"Del yakin gak mau pulang bareng sama kita?" Tanya tasya.
"Iya Tasya. Gue berangkat kesekolah itu pake mobil bang Dean sama Fikar. Jadi gue harus pulang bareng tuh manusia haus kekuasaan. Lagian gue juga gak mau repotin kalian,"
"Justru gue sama Malika yang sering repotin lo kalau berangkat ke sekolah," timpal Tasya.
"Atau lo mau bareng gue aja?" Tawar Vanya.
"Hehe enggak deh. Gue gak mau jadi obat nyamuk," ucap Adela membuat Vanya hanya menyengir kecil.
"Adela," panggil seseorang membuat keempat gadis yang sibuk berbicara tadi menoleh.
Fikar melirik Vanya sekilas lalu menatap Adela yang duduk di bangkunya dengan wajah jutek.
Fikar baru datang saja sudah di suguhi wajah jutek Adela,bagaimana nanti jika Adela tahu tujuannya kesini.
"Del. Gue ada rapat dadakan. Lo gak keberatan nunggu rapat gue selesai kan?"
Adela berdecak malas "Rapat lagi rapat lagi,"
"Ya mau gimana lagi Del. Rapatnya dadakan banget,gak papa kan lo nungguin gue,"
"Tuh kan bareng kita aja Sel," seru Malika.
"Gak usah deh,gue sama Fikar aja,"
"Heh Fikar jagain teman gue. Jangan sampai teman gue lecet sedikit pun,"
"Iya Malika," jawab Fikar.
"Mau ngapain lo?" Tanya Adela ketus.
"Mau gendong lo," jawab Fikar polos.
"Gak usah,"
"Tap---"
"Gue jalan aja. Lagian gue sudah agak baikan kok,"
Fikar membiarkan saja tidak enak memaksa Adela di depan sahabatnya apalagi di depan Vanya langsung.
•••
Semua tatapan mengarah pada dua orang yang baru memasuki ruangan osis."Ngapain kalian liatin gue,"
"Yee baru masuk aja sudah kayak macan ngamuk," cibir Bima.
"Daripada lo berdiri kayak emak-emak tukang gosip disana,"
Balas Adela meledek karena Bima yang memang berdiri di pojok bersama beberapa perempuan senior seangakatannya yang sepertinya sedang membicarakan sesuatu.
"Buset mulut lo emang berbisa. Gak tahan gue,"
"Kalau gak tahan kenapa lo selalu ngurusin hidup gue," sosor Adela tak mau kalah.
"Oke,oke gue ngalah. Kata orang orang waras lebih baik ngalah,"
Adela mendelik tajam. "jadi lo ngatain gue gila?. Wahh main-main lo sama gue ya. Lo lebih gila daripada gue. Uang mainan kok di kira uang beneran,huuuu berobat lu,"
Bima menelan salivanya kasar. Sudah tahu mulut Adela tidak bisa di kontrol dan dirinya seenaknya meledek perempuan itu,lihat sendirikan jadinya ,ia sendiri yang di permalukan.
"Hhaha gue masih bisa kali bedain uang mainan sama uang asli,"
"Bisa bedain?. Hahah berobat lo. Pake segala sujud syukur lagi. Dih mata lo emang bermasalah," sarkas adela lagi makin membeberkan hal yang memalukan yang ia perbuat beberapa hari yang lalu.
Ya pada hari itu malika membeli uang mainan yang ada di depan sekolah karena adiknya yang terus merengek, katanya simulasi megang uang banyak supaya tidak kaku jadi anak sultan. Alhasil malika membelikannya dan Adela mengambil satu uang mainan adik malika karena ingin mengerjai orang yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
11/12
Fiksi RemajaKau bertanya kenapa aku bisa mencintaimu?. Jawabannya adalah aku tidak tahu. Yang kutahu hanya kau gadis pemilik mulut pedas yang bisa membuatku bergetar. Kau pernah mengatakan aku laki-laki yang hanya memikirkan bagaimana cara menyelesaikan semua r...