New York, 25 Januari
Walau sudah satu bulan berlalu semenjak insiden baku tembak besar-besaran antara kepolisian dan para pengedar, stasiun televisi dan seluruh kanal berita tidak ada bosannya mengangkat berita-berita tersebut. Hashtag #BloodyChristmas, #findSergioLeonelle, #HellForAmericanPolice dan sejenisnya pun bertebaran.
Tragedi hari itu mungkin memang pantas dikenang. Pembantaian satu keluarga Licarde, 98 anggota polisi luka-luka, 43 lainnya tewas, 21 warga sipil tak bersalah pun harus meregang nyawa, dan 46 bandar narkoba berhasil diringkus. Insiden itu boleh dikatakan sebuah keberhasilan bagi kepolisian Amerika namun hanya sedikit yang mengapresiasi karena sampai sekarang kepolisian masih mendapatkan teror. Banyak dari mereka yang menjadi sasaran amuk pihak keluarga dari korban sipil yang tewas. Mereka menganggap polisi hanya numpang tenar atas usaha orang lain dan tidak bekerja dengan baik.
4 Februari
Kali ini hashtag baru muncul di laman media sosial. #ThanksLNL #KokainForGoverment. Di bulan ini polisi berhasil meringkus hampir lima belas orang pemerintahan yang terlibat dalam bisnis narkotika, perdagangan manusia, prostitusi, dan korupsi. Masyarakat percaya bahwa polisi tidak akan mampu membongkar kebobrokan itu tanpa bantuan Sergio Leonelle.
Dipekan kedua bulan Februari, Ferguso Làzcano di vonis hukuman mati atas tindak kriminal suap, korupsi, perdagangan manusia, narkotika dan pembunuhan-pembunuhan yang telah ia lakukan. Sementara putranya— Valerian Làzcano— mendapatkan hukuman dua puluh tahun penjara atas keterlibatannya dalam bisnis kotor prostitusi dan penyerangan.
Lagi-lagi bukan apresiasi yang di dapatkan polisi melainkan kemarahan dan serangan yang lebih brutal.
Terlepas dari sepak terjangnya sebagai seorang bandar narkoba, Sergio Leonelle memiliki tempat tersendiri di hati banyak orang. Ia gemar melakukan aksi kemanusiaan, berdonasi dan mensejahterakan para karyawan serta buruh pabrik di perusahaannya. Rasa kehilangan menggerakkan mereka— bahkan aktivis dan kelompok separatis pro Sergio Leonelle pun ikut— untuk berbondong-bondong di depan kantor pemerintahan, menuntut agar mereka berhenti. Kericuhan yang terjadi setiap harinya menyebabkan banyak polisi terpaksa mengundurkan diri demi keselamatan keluarga lalu mengungsi ke negara tetangga. Tak ayal, para pejabat pun ikut mengasingkan diri dan berlomba-lomba untuk cuci tangan.
13 Maret
Hari ini, posisi D13 di Badan Intelijen Negara resmi digantikan oleh Nala. Dalam balutan pakaian formal, seluruh satuan agen dan para petingginya mengikuti upacara pelantikan dan sumpah jabatan.
Sementara di hari yang sama, Kapten Jamie de Lavierra mengundurkan diri dari jabatannya dan pulang ke Barcelona. Nala masih tidak bicara sepatah katapun pada ayahnya sejak hari itu bahkan sekarang— ketika sang ayah berpamitan padanya— ia hanya memberikan sebuah senyum dan anggukan pilu. Hatinya tidak bisa berbohong bahwa ia sangat amat kecewa terhadap ayahnya.
"Semoga kau tidak seperti ayah," Ucap Jamie dengan senyum kecut dan matanya yang sayu.
Nala tetap tidak menjawab dan membiarkan ayahnya pergi melewati pintu keluar dengan sebuah kotak berisi barang-barang di tangannya.
9 April
Sampai sekarang tidak ada kabar apapun tentang keberadaan Sergio Leonelle dan para pengikutnya. Kepolisian Amerika mulai putus asa hingga mengajukan surat permohonan bantuan kepada Interpol (Internasional Police) untuk menemukan Sergio Leonelle tapi masih saja belum ada hasilnya. Dan lucunya, Interpol malah terkesan seperti tidak serius menangani masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
Lãng mạnLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...