Chapter 29 : Team

50.2K 6K 1.1K
                                    

Tak terasa sudah dua bulan Nala berada di Divisi Kejahatan Ringan. Dan hari ini anggota timnya sedang merayakan acara ulang tahun Kapten mereka di sebuah cafe kecil. Beberapa hari yang lalu mereka berhasil membubarkan kelompok mahasiswa yang membuat ricuh kantor pemerintah. Jadi, selain merayakan ulang tahun, mereka juga sedang merayakan keberhasilan tersebut.

"Selamat atas kerja keras kita semua!"

"Bersulang!"

"Bersulang! Woohoo!"

"Aku tidak menyangka kita berhasil melakukannya."

"Yah walaupun kemarin aku hampir kena tonjokan salah satu mahasiswa, tapi hasilnya sepadan."

"Berani sekali bocah-bocah edan itu. Mereka tidak tau siapa kita? Berani bermain dengan polisi? Pendidikan ternyata tak menjamin kecerdasan."

"Sudahlah, sudahlah. Bagaimanapun kalian sudah bekerja keras."

Semuanya saling membenturkan gelas. Membubarkan sekelompok bocah keras kepala bagi mereka adalah sebuah prestasi. Namun bagi Nala pekerjaan seperti ini sama sekali tidak memiliki tantangan apapun. Kau hanya perlu menggertak mereka dengan tembakan ke langit maka semuanya akan lari kocar kacir. Atau jika tidak berhasil, maka gas air mata lah solusi lainnya.

Nala meneguk minumannya setelah menghela napas. Namun kegiatan itu seketika terhenti kala matanya jatuh pada layar televisi di cafe tersebut.

"Polisi menduga kuat kasus pembunuhan pengacara Gracia Metvienko merupakan kasus pembunuhan berencana. Sejumlah langkah sudah dilakukan bahkan pihak berwajib telah menggelar analisis dan evaluasi untuk menentukan pelakunya. Polisi pun melakukan pemeriksaan terhadap puluhan saksi hingga mengautopsi ulang jasad korban. Dari hasil olah TKP, korban tewas diduga akibat hantaman benda tumpul di bagian kepalanya."

"Hei dia pengacara yang viral itu, bukan? Yang memenangkan Sergio Leonelle atas lahan 1000 hektar untuk proyek pembangunan pabrik ganja di Moskow?"

"Ah iya, aku ingat!"

"Karirnya melejit sejak hari itu."

"Malang sekali nasibnya. Aku paling benci kejahatan yang main bunuh-bunuh seperti ini. Membunuh nyamuk saja aku tidak tega!"

"Kematian adalah sesuatu yang paling ditakutkan dan para bedebah ini malah seenaknya menghilangkan nyawa."

Mata Nala masih terpaku pada siaran berita yang menampilkan jasad Gracia yang di-blur. Jujur saja berita ini sangat mengejutkannya.

"Hei, Syatra. Kami senang kau berada di dalam tim. Kau sudah bekerja sangat baik selama dua bulan ini."

"Terima kasih, sir." Sahut Nala.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit ketika mereka memutuskan untuk pulang. Setelah berpamitan, Nala mengambil jalan belakang karena dia memarkirkan mobilnya disana.

Tepat saat lampu mobilnya menyala, penglihatan Nala langsung terfokus pada sebuah mobil hitam yang baru saja parkir di depan bangunan kosong. Seketika mata Nala menyipit saat menangkap sosok yang sangat ia kenal turun dari sana— melangkah masuk seorang diri ke dalam bangunan tersebut setelah menjatuhkan puntung rokoknya ke tanah.

Sergio Leonelle.

Apakah itu benar-benar dia?

Dan apa yang dilakukan pria itu disana? Tampaknya dia benar-benar datang seorang diri karena setelah menunggu beberapa menit, tidak ada siapapun yang keluar dari mobil atau kedatangan mobil lain. Nala semakin penasaran.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang