KEPERCAYAAN ✓

536 72 1
                                    

Adela tertawa dalam hati melihat wajah pias pak Rizal yang di marahi oleh Denis papa Vanya. Bukan hanya pak Rizal tetapi beberapa guru termasuk kepala sekolah juga menjadi bahan pelampiasan kemarahan Denis karena sudah bertindak tidak adil.

"Pokoknya saya tekankan kepada kalian sekali lagi kalau ada yang bertindak seperti ini pada anak saya lagi,kalian saya keluarkan dari sekolah ini dan saya jamin saya akan menghapus akses pekerjaan kalian," ancam Denis

"Pak ini hanya masalah kecil. Ini semua hanya kesalahpahaman," ucap kepala sekolah

"Salah paham gimana?. Saya tahu kalian semua disini sekongkol buat nutupin ini semua sama saya tapi ingat baik-baik mulai sekarang saya akan memperketat keamanan disini," kata denis lagi memperingati.

"Pa. Jangan di besar-besarkan," ujar Vanya menunduk takut

"Sayang. Kamu gak boleh nutupin ini semua kalau meraka buat kamu dan teman kamu di perlakukan gak adil di sekolah papa sendiri. Untung Adela jelasin ini semua. Kalau enggak papa gak tahu gimana sebenarnya sekolah milik papa sendiri," Denis mengelus rambut putrinya yang duduk disebelahnya.

"Iya pa. Papa mending ke kantor aja ya. Kasihan mereka papa marahin terus,"

"Yaudah papa pamit ya nak," Denis mencium Puncak kepala putrinya.

"Saya antar pak," Pak handoko kepala sekolah menwarkan diri namun di tolak mentah oleh Denis.

"Gak usah saya bisa sendiri," tolak Denis ketus.

•••
Adela menatap Vanya yang duduk diam di taman. Adela jadi merasa bersalah karena telah berterus terang pada Denis sampai-sampai Adela tidak tahu bagaimana tanggapan Alka pada Vanya lagi seperti apa.

"Vanya!"

Baru saja Adela memikirkan orang itu,sekarang orang itu sudah datang.

Vanya berdiri dari duduknya begitu juga dengan Tasya,Malika dan Adela.

"I...iya al,"

"Lo memang tukang ngadu," Alka menatap Vanya dengan tajam.

"Al.....kamu salah paham,"

"Lo memang anak manja yang hanya bisa ngadu. Lo kok tega banget sih,ini cuman masalah kecil kenapa lo besar-besarin.  Osis sampai di marahin habis-habisan sama pak Rizal belum lagi guru-guru yang jadi pelampiasan papa lo," sungut Alka tajam sama sekali tidak kasihan melihat Vanya yang sudah menangis.

"Al vanya gak salah," ucap Fikar.

"Dia memang biang masalah,"Cemoohnya.

Vanya hanya bisa menunduk dan tentu saja Adela tidak akan membiarkan Vanya selalu di perlakukan seperti itu sama Alka.

"Bukan Vanya yang ngadu tapi gue," sahut Adela maju beberapa langkah.

"Kenapa?. Emang lo kalau diperlakuin gak adil,senang?. Ini hak kami dong, guru-guru gak ada yang bela kami padahal buktinya sudah jelas selalu bukan kita yang salah,tapi apa?. Mereka terus nuduh-nuduh kita. Lo kira itu enak? enggak," Adela menatap   sama tajamnya dengan Alka, sama sekali tidak menunjukkan rasa takutnya.

"Jangan karena Vanya suka sama lo,lo jadi seenaknya sama sahabat gue. Bahkan kejadian dimana pacar lo nuduh Vanya,sahabat gue sama sekali gak minta imbalan buat di percaya sama orang lain. Yang dia minta cuman lo percaya sama dia. Tapi sayang,sahabat gue terlalu bucin sama orang brengsek seperti lo,"

Alka bungkam,dan Adela menunjukkan senyum smriknya karena Perkataanya tepat sasaran.

"Dan ingat satu hal, gue bisa saja bongkar kebusukan lo selama ini sama orang tua Vanya. Dan kita gak akan berhenti buly pacar lo yang idiot itu karena dia sudah nuduh sahabat kita,"

11/12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang