Chapter 18 : The punishment

88.3K 6.5K 1.3K
                                    

Bunyi alarm di jam tujuh membangunkan Nala. Dengan mata setengah terbuka ia raba ponsel yang ada di atas nakas dan langsung menggeser layar ke samping. Butuh beberapa detik untuk mengumpulkan kembali nyawanya. Jujur saja tubuhnya masih terasa nyeri di beberapa bagian sehingga Nala kesusahan saat meregangkannya. Oh, Sergio tidak ada di sebelahnya. Nala tidak tau apa pria itu bahkan tidur bersamanya atau tidak semalam karena yang Nala ingat, setelah melakukan seks, ia langsung meluncur ke alam mimpi.

Menghela napas pelan, Nala pun bangun dan duduk sambil memeriksa isi ponselnya. Ada tiga panggilan tidak terjawab dari Valerian.

"Halo, Valerian—"

"Kenapa tidak menjawab panggilanku, sayang?"

"Aku baru bangun."

"Kau juga tidak menghubungiku sesampai di Moscow. Dimana kau sekarang?"

"Aku di— hotel, tentu saja."

"Aku ingin melakukan video call."

"Apa?" Nala sedikit kaget dan tergagap.

"Aktifkan kameramu, aku ingin melihat wajahmu, sayang."

Mendadak Nala merasa pusing. Ia bangun dari tempatnya duduk sembari melihat kiri dan kanan— mencari tempat yang strategis untuk melakukan panggilan video sialan ini.

"Sayang?"

"Bicaralah saja, aku baru bangun dan tidak ingin—"

"Kau malu suamimu ini melihat wajah buruk rupamu di pagi hari?"

Mulut Nala terbuka namun kembali tertutup. Ya ampun, ia benar-benar tidak tau harus bagaimana sekarang. Apalagi saat melihat ke arah cermin, tampilannya sungguh berantakan. Satu lagi, kemeja yang dikenakan. Valerian pasti tau bahwa ini kemeja laki-laki. Haruskah ia melepaskan kemeja ini? Nala tak ingin suami sialannya mengamuk lalu merusak segalanya disini.

"Syatra? Ayolah, sayang." Valerian merengek."Kau tidak merindukanku? Aku sedang di kamar mandi sekarang."

Pikiran Nala melayang pada gambaran Valerian di dalam kamar mandi dengan handuk melingkar di pinggang— atau bahkan dia sudah telanjang bulat.

"Kau terlalu lama membuatku menunggu." Geram Valerian mulai kesal."Jangan rusak suasana hatiku pagi-pagi."

"Sebentar, tunggu sebentar." Nala merapikan rambutnya di depan cermin— juga menutupi mahakarya Sergio di lehernya.

"Aku tidak sabar melihatmu, sayang." Erang Valerian."Aku membutuhkanmu disini."

Nala berdeham membenarkan suara sambil mengarahkan layar ponsel di depan wajahnya. Tapi jantungnya mendadak seperti jatuh ke lantai ketika Sergio memasuki kamar. Pria itu berhenti di depan pintu dengan dada telanjang dan celana panjang satin yang ia pakai semalam. Nala langsung memberi isyarat agar pria itu diam disana.

Dan ketika Nala mengaktifkan kamera depannya, Valerian muncul di layar tanpa mengenakan pakaian. Tentu saja.

"Hei." Sapa Nala sesantai mungkin.

"Shit. Aku sangat merindukanmu." Erang Valerian. Bola matanya tampak begitu gelap oleh gairah."Bisakah kau pulang saja sekarang?"

"Aku akan segera pulang setelah pekerjaanku selesai disini." Nala mencoba tersenyum dan mengabaikan keberadaan Sergio disana. Nala ingin sekali mengusir pria itu keluar tapi sialnya ini adalah rumahnya.

"Jika tau rasanya menyiksa begini, aku tak akan membiarkanmu bekerja. Aku tak akan membiarkanmu kemana-mana dan hanya melayaniku di ranjang saja." Valerian terkekeh.

Muka Nala merah padam saat ia melirik ke arah Sergio yang tampak menegang— atau apalah. Ini sungguh pembicaraan yang tak pantas didengar oleh siapapun.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang