Chapter 41 : Red line

59K 6.5K 1.4K
                                        

"Kenapa harus pagi-pagi buta begini?" Tanya Maria setelah menguap lalu merapatkan kimono tidurnya. Jam baru menunjukkan angka empat pagi."Tidak bisa tunggu Winter, River dan Sea bangun dulu? Mereka pasti akan sedih kalian pergi tanpa berpamitan."

"Kami harus singgah di Barcelona dulu sebelum kembali ke New York." Nala memasukkan ponsel lalu menarik retsleting tas tangannya."Kalian ikutlah kami ke Barcelona, aku bakal jadi tour guide dan menunjukkan hidden gems yang ada disana."

"Hei, kau tidak tau ya aku ini orang Spanyol?

"Serius?"

"Aku besar di Madrid dan sudah hafal betul seluk beluk Spanyol. Barcelona, Kordoba, Granada, Alicante, Càdiz. Semua sudah kujelajahi. Yang ada malah aku yang jadi tour guide mu. Kau pasti cuma numpang lahir saja disana kan? Logat Amerika mu kental sekali."

Nala terkikik pelan."Kapan-kapan kita pulang kampung bersama, ya?"

"Omong-omong, aku punya sesuatu untukmu." Kata Maria sembari merogoh saku kimononya lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru merah.

"Maria, astaga, ini cantik sekali." Nala mengeluarkan sebuah liontin berbentuk burung merpati dengan taburan permata yang berkilauan dari kotak tersebut.

"Sekarang kalau lihat burung, aku jadi ingat kau."

"Jangan sampai kau ingat aku juga ketika lihat burung Winter."

Maria meledakkan tawanya tapi langsung reflek menutup mulut sebab ia lupa Sea masih tertidur. Dengan kesal ia pukul pundak Nala sambil melotot.

"Terima kasih banyak, Maria." Nala memeluk Maria erat.

"Astaga aku jadi ingin ikut kalian. Aku senang kau ikut liburan ini. Tadi malam aku, Winter dan River membicarakanmu dan River bilang dia menyukai karaktermu walaupun masih kesal soal burung."

Nala tertawa pelan."Ingatkan dia untuk melakukan itu di ulang tahun yang ke delapan belas. Siapa nama pacarnya? Miki? Maki? Kasihan dia kalau harus tunggu sampai tiga puluh tahun."

"Micka," Kata Maria."Itu bukan pacarnya. River, Micka dan Joan adalah tiga serangkai. Mereka suka bertualang ke hutan-hutan di Swiss setiap weekend. Soal susu, sebenarnya ayah Micka punya minimarket. Micka sering mencuri susu kotak lalu dibagi diam-diam kepada River dan Joan. Makanya kemarin Sea bilang Micka sering memberikan River susu."

Nala tertawa lucu.

"Bukan seperti kita ya, memberikan susu gantung untuk pria-pria sialan itu," Bisik Maria."Omong-omong, Sergio tidak kaku kan di ranjang?"

"Kaku apanya? Yang ada malah kakiku yang sering di bikin kaku." Semburat merah menguar di pipi Nala.

Maria menutup mulutnya untuk tertawa."Nanti kita liburan lagi, ya? Secepatnya."

Nala mengangguk lalu memeluk Maria."Tidak sabar."

"Can not fucking wait!"

"Sudah siap?" Tanya Sergio setelah kembali dari luar, mengurus koper dan segala macamnya."Ada yang ketinggalan?"

"Kurasa tidak." Jawab Nala sembari menyisir seluruh kamarnya. Kemudian Sergio menghampiri Sea dan pelan-pelan mencium kepalanya.

"All right, we have to go now." Dengan canggung dan malas, Sergio menarik tubuh Maria ke dalam pelukannya.

"Ooh, aku tidak siap berpisah."

"Sial Maria, jangan bikin drama pagi-pagi." Sergio segera melepaskan pelukannya dan melihat Maria sedang mengusap sudut mata.

Maria memeluk Nala sekali lagi. Jujur saja ia sangat menyukai Nala dan berharap wanita itu menjadi tetangganya bahkan segera menjadi adik iparnya. Setelah melambaikan tangan, mereka pun menghilang di balik pintu lift. Maria mengambil napas dan menenangkan dirinya agar tidak meneteskan air mata lagi. Karena Sea masih tidur di kamar Sergio, Maria pun memutuskan akan menemaninya disini.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang