cukup serak.
Nala heran sejak kapan dia repot-repot meminta izin seperti ini?
"Nala?" Sergio menatap Nala dengan bola mata gelapnya yang haus. Tangannya sudah kembali berada di celana dalam Nala— siap untuk melepaskannya.
Dan Nala tidak tau mengapa dirinya tidak segera menendang pria sialan itu.
"I am going to fuck you," Erang Sergio."Do you let me?"
Astaga kenapa dia harus bertanya segala? Nala kesal setengah mati. Pria ini memang punya sikap yang luar biasa brengsek. Dia seperti sengaja mempermainkan Nala dengan bertanya pertanyaan bodoh itu.
"Diam artinya iya, Mrs. Làzcano." Tangan Sergio perlahan-lahan menurunkan celana dalam Nala. Sebuah seringai tipis mengambang di wajahnya yang terlihat semakin tampan.
Gairah Nala semakin meledak-ledak. Pipinya merah padam saat melihat cara Sergio memandangi organ intimnya yang sudah polos tanpa sehelai benangpun. Pria itu tersenyum tipis sembari membuka paha Nala lebih lebar dan memposisikan wajahnya di depan kewanitaan Nala yang berdenyut-denyut. Nala seketika memejamkan mata saat merasakan benda basah nan panas sedang menyapu bibir kewanitaannya bagian luar. Perlahan-lahan terbuka dan lidah itu mulai menjilati bagian dalamnya.
Nala mendesah dengan punggung melengkung. Ia gigit bibirnya dan ia remas sprei dengan kuat. Sergio sangat pandai dalam hal ini. Entah bagaimana cara ia melakukannya sampai akal sehat Nala benar-benar hilang di telan bumi. Yang ada hanya kenikmatan dan kesenangan. Cara Sergio menghisap kewanitaannya dengan kencang, cara dia menggelitiki liang Nala dengan lihai— oh astaga, Nala tak kuasa menahan gelombang di dalam pembuluh darahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
RomanceLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...