Orang-orang Trave yang berhasil lolos dari ledakan ternyata mengejar mereka. Memacu langkahnya sekuat tenaga, Nala berlari di belakang Sergio untuk menggapai sebuah helikopter yang berlahan-lahan sedang turun.
"Cepat!" Sergio yang baru saja berhasil melompat ke dalam mengulurkan tangannya pada Nala.
Tembakan-tembakan kembali dilepaskan tepat ketika Nala menyambut uluran tangan Sergio. Ketika helikopter terbang lebih tinggi, barulah Nala bisa menghembuskan napasnya tenang. Para anak buah Trave terlihat semakin mengecil di bawah sana. Dan helikopter mendarat di sebuah tempat sunyi sekitar lima belas menit kemudian.
Ada sebuah bangunan disana. Bangunan itu setelah diliat lebih dekat ternyata merupakan sebuah rumah kecil di tengah hutan. Karena Nala sama sekali tidak melihat adanya peradaban disekitar, jadi dipastikan tempat ini adalah tempat persembunyian.
"Kita akan tinggal disini untuk sementara." Kata Sergio sambil melangkah ke dalam.
Suara helikopter yang perlahan-lahan mengecil menandakan bahwa benda itu sudah terbang meninggalkan tempat tersebut— meninggalkan Nala dan Sergio berdua saja. Nala mendapati rumah itu sedikit berdebu dengan beberapa sarang laba-laba yang bergelantungan. Bahkan ia bersumpah melihat tikus yang baru saja menyeberang dari lemari satu ke lemari lainnya.
"Berapa lama?"
"Sampai situasinya aman."
"Aku tidak bisa berlama-lama—"
"Setelah menambah urusanku, satu-satunya yang akan kau lakukan adalah mengikuti instruksiku karena aku belum bisa memastikan ada atau tidaknya mafia lain yang melihatmu terlibat dalam perkelahian itu." Bentak Sergio."Jangan kau pikir aku suka menahanmu lama-lama disini."
Suasana menjadi hening. Sergio bergerak ke sudut ruangan lalu mengambil alat untuk membersihkan debu.
"Apa ada kamar mandi di rumah ini?" Tanya Nala setelah berdeham pelan.
Sergio membuka pintu sebuah ruangan lain."Disini."
"Airnya lancar?"
Sergio mengangguk seadanya.
"Bagaimana dengan peralatan mandi? Sabun? Sampo?"
"Kita tidak pakai itu disini."
"Baiklah, aku tidak masalah dengan itu."
Nala mengamati sekilas tatanan rumah kecil tersebut. Sebut saja itu sebuah gubuk karena ukurannya memang sangat kecil dan terbuat dari kayu. Kemudian saat Nala melangkah ke dalam, ia berhenti sejenak, berbalik ke arah Sergio.
"Kau tidak mau membersihkan diri?" Tanyanya.
"Setelah kau."
"Kita bisa melakukannya bersama-sama untuk menghemat waktu." Kata Nala dengan sebuah senyum tipisnya yang menggoda.
Tidak ada yang mengeluarkan suara— hanya dua pasang manik mata yang menyatu dalam tatapan intens. Nala terlalu larut dalam perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ketika melihat jauh ke dalam bola mata Sergio, ia seperti melihat dirinya sendiri disana. Ia melihat sesuatu yang baru dan berbeda. Bola mata coklat itu seakan sedang menarik dirinya untuk terus berada lebih dekat.
Pertemuannya dengan Sergio kali ini terasa sangat berbeda. Seperti ada kerinduan yang menyusup di sela-sela aliran darahnya.
"Aku merindukanmu." Cicit Nala.
Sergio mencengkram pinggiran pintu lebih kuat— seolah sedang menahan setiap perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya.
"Aku akan mandi." Kata Nala sambil mengerjapkan mata dan menjatuhkan pandangannya ke lantai dengan perasaan gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
RomanceLeonelle #1 | Sergio Leonelle dikenal sebagai seorang bandar narkoba yang sedang diintai oleh polisi. Dan sebagai salah satu agen yang ditugaskan dalam misi tersebut, Nala akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dia inginkan yaitu m...